Mutiara Hadits - 1

Dari Abu ‘Abs, yaitu Abdurrahman bin Jabr Rasulullah saw bersabda; tidaklah kedua telapak kaki seorang hamba berdebu di jalan Allah lalu ia tersentuh oleh api neraka (HR al-Bukhari dan lainnya).

Mutiara Hadits - 2

Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radhiallohu 'anhu, Pelayan Rasulullah Shallallohu 'alaihi wa sallam, ia berkata; Rasulullah Shallallohu 'alaihi wa sallam bersabda, Sungguh pagi hari berangkat atau sore hari kembali dari berjihad di jalan Allah lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Mutiara Hadits - 3

Dari Abu Hurairah , berkata; nabi  ditanya, Apakah amal yang paling utama? Beliau menjawab, “Iman kepada Allah dan rasulNya. Lalu ditanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Jihad fi sabilillah” Kemudian ditanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Haji yang mabrur” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Mutiara Hadits - 4

Dari Ummul Mu’minin, Ummu Abdillah, A’isyah , berkata, wahai Rasulullah, kami melihat jihad adalah amal yang paling utama, mengapa kami tidak (dilibatkan dalam) berjihad? Beliau menjawab, “Tidak, tetapi jihad yang paling utama (bagi wanita) adalah hajji yang mabrur (HR al-Bukhari).

Mutiara Hadits - 5

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda; barangsiapa mati padahal ia belum pernah berperang, dan tidak pernah terlintas di benaknya keinginan untuk berperang maka ia mati di atas salah satu cabang kemunafikan (HR Muslim).

Jumat, 30 Maret 2012

SIAPAKAH THOIFAH AL MANSHURAH ITU ?


Ikhwatî fillâh - Hayyâkumullâh

Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga senantiasa ditujukan bagi Rasulullah SAW, beserta keluarga, shahabat, dan siapa saja yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.

Kajian kita kali ini adalah tentang Thoifah Manshurah, bagian kedua dari Risalah Ma’âlim Ath-Thâ’ifah Al-Manshûrah fî Uqri Dâr Al-Mu’minîn (Bilâdu Syâm) karya Asy-Syaikh Abu Qatadah Al-Filasthini (Umar bin Mahmud Abu Umar). Siapakah yang termasuk Thaifah Manshurah itu? Kajian ini menjadi penting, disaat-saat sekarang ini, dimana masing-masing kelompok mengaku sebagai bagian dari Thoifah Manshurah. Simaklah dengan baik kajian berikut ini:

Tha’ifah Manshurah adalah Kelompok yang Berperang

1- عن جابر رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
(لا تزال طائفة من أمتي يقاتلون على الحق ظاهرين إلى يوم القيامة. قال: فينزل عيسى بن مريم صلى الله عليه وسلم، فيقول أميرهم تعال صلِ لنا. فيقول: لا إن بعضكم على بعض أمراء تكرمة الله هذه الأمة)

1) Dari Jabir bin Abdullah RA , berkata: Rasulullah SAW bersabda:

“Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang berperang membela kebenaran, mendapat pertolongan Allah hingga datangnya hari kiamat.” Beliau berkata, “Kemudian akan datang Isa putra Maryam AS , lalu pemimpin mereka berkata (kepada Isa AS ), “Kemarilah, silakan Anda mengimami kami shalat.” Lalu Isa AS menjawab, “Tidak, sesungguhnya sebagian kalian adalah pemimpin bagi sebagian yang lain, sebagai penghormatan dari Allah kepada umat ini.” (HR Muslim)

2- عن عقبة بن الحصين رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
(لا تزال طائفة من أمتي يقاتلون على الحق ظاهرين على من ناوأهم حتى يقاتل آخرهم الدجال)

(2) Dari Uqbah bin Al-Hushain RA , berkata: Rasulullah SAW bersabda:

“Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang berperang membela kebenaran dengan mendapatkan pertolongan Alah dalam menghadapi orang-orang yang memusuhi mereka, hingga orang yang akhir dari mereka memerangi Dajjal.” (HR Ahmad)

3- عن عقبة بن عامر فال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول:
(لا تزال عصابة من أمتي يقاتلون على أمر الله، قاهرين لعدوهم، لا يضرّهم من خالفهم حتى تأتي الساعة وهم على ذلك)

(3) Dari Uqbah bin Amir RA , berkata: Aku mendengar Rasullah SAW bersabda:
“Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yag berperang karena perintah Allah. Mereka dimenangkan Allah atas musuh mereka. Tidak memberi madharat kepada mereka orang-orang yang menyelisihi mereka, hingga datang hari kiamat dan mereka di atas yang demikian itu.” (HR Muslim)

4- عن جابر بن سمرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
(لن يبرح هذا الدين قائماً يقاتل عليه عصبة من المسلمين حتي تقوم الساعة)

(4) Dari Jabir bin Samurah RA , berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Akan senantiasa tegak agama ini, di mana ada segolongan dari kaum muslimin yang berperang untuk membelanya hingga hari kiamat.” (HR Muslim)

Hadits-hadits tersebut menunjukkan bahwa Tha’ifah Manshurah yang dipuji Rasulullah SAW , di antara syaratnya adalah berperang di jalan Allah untuk memenangkan agama-Nya, dan golongan ini akan senantiasa tegak; tidak terputus selama-lamanya.

Dengan demikian, konteks dalam hadits tersebut( لا تزال طائفة...) “akan senantiasa ada segolongan…” –dan kelompok ini tegak di atas kebenaran– maknanya mengikuti Salafush Shalih, mengambil petunjuk dengan petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta menolak segala bid’ah. Di sini penisbatannya adalah benar-benar asli penisbatannya kepada kebenaran.

Adapun pendapat banyak ahlul ilmi dari kalangan Salafush Shalih bahwa Tha’ifah Manshurah adalah ahlul hadits, maka makna ini adalah benar. Maksud pendapat mereka, golongan tersebut berada di atas i’tiqad (keyakinan) atau akidah Ahlul Hadits, dan akidah mereka adalah akidah yang paling selamat dan paling sesuai dengan ilmu yang benar.

Berkata An-Nawawi RHM : “Berkata Ahmad bin Hambal RHM , “Kalau mereka bukan Ahlul Hadits, maka aku tidak tahu lagi siapa mereka.’.”

Berkata Al-Qadhi Iyadh RHM. , “Hanyasanya yang dikehendaki Ahmad adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan orang-orang yang i’tiqadnya di atas mazhab Ahlul Hadits.”
Berkata Ibnu Taimiyah RHM dalam fatwanya tentang wajibnya memerangi Tartar –ketika menyebutkan Tha’ifah Manshurah– : “Adapun tha’ifah (kelompok) yang berada di Syam, Mesir, dan sebagainya, maka mereka pada saat ini sedang berperang untuk mempertahankan dan membela agama Islam, dan mereka adalah manusia yang paling berhak termasuk dalam Tha’ifah Manshurah yang disebutkan oleh Nabi SAW .” (Majmû` Fatâwâ: XVIII/253)

Kamis, 29 Maret 2012

INILAH AQIDAH KAMI


Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga senantiasa ditujukan bagi Rasulullah SAW, beserta keluarga, shahabat, dan siapa saja yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.

Kajian kita kali ini mengambil tema INILAH AQIDAH KAMI. Bagian pertama dari risalah yang berjudul Ma’âlim Ath-Thâ’ifah Al-Manshûrah fî Uqri Dâr Al-Mu’minîn (Bilâdu Syâm)karya Asy-syaikh Abu Qatadah Al-Filasthini (Umar bin Mahmud Abu Umar).

Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita dalam menghadapi dan menyikapi fitnah (ujian), baik fitnah syubhat maupun syahwat yang melanda umat Islam pada masa sekarang.

(1) Kami berkeyakinan sebagaimana i`tiqad (keyakinan) Salafush Shalih generasi pertama, secara global maupun terperinci.

(2) Kami berada di atas pendapat Ahlus Sunnah wal Jama’ah di dalam memahami persoalan iman, yaitu pertengahan antara firqah Murji`ah dan Khawarij. Kami berpendapat bahwa iman meliputi ucapan, perbuatan, niat, dan sunnah; demikian pula kekufuran meliputi ucapan dan perbuatan.

(3) Sesungguhnya iman itu memiliki level yang bertingkat-tingkat dan cabang-cabang. Ia berada pada di atas derajat dan kedudukan yang berbeda-beda.

(4) Kami mengucapkan Insya Allah dalam hal kesempurnaan iman.

(5) Kufur itu sendiri ada yang merupakan kufur akbar (besar) dan ada yang merupakan kufur ashghar (kecil). Pendapat yang mengatakan bahwa kufur amali (perbuatan) secara mutlak adalah kufur asghar dan kufur i`tiqadi (keyakinan) secara mutlak adalah kufur akbar adalah bid’ah. Jadi, kufur amali ada yang merupakan kufur akbar dan ada pula yang termasuk kufur asghar; kufur i`tiqadi ada yang merupakan kufur akbar dan ada pula yang termasuk kufur asghar.

(6) Kami meyakini bahwa ucapan orang-orang yang mengatakan bahwa seseorang tidak bisa divonis kafir kecuali dengan juhud (pengingkaran) secara hati adalah bid`ah. Ini adalah perkataan bid`ah dari golongan Murji`ah, maka juhud bisa terjadi dengan perbuatan dan ucapan sebagaimana terjadi dengan hati.

(7)Kami meyakini bahwa amalan lahir merupakan indikator dari apa yang terjadi dengan hati,  karena amal perbuatan menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah qudrah (kemampuan) dan iradah (kemauan). Kapan saja seseorang melakukan suatu perbuatan berbarti atas dasar kemauannya, kecuali dalam keadaan ikrah (terpaksa).

(8) Kekufuran menurut kami meliputi kufur jahli (karena kebodahan) dan kufur i`radh (karena berpaling). Kami mempercayai bahwa keufuran yang menimpa kebanyakan manusia adalah karena penentangan dan berpaling. Rasulullah SAW memerangi orang-orang karena kufur jenis ini dan kufur yang menimpa banyak kelompok dalam hal ibadah, yaitu nusuk (segala bentuk peribadatan), walâ’ (loyalitas) dan barâ’ (berlepas diri), serta tahkîm (berhukum) dan tasyrî’ (membuat syariat).

(9) Kami berkeyakinan bahwa ushûl (pokok) dari ajaran agama adalah satu, yaitu mentauhidkan Allah dalam beribadah, dan itu adalah Din Islam, meskipun syariatnya berbeda-beda (di setiap masa kenabian -Ed.). Rasulullah SAW bersabda :

إنا معشر الأنبياء ديننا واحد

Sesungguhnya kami -para nabi- agama kami adalah satu.

(10) Kami meyakini bahwa furqah (perpecahan), mengikuti yang mutasyabihât   tanpa yang muhkamât  , mengikuti hawa nafsu tanpa petunjuk, adalah termasuk ciri-ciri dari ahli bid`ah.

(11) Kami meyakini bahwa bid`ah itu tidak berada di atas satu martabat atau kedudukan. Ada di antaranya yang kufur secara jelas, seperti bid`ah orang-orang jahiliyah, sebagaimana firman Allah Ta`âlâ:

وجعلوا لله مما ذرأ من الحرث والأنعام نصيباً فقالوا هذا لله بزعمهم وهذا لشركائنا
(Al-An`am: 136)

وقالوا مافي بطون هذه الأنعام خالصة لذكورنا ومحرم على أزواجنا وإن يكن ميتةً فهم فيه شركاء
(Al-An`am: 139)

ما جعل الله من بحيرةٍ و لاسائبةٍ ولا وصيلةٍ ولاحام
(Al-Ma’idah: 103)

Demikian pula halnya bid`ah orang-orang munafik yang menjadikan agama sebagai tameng untuk menjaga jiwa dan hartanya.

Di antara bid`ah ada yang termasuk maksiat yang bukan kufur atau diperselisihkan apakah ia kufur atau tidak, seperti bid`ahnya kelompok Khawarij, Qadariyah, Murji`ah, dan sebagainya dari firqah-firqah sesat. Ada pula yang termasuk maksiat dan di sepakati tidak kafirnya, seperti bid`ah tabbatul (membujang/tidak mau menikah) dan shiyam sambil berdiri di bawah sinar terik matahari dan kebiri dengan tujuan untuk menghilangkan syahwat jiwa. Ada di antaranya bid`ah yang hukumnya makruh, seperti berkumpul untuk berdoa bersama-sama di petang hari Arafah dan menyebutkan nama para sultan (nama-nama penguasa) dalam khutbah Jumat.

(12) Keyakinan kami dalam masalah asma’ dan sifat Allah adalah sebagaimana keykinan Salafush Shalih. Pendapat mereka pertengahan di antara golongan Muathilah  (golongan yang mengingkari sifat-sifat Allah) dan Musyabbihah (golongan yang menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat makhluk).

(13) Kami pertengahan antara kelompok Murji`ah dan Khawarij dalam hal Al-Wa`du wal Wa`id (janji Allah dan ancaman-Nya). Keduanya adalah haq (benar). Apabila seorang muslim bermaksiat dan tidak bertaubat dengan taubat yang semurni-murninya, maka statusnya tahta masyi`ah Allah (tergantung pada kehendak Allah). Kalau Allah menghendaki, Dia akan menyiksanya; dan kalau Allah menghendaki, Dia akan mengmpuninya.

(14) Kami meyakini segala sesuatu yang dibawa oleh Rasulullah SAW dari perkara-perkara yang ghaib di atas hakikatnya, seperti surga, nereka, kursi, ‘arsy, shirath, mizan, mahsyar, dan azab kubur.

(15) Kami pertengahan dalam masalah qadar antara Jabariyah dan Qadariyah. Perbuatan dan kehendak kita adalah makhluk. Manusia sebagai pelaku memiliki pilihan kehendak dan kemauan. Ia adalah subjek dari perbuatannya di atas hakikatnya.

(16) Dunia adalah dâr as-suranin (kampung jalan dan usaha menuju akhirat). tidak boleh meninggalkannya selama ada kemampuan atasnya. Berminat dan perhatian kepadanya adalah syirik, meninggalkannya adalah maksiat, serta tidak memperhitungkannya adalah zindik.

(17) Kami meyakini bahwa Shufiyah (paham Tasawuf) adalah aliran bid`ah yang batil dan sesungguhnya dia merusak dunia dan agama. Sesungguhnya Syi`ah Rafidhah adalah golongan kufur, dan mereka adalah sejahat-jahat makhluk di kolong longit dari pihak kaum muslimin.

(18) Jamaah-jamaah Islam yang ikut serta dalam pemilu dan turut serta dalam majelis-majelis legislatif adalah jamah-jamaah bid`ah. Kami berlepas diri kepada Allah dari perbuatan-perbuatan mereka. Sesungguhnya dewan-dewan legislatif yang berada di negara-negara sekuler merupakan perbuatan dari berbagai amalan kekufuran.

(19) Taklid adalah hal yang tercela; mesti melakukannya bagi orang yang tidak memiliki kemampuan selain itu.

(20) Kami berkeyakinan bahwa penguasa dan kelompoknya yang mengganti syariat Allah mereka adalah kuffâr murtaddûn (kafir-murtad). Keluar memberontak melawan mereka dengan senjata dan kekuatan adalah fardhu `ain atas setiap muslim. Sesungguhnya orang-orang yang menafikan dan mengingkari jihad terhadap mereka dengan alasan apapun, seperti alasan karena kaum muslimin tidak memiliki (khalifah), atau beralasan dengan berbagai alasan yang bersifat qadariyah (takdir), misalnya karena rusaknya manusia, atau tiadanya tamâyuz (perbedaan antara kelompok yang baik dan yang buruk), atau berhujjah dengan mazhab anak Adam yang pertama:

لإن بسطت إلىَّ يدك لتقتلني ما أنا بباسط يدي أليك لأقتلك
(Al-Maidah: 28)

(21) Jihad tetap berlangsung hingga hari kiamat, di bawah pimpinan orang yang baik maupun orang yang fajir (fasik), dan tidak boleh menaatinya dalam hal maksiat kepada Allah.

(22) Kami berkeyakinan bahwa kelompok mana saja dari manusia yang berkumpul di atas prinsip yang bukan Islam, ia adalah kelompok yang murtad dan kafir, seperti: partai-partai kesukuan, nasionalisme, komunisme, sekularisme, dan demokrasi. Sesungguhnya alasan tidak adanya tamâyuz (perbedaan) antara muslim dan kafir dengan alasan karena kewarganegaraan adalah alasan jahiliyah lagi batil. Demikian pula alasan tamâyuz (perbedaan) yang didasarkan di atas satu bangsa satu nusa sebagaimana keadaan negera-negara pada masa kini.

(23) Kami berkeyakinan bahwa kata-kata yang sering diucapkan berikut ini:

أقيموا دولة الإسلام في قلوبكم تقم لكم على أرضكم

“Dirikanlah negara Islam di dalam hatimu, niscaya dia akan tegak bagimu di muka bumimu.”  
bagi orang yang mengucapkannya adalah di atas makna Jabari dan Irja’i.

(24) Kami berkeyakinan bahwa janji-janji Allah yang tersebut di dalam kitab-Nya dan sunnah rasul-Nya SAW adalah merupakan perintah-perintah kepada kaum Muslimin untuk mengumumkan sebab-sebabnya dan berusaha untuk mencapainya.

(25) Kami berkeyakinan bahwa seorang mufti (ulama) yang yang menuruti kemauan penguasa dan berfatwa sesuai dengan pesan sponsor –meskipun menyelisihi syariat–, dia berputar bersama penguasa ke mana saja sang penguasa berputar, dia membenarkan perbuatan-perbuatannya, dan dia menolongnya dalam hal yang hak maupun yang batil, maka ulama yang seperti ini adalah kafir murtad.

Adapun para ulama dan para syekh yang menduduki jawatan di bawah kelompok murtad, mereka bisa dikategorikan sebagai berikut:
1. Golongan yang benar-benar tidak mengerti keadaan thaghut yang sebenarnya, karena thaghut menipu dan mengelabuhi mereka, maka golongan ini ma’dzur (alasannya) diterima di sisi Allah. 

2. Golongan yang mengetahui keadan thaghut namun hendak meringankan kejahatannya dan mewujudkan kebaikan bagi para pengikut kebenaran dan agama, maka golongan ini mendapatkan pahala.

3. Golongan yang mengetahui keadaan thaghut, lalu mereka berwala’ kepadanya dan menolongnya serta mempertahankannya, dan memalsukan agama mereka terhadap manusia dan menyembunyikan ilmu yang Allah berikan kepada mereka karena berkhidmat kepada thgahut, untuk mencari keduniaan dan kedudukan. Maka golongan seperti ini adalah kafir murtad.
Demikianlah kedudukan yang nyata dalam masalah ini. Dan Allah yang mengetahui hal-hal yang rahasia. Kita tidak diperintahkan selain menghukumi apa yang zhahir (tampak) dan berbagai qarinataul ahwal (keadaan-keadaan yang menyertai).

(26) Kami berkeyakinan bahwa setiap orang yang beragama dengan selain agama Islam dia adalah kafir, baik telah sampai risalah kepadanya ataukah yang belum sampai kepadanya. Bagi yang telah sampai risalah kepadanya, maka kufurnya adalah kufur berpaling dan menentang; dan bagi yang belum sampai kepadanya, maka kufurnya adalah kufur jahil (kebodohan).

(27) Kami berkeyakinan bahwa orang yang masuk Islam dengan yakin, maka dia tidak keluar darinya kecuali dengan yakin. Dan bergabungnya ia dengan kekufuran adalah lebih berat daripada bergabungnya dengan Islam.

(28) Kami berkeyakinan bahwa seluruh syariat Islam merupakan cabang-cabang iman. Barangsiapa yang meninggalkan salah satu kewajiban dari kewajiban-kewajiban yang ada, dia telah keluar dari iman namun masih tetap sebagai seorang muslim. Jika ia melakukan salah satu dari berbagai perkara yang membatalkan Islam, maka tidak bermanfaat baginya sisa-sisa cabang iman yang masih ada pada dirinya.

(29) Kami tidak mengkafirkan semua bentuk maksiat, dosa-dosa, dan kabâ’ir (dosa-dosa besar). Di antara maksiat ada yang termasuk kufur bawâh (kufur yang nyata), seperti: mencela para nabi dan melecehkan agama mereka.

(30) Kami mencintai para shahabat Nabi SAW dan melaknat orang-orang yang membenci mereka.
(31) Kami berkeyakinan bahwa sesungguhnya memberlakukan hukum-hukum syar’i tidak ada hubungannya dengan dasar agama  , dan kami tidak mengkafirkan seseorang dari kaum muslimin karena ijtihad dan takwil yang tidak membatalkan ikatan perjanjian (komitmen), dan tidak sama nilainya antara kesalahan dan dosa. Demikian pula tidak senilai antara kufrun nau`   dan kufrun mu`ayyan. 

(32) Kami berkeyakinan bahwa maju dan mundurnya kaum Muslimin tergantung kepada surut dan pasangnya iman mereka, baik secara ilmu maupun amal.

(33) Sesungguhnya negara-negara kaum Muslimin yang diberlakukan undang-undang dan hukum kufur di dalamnya adalah negara yang terkumpul padanya dua sifat, yaitu sifat Darul Kufri dan sifat Darul Islam, yakni masing-masing yang berada di dalam negara tersebut diperkirakan sebagaimana mestinya, maka yang Muslim adalah Muslim dan yang kafir adalah kafir, dan pada dasarnya penduduknya adalah Islam, baik yang dikenal maupun yang tidak diketahui keadaannya.

(34) Kami berkeyakinan bahwa sesungguhnya Tha’ifah Manshurah adalah tha’ifah (kelompok) yang berilmu dan berjihad.

Walhamdulillahi Rabbil ‘âlamîn.

Senin, 19 Maret 2012

JALAN YANG HARUS DILALUI OLEH PEJUANG

وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ) [الأنفال30

Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. [ QS. Al Anfal : 30 ].

Bentuk usaha para musuh-musuh islam dalam rangka menghentikan lajunya dakwah tauhid ini adalah dengan memeranginya sekuat tenaga. Mereka melancarkan berbagai makar dan program guna menyukseskan rencana tersebut. Dan itulah yang dilakukan fir’aun terhadap nabi Musa alaihis salam. Allah Ta’ala berfirman :

Fir’aun berkata: “Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar Aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan” [ As Syu’aro’ : 29 ].

Tidak hanya itu, fir’aun juga berkeinginan untuk membunuh nabi Musa alaihis salam karena ia telah membuat kerusakan di bumi. Tuduhan ini persisi seperti yang dituduhkan para taghut hari ini pada para da’I tauhid dan mujahidin. Yaitu pembuat onar dan kerusakan di bumi.

Sebab turunnya ayat

Ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu yang telah bercerita, bahwa ada segolongan orang-orang Quraisy dan para pemimpin setiap kabilah, mereka telah sepakat untuk mengadakan pertemuan di Darun Nadwah.

Akan tetapi tiba-tiba muncullah di hadapan mereka iblis yang berupa seorang syekh (ketua) yang tampak agung penampilannya. Maka ketika mereka melihatnya, lalu mereka bertanya kepadanya, “Siapakah Anda?” Iblis menjawab, “Aku adalah seorang syekh dari penduduk Najd; aku telah mendengar tentang subjek yang akan dibicarakan di dalam pertemuan kalian. Lalu aku diperintahkan untuk menghadiri pertemuan kalian, dan niscaya saran dan nasihatku nanti tidak akan sia-sia untuk kepentingan kalian.” Lalu mereka menjawab, “Baiklah, kalau demikian silakan masuk,” maka iblis itu masuk bersama-sama dengan mereka ke dalam Darun Nadwah. Lalu iblis yang menyerupai syekh dari Najd itu berkata, “Cobalah kalian kemukakan tindakan apa yang akan kalian lakukan terhadap lelaki itu (Nabi Muhammad).” Maka salah seorang dari mereka mengatakan, “Ikatlah dia oleh kalian ke dalam ikatan yang erat sekali kemudian kalian membiarkannya hingga mati, sebagaimana yang telah dialami oleh para pendahulunya dari kalangan ahli-ahli syair seperti Zuhair dan Nabighah. Sesungguhnya dia itu tiada lain hanyalah seperti seseorang di antara mereka.”

Akan tetapi iblis yang dalam rupa seorang syekh dari Najd itu berkata, “Tidak, demi Allah, ini adalah pendapat yang tidak baik untuk kalian. Demi Allah, niscaya pasti akan ada seseorang yang akan keluar dari tempat tahanannya untuk memberitahukan kepada sahabat-sahabatnya. Maka mereka pasti akan melepaskan ikatannya dan mengambilnya dari tangan kalian, kemudian mereka mempertahankannya habis-habisan, sehingga keadaan kalian tidak akan aman lagi dan mereka pasti akan dapat mengusir kalian dari tanah tempat tinggal kalian. Maka coba kemukakan oleh kalian pendapat yang lainnya.” Lalu ada seseorang lainnya yang mengatakan, “Kalian keluarkan dia dari tempat tinggal kita, maka kalian akan bebas dari ulahnya. Karena sesungguhnya bilamana dia telah keluar dari tanah tempat tinggal kita ini, niscaya kalian tidak akan tertimpa bahaya oleh perbuatannya.”

Kemudian iblis yang berupa syekh dari Najd itu berkata, “Demi Allah, hal ini bukan pendapat yang baik bagi kalian. Tidakkah kalian melihat sendiri akan tutur bahasanya yang manis dan kefasihan lisannya? Maka niscaya hati orang-orang akan terpikat mendengar tutur katanya itu. Demi Allah, seandainya kalian melakukan usulnya itu, kemudian ia menawarkan kepada orang-orang Arab semuanya, maka niscaya mereka mau berkumpul mengikuti seruannya. Kemudian dia pasti akan berangkat untuk menyerang kalian, lalu mengusir kalian dari negeri kalian sendiri dan membunuh orang-orang terhormat kalian.”

Mendengar jawaban iblis itu lalu mereka berkata, “Demi Allah, apa yang dikatakannya itu benar; maka coba kemukakan lagi pendapat yang selain itu dari kalian.” Lalu Abu Jahal berkata mengajukan usulnya, “Demi Allah, aku akan mengemukakan kepada kalian suatu pendapat yang belum kalian temukan sebelumnya, aku melihat bahwa pendapat inilah yang paling baik.” Kemudian mereka yang hadir menjawab, “Coba kemukakanlah usulmu itu?” Abu Jahal mengatakan, “Kalian harus mengambil dari setiap kabilah seorang pemuda yang kuat sebagai wakilnya, kemudian masing-masing pemuda dari mereka diberi pedang yang tajam, lalu mereka secara beramai-ramai memukulnya dengan pedang-pedang mereka sekaligus. Maka jika kalian telah membunuhnya berarti darahnya terbagi-bagi di antara semua kabilah; aku menduga bahwa puaknya itu (Bani Hasyim) tidak akan mampu untuk memerangi kabilah Quraisy secara keseluruhan untuk membalas kematiannya. Dan sesungguhnya jika orang-orang Bani Hasyim melihat kenyataan tersebut, maka niscaya mereka mau menerima diatnya saja, kemudian kita semua bebas dan berhasil membungkam sikapnya yang menyakitkan itu.”

Maka iblis yang berupa syekh dari Najd itu berkata, “Ini, demi Allah, adalah pendapat yang benar dan jitu; pendapat yang paling tepat adalah pendapat yang telah dikatakan olehnya (Abu Jahal), aku melihat tidak ada pendapat yang paling baik selain daripada pendapatnya itu.”

Setelah itu mereka berpisah dengan membawa suatu kesepakatan, yaitu seperti apa yang telah dikemukakan oleh usul Abu Jahal tadi. Lalu malaikat Jibril mendatangi Nabi sallallahu alaihi wasallam dan memerintahkan dia supaya jangan menginap pada malam itu pada tempat yang biasa ia tidur, serta malaikat Jibril memberitahukan kepada beliau tentang makar yang telah direncanakan oleh kaumnya.

Pada malam itu Rasulullah sallallahu alaihi wasallam tidak tidur di rumahnya, dan pada saat itu juga Allah Ta’ala memberikan izin kepadanya untuk keluar berhijrah (ke Madinah). Ketika Rasulullah sallallahu alaihi wasallam telah sampai di Madinah dengan selamat tanpa kekurangan sesuatu pun, lalu turunlah firman-Nya yang mengingatkannya kepada nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada dirinya, yaitu firman-Nya, “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya (tipu muslihat) terhadap dirimu.” (Q.S. Al-Anfaal 30).

Pelajaran yang diambil

Para pengusung kebenaran tidak akan pernah sepi dari halangan dan rintangan. Hal tersebut bukan karena kurang santun dan bijaknya dakwah yang diemban. Tetapi memang sudah menjadi sunnatullah bahwa para penegak kebenaran pasti akan berbenturan dengan kebatilan.

Lihatlah pesan Waraqah bin Naufal kepada nabi sallallahu alihi wasallam yang disebutkan dalam shahihain :

لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمِثْلِ مَا جِئْتَ بِهِ إِلَّا عُودِيَ
Tidaklah datang seseorangpun dengan membawa sesuatu seperti yang kau bawa dengannya kecuali akan dimusuhi. [ HR. Muttafaq ‘alaihi ].

Syaikh Abu Muhammad al Maqdisi juga berkata : Sedikit mereka itu yang mengetahui hakekat manhaj din yang mulia ini. Dan ketika Allah Ta’ala menciptakan jannah dan neraka dan Ia mengutus Jibril untuk melihat keduanya, maka tidaklah Jibril melihat jannah dan apa yang ada di dalamnya adalah sebuah kenikmatan yang luar biasa. Dan berkata : “ Demi Allah wahai rob tidaklah satupun mendengarnya, kecuali ingin memasukinya”. Maka ketika melihatnya, ternyata jannah dikelilingi dengan hal yang tidak disenangi. Dan ketika Jibril alaihis salam melihat neraka dan berkata : “Demi Allah wahai robku, aku takut untuk memasukinya seseorangpun”. Dan ternyata neraka dipenuhi dengan syahwat.

Maka jalan yang telah Allah Ta’ala tetapkan kepada hambanya untuk menghantarkan ke jannah bukanlah jalan yang dipenuhi dengan hal-hal yang menyenangkan dan menggembirakan. Sama sekali tidak !. Bahkan ia adalah jalan yang dipenuhi dengan berbagai ujian, siksaaan dan juga darah. Dan jika seandainya seseorang masuk jannah dengan jalan selain jalan ini, tentulah Nabi sallallahu alaihi wasallam dan juga nabi-nabi yang lain menempuh jalan tersebut. Karena mereka adalah sebaik-baik makhluk-Nya di bumi. Sungguh mereka telah diuji dengan siksaan dan pendustaan oleh kaumnya. Akan tetapi mereka tetap sabar dan teguh.

Dan inilah hakekat yang harus diketahui oleh orang yang memiliki akal. Bahwa jalan para nabi dan sejarah para da’i dalam menegakkan tauhud selalu dipenuhi dengan pengorbanan. Maka orang-orang yang ingin menjadi pewaris para nabi, kemudian mereka mencari ridhonya manusia atau penguasa, hakekatnya mereka tidak paham dengan manhaj ini. [ makalah : lam ya’ti rojulun qottun bimitsli ma ji’ta bihi illa ‘udiya ].

Sekarang tinggal kita, apakah memilih jalan menuju jannah yang dipenuhi dengan derain air mata dan darah, ataukah neraka yang dipenuhi dengan syahwat dan kesenangan dunia. Jika kita memlilih jannah, kita harus siapkan bekal keimanan dan kesabaran dan bekal-bekal lainnya. Karena jalan yang akan kita daki semakin tinggi dan semakin terjal. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali milik Allah. [ Amru ].

Sumber: http://annajahsolo.wordpress.com

Iman & Taqwa Jalan Kemenangan

Segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah memberikan kepada kita semua nikmat-Nya. Mulai dari nikmat kesehatan, kesempatan, dan nikmat yang paling besar yaitu nikmat iman dan islam. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad sallahu ‘alaihiwasallam, yang telah membawa manusia dari jalan kegelapan menuju jalan terang benderang yaitu islam.

Jama’ah shalat jum’ah yang dimulyakan Allah Ta’ala

Sebelumnya saya wasiatkan kepada diri saya sendiri dan kepada jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan taqwa. Karena hanya dengan ketakwaan kita akan mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. فَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّاد التَقْوَا maka berbekallah kalian semua, dan sesungguhnya, sebaik-baik bekal adalah taqwa.

Allah Ta’ala juga berfirman dalam ayat yang lain :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.[ QS. Al A’rof : 96].

Jama’ah shalat jum’ah yang dimulyakan Allah Ta’ala

Tabi’at manusia menginginkan kebahagiaan dalam kehidupannya. Entah kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Dan semua yang dilakukan manusia pasti akan diarahkan kesana. Bahkan sebuah negeripun juga bertujuan untuk membahagiakan rakyatnya. Lihatlah apa yang dijanjikan para politisi kita hari ini, mereka menggembar-gemborkan “ekonomi kerakyatan, anti new libaralisme” dan jargon-jargon yang lain. Intinya adalah menginginkan sebuah kesejahteraan.

Akan tetapi masarakat kita tidak mengetahui bahwa syarat untuk menjadikan negeri menjadi negeri yang diberkahi Allah Ta’ala adalah dengan iman dan taqwa. Banyaknya para sarjana pertanian tidak akan menjamin pertanian makin baik. Banyaknya para ekonom tidaklah membawa suatu negeri menjadi maju ekonominya. Bahkan jika rakyat telah melahirkan para pakar-pakarpun tidak menjamin kemakmuran sebuah negeri, jika negeri tersebut menyebar kemaksiatan, kesyirikan dan kemungkaran. Akan tetapi kemakmuran dan kemajuan suatu negara dilihat dari ketaqwaan penduduknya kepada Allah Ta’ala.

Sungguh sangat indah sebuah negeri yang penduduknya taat kepada Allah Ta’ala. Negeri yang Allah juluki dengan baldatun thoyybatun warobbun ghofur, negeri yang baik dan Allah Ta’ala mengampuninya. Dalam al qur’an Allah Ta’ala kisahkan negeri tersebut pada ayat-ayat dibawah ini :

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ (15) فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ

Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”.Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. [QS. Saba’ : 15-16].

Ibnu katsir menjelaskan dalam tafsirnya : Kemakmuran mereka banyak dijelaskan oleh para salaf, diantaranya Qotadah : Beliau menceritakan bahwa seorang ibu berjalan, diatasnya pepohonan yang berbuah. Diatas kepalanya terdapat keranjang, dan keranjang inilah yang memetik buah kemudian berjatuhan kedalamnya hingga penuh. Si Ibu tidak perlu repot-repot memetik dengan tangannya, karena buah diatas kepalanya sangat banyak, masak-masak dan sangat bagus. Sebagian ulama’ juga menceritakan tentang keadaan mereka : bahwa tidaklah mereka mendapatkan di negeri mereka lalat, nyamuk, kutu busuk dan hama tanaman, yang demikian itu karena hawa yang baik, lingkungan yang nyaman dan pertolongan Allah Ta’ala kepada mereka agar mereka mentauhidkan-Nya dan menyembah-Nya. [ Tafsir Ibnu Katsir pada ayat tersebut ].

Jama’ah shalat jum’ah yang dimulyakan Allah Ta’ala.

Tidaklah kita dapatkan hari ini sebuah negeri yang makmur sebagaimana negeri saba’. Sebuah negeri yang tidak didapatkan didalamnya nyamuk, lalat, penyakit-penyakit pada tanaman dan tubuh mereka. Bahkan dalam riwayat yang lain disebutkan, jika ada seseorang yang datang ke negri Saba’ sedangkan tubuh mereka banyak penyakitnya, maka Allah subhanahuwata’ala mematikan penyakit tersebut.

Kemudian mereka berpaling dari mengesakan Allah Ta’ala. Menyembah dan bersukur kepada-Nya atas nikmat-nikmat yang telah diberikan kepada mereka dan menyembah matahari. Allah subhanahuwata’alaMaka kami datangkan kepada mereka banjir yang besar”.Qotadah dan yang lainnya berkata : Bendunganpun rapuh dan rentan. Kemudian datanglah musim hujan. Lalu, air menerjangnya hingga bendungan runtuh. Maka air melimpah kelembah-lembah dan melibas segala yang dilaluinya berupa bangunan, tumbuhan dan sebagainya. Karena itu air tidak lagi mengairi pepohonan di kanan dan kiri gunung sehingga mati dan binasalah pohon-pohon tersebut. Lalu tumbuhlah pohon lain yang buruk menggantikan pohon-pohon yang lezat. Pohon tersebut berbuah pait dan pepohonan yang banyak durinya. Semua ini karena keingkaran, kesyirikan serta pendustaan mereka kepada Allah Ta’ala. berfirman “

Jama’ah shalat jum’ah yang dimulyakan Allah Ta’ala.

Kita potretkan kondisi negeri saba’ dengan negeri kita hari ini. Betapa banyaknya para dokter dengan keilmuan yang mereka miliki. Para sarjana-sarjana pertanian dengan berbagai teknologi yang maju, tidak menjadikan berkurangnya penyakit pada tubuh manusia dan juga tanaman-tanaman yang ada. Bahkan semakin banyak dan semakin komplex penyakit yang menyerang tubuh manusia dan juga tanaman.

Bahkan jika kita lihat di negeri kita ini. Berbagai musibah menerpa silih berganti. Mulai dari tanah longsor, banjir yang rutin datang pada saat musim hujan di berbagai kota di Indonesia, gempa bumi yang menghilangkan ratusan nyawa, serta musibah alam yang lainnya, ini semua diakibatkan jauhnya kita dari Allah subhanahuwata’ala.

Bencana yang lebih parah adalah bencana akhlaq dan jati diri sebagai seorang muslim. Hilangnya akhlaq yang islami serta ikutnya generasi kita dengan budaya orang kafir adalah musibah yang paling parah. Dari sinilah munculnya aborsi, pemerkosaan, perzinaan, pembunuhan dan berbagai dosa besar lainnya. Mungkin ini sebagai peringatan pada kita, agar kembali kejalan yang lurus. Agar kita menerima seluruh aturan Allah subhanahuwata’ala . Akan tetapi peringatan seperti ini tidak mungkin bisa dipahami kecuali bagi orang-orang yang mau berpikir.

Allah Ta’ala berfirman :

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaDuh gusti Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar Ruum : 41).

وقال أبو العالية: مَنْ عَصَى اللهَ فِي الْأَرْضِ فَقَدْ أَفْسَدَ فِي الْأَرْضِ لِأَنَّ صَلاَحَ الْأَرْضِ وَالسَّمَاءِ بِالطَّاعَةِ

Berkata Abu Al’aliyah : Barang siapa bermaksiat pada Allah di muka bumi, maka dia telah berbuat kerusakan di bumi. Karena baiknya bumi dan langit dengan ketaatan.

Artinya, jika kita ingin memperbaiki bumi ini dan seluruh isinya agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat tidak ada jalan lain harus menjauhi maksiat. Tidak hanya dalam pribadi saja, akan tetapi berusaha untuk amar ma’ruf [memerintah yang baik ] serta nahyu munkar [ melarang yang mungkar ] entah dengan tangannya, lesannya maupun hatinya. Sebagaimana sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihiwasallam :

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ

Barang siapa diantara kalian melihat kemunkaran hendaklah ia rubah dengan tangannya, jika tidak sanggup dengan lesannya. Dan jika tidak sanggup dengan hatinya, dan itu selemah-lemah iman. [ HR. Muslim, Abu Daud, Nasa’i ].

Ma’asyiral muslimin rahimani warahimakumullah,

Demikian khotbah pertama yang saya sampaikan, kurang lebihnya saya minta maaf.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُؤْمِنِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَحِيْمُ



[ KHOTBAH KEDUA]

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ, الصَلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الكَرِيْمِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْن. أَمَّا بَعْدُ :

Jama’ah shalat jum’ah yang dimulyakan Allah Ta’ala

Pemaparan diatas belum mendapatkan solusinya. Perlu diingat, bahwa suburnya tanaman, makmurnya sebuah negara dan sedikitnya bencana diukur dari ketaatan kepada Allah Ta’ala dan bukan yang lainnya. Ketika negara ini ingin menjadi negara yang diridhoi Allah Ta’ala, maka penghuninya harus siap untuk menerapkan syari’at islam. Siap untuk amarma’ruf dan nahi munkar ( memerintahkan yang baik dan melarang yang mungkar). Berganti-gantinya presiden tidak akan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat jika negara tersebut enggan untuk menerapkan syari’at Islam. Seluruh daya dan upaya dalam rangka untuk menyejahterakan negeri ini tidak akan tercapai walaupun harus mengeluarkan biaya yang besar, alat-alat yang canggih, para pakar yang ahli, semua tidak akan berarti jika kemaksiatan, kesyirikan dan kemunkaran masih marak disekitar kita.

Konsep kemakmuran suatu negeri tidak diukur dengan banyaknya sarjana-sarjana ekonomi. kemakmuran suatu negeri tidak diukur dengan banyaknya profesor-profesor. Akan tetapi kemakmuran suatu negeri diukur dengan iman dan taqwa.

Jama’ah sholat jum’ah yang dimulyakan Allah Ta’ala

Jikalau pada zaman dahulu kita dapatkan pencuri, maka pencuri pada hari ini bertambah banyak. Kalau di zaman kemerdekaan kita dapati perjudian, maka kita dapatkan perjudian berlipat ganda dibanding pada zaman kemerdekaan. Kalau hari ini kita dapati perzinaan, kemusyrikan, pembunuhan. Maka hal tersebut akan berlipat ganda dibanding pada zaman kemerdekaan. Segala daya dan upaya di kerahkan polisi dan aparat hukumnya untuk menanggulanginya, akan tetapi tidak mengurangi kemaksiatan dan kemunkaran yang menyebar disekitar kita. Dan bahkan menyebar dari perkotaan sampai di pedesaan. Dulunya pedesaan yang pada umumnya mereka tidak mengenal kemaksiatan, tetapi kemaksiatan tersebut bahkan melebihi kemaksiatan yang ada dikota-kota besar.

Jalan keluarnya bukanlah tegaknya demokrasi. Bukan pula pergantian presiden dan juga legislatif dan eksekutifnya. Akan tetapi jalan keluarnya adalah dengan kembali kepada Allah Ta’ala. Yaitu dengan penerapan syari’at islam diberbagai lini kehidupan serta memberantas kesyirikan, kebid’ahan dan kemaksiatan, sehingga tidak ada angin sedikitpun untuk berkembang dan menjajakan pemikirannya.

Demikian khutbah jum’ah yang dapat kami sampaikan, kalau ada benarnya itu datangnya dari Allah Ta’ala, dan jika ada kesalahannya itu datangnya dari saya sendiri dan dari bisikan syetan. Saya beristighfar kepada Allah Ta’ala. Dan semoga kesalahan tersebut diampuni-Nya. Sebagai penutup khotbah jumah ini marilah kita berdo’a kepada Allah agar kita diberikan kekuatan untuk menempuh jalan yang lurus hingga hari akhir nanti.[amru]

Sumber: an-najah.net

Minggu, 04 Maret 2012

DENGAN APA ISA 'ALAIHISSALAM MENETAPKAN HUKUM?

Syaikh Yusuf bin Abdillah bin Yusuf Al Wabil, sebelum menjelaskan tentang judul diatas pada pasal 3 beliau menjelaskan tentang turunnya Nabi 'Isa 'alaihi salaam, identitasnya, sifat turunnya, dalil-dalil alqur'an dan as-sunnah dan hikmah diturunkannya 'Isa 'alaihi wa sallaam bukan Nabi yang lainnya. Selanjutnya beliau menulis sub judul:

DENGAN APA ISA 'ALAIHISSALAM MENETAPKAN HUKUM?

Beliau mengatakan,Isa 'Alaihissalam akan menetapkan hukum dengan syari'at Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan dia termasuk pengikut beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, sebab Isa turun kembali ke bumi tidak dengan membawa syari'at baru karena Dinul Islam merupakan agama penutup dan berlaku hingga datangnya hari kiamat dengan tiada dimansukh. Maka Isa'Alaihissalam adalah salah seorang hakim (ahli hukum) di antara ahli-ahli hukum umat Islam ini dan sebagai mujaddid terhadap urusan Islam, karena tidak ada nabi lagi sesudah Nabi Muhammad Shalalllahu 'alaihi wa sallam.

Imam Muslim meriwayatkan dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah Shalalllahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya ; Bagaimanakah kamu jika Putra Maryam telah turun di tengah-tengah kamu sedang imammu dari kalanganmu sendiri?"

Lalu saya (Al-Walid) bin Muslim, sang perawi hadits) kepada Ibnu Abi Dzi'b: Sesungguhnya Al-Auza'i telah menceritakan kepada kami dari Az-Zuhri, dari Nafi', dari Abu Hurairah tentang lafal "wa imaamukum minkum" (dan imammu dari kalanganmu sendiri. Ibnu Abi Dza'b bertanya, "Tahukah engkau, apa yang mengimami (memimpin)mu dari kalanganmu sendiri ini?" Saya menjawab, "Sebaiknya Anda beritahukan kepada saya." la menjawab, "Yaitu ia memimpin kalian dengan kitab Rabb kalian dan Sunnah Nabi kalian." [Shahih Muslim, Kitabul Imam, Bab Nuzuuli Isa bin Mary am Haakiman 2: 193]

Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shalalllahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang berjuang membela kebenaran dengan mendapatkan pertolongan Allah hingga datangnya hari kiamat. Kemudian akan turun Isa Putra Maryam alaihissalam, lalu pemimpin mereka berkata (kepada Isa), Kemarilah, silahkan Anda mengimami kami shalat! Lalu Isa menjawab, 'Tidak, sesungguhnya sebagian Anda adalah pemimpin bagi sebagian yang lain, sebagai penghormatan dari Allah kepada umat ini. " [Shahih Muslim 2: 193-194]

Al-Qurthubi berkata, "Suatu kaum berpendapat bahwa dengan turunnya Isa Alaihissalam tidak ada taklif lagi, supaya ia tidak menjadi Rasul bagi manusia pada zaman itu yang menyampaikan perintah dan larangan (wahyu) dari Allah. Dan hal ini (adanya Rasul setelah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam) merupakan hal yang tertolak, berdasarkan firman Allah Ta'ala:

"Artinya : Dan penutup para Nabi. " [Al-Ahzab : 40]

Dan sabda Nabi Shalalllahu 'alaihi wa sallam:

"Artinya ; Tidak ada nabi sesudahku." [Shahih Muslim, Kitabul Fadhail, Bab Fii Asmaaihi saw 75: 104]

Dan sabda beliau lagi:

"Artinya : Dan aku adalah pamungkas (para nabi). " [Sahih Bukhari, Kitab Tafsir, Bab "Ya'tii min ba'dii ismuhuu Ahmad" Surat Ash-Shaf ayat 6, juz 8: 640-641]

Kalau demikian maka tidak boleh disalah fahami bahwa Isa akan turun sebagai Nabi dengan membawa syari'at baru selain syari'at Nabi Muhammad Shalalllahu 'alaihi wa sallam. Tetapi yang benar, kalau ia turun nanti maka ia menjadi pengikut Nabi Muhammad Shalalllahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana diberitahukan oleh beliau Shalalllahu 'alaihi wa sallam kepada Umar, sabdanya:

"Artinya : Kalau seandainya Musa itu masih hidup, niscaya tidak ada kemungkinan lain baginya selain mengikuti aku. " [Musnad Imam Ahmad 3: 387 dengan Catalan pinggir Muntakhabul Kanzi. Ibnu Hajar berkata, "Perawi-perawinya kepercayaan, hanya saja pada diri Mujalid (salah seorang perawinya) terdapat kelemahan. " Periksa Fathul-Bari 13: 334. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abdur Razzaq dalam Al-Mushannaf 10: 313-314 dengan tahqiq Habibur Rahman Al-A'zhami. Dan Mujalid itu adalah Mujalidbin Sa'id bin'Umair Al-Hamdani Al-Kufi, Imam Muslim meriwayat-kan darinya bila disertai yang lain. Dan mengenai Mujalid ini Ibnu Hajar mengatakan, "Dia itu orang yang benar, jujur. " Periksa: Tahdzibut-Tahdzib 10: 39-41]

Sebelum turun kembali ke bumi, di langit Isa sudah mengerti ilmu syari'ah ini untuk dipergunakan menghukum di antara manusia dan untuk diterapkan bagi dirinya sendiri. Maka berkumpullah kaum mukminin padanya pada waktu itu dan memohon kepadanya agar menerapkan hukum syari'at itu pada diri mereka. . . . Hal ini disebabkan mengabaikan hukum itu tidak diperbolehkan, dan lagi keberadaan dunia itu adalah dengan diberlakukannya taklif sampai tidak ada lagi di bumi ini orang yang menyebut lafal Allah. [At-Tadzkiroh: 677-678]

Dan yang menunjukkan masih adanya taklif (tugas syar'i) sesudah turunnya Isa 'alaihissalam ialah pelaksanaan shalatnya bersama kaum muslimin pada waktu itu, berhajinya, dan berjihadnya melawan orang-orang kafir. Masalah shalatnya Isa telah disebutkan dalam hadits terdahulu, demikian pula peperangannya terhadap orang-orang kafir dan para pengikut Dajjal.

Adapun tentang ibadah hajinya, maka diriwayatkan di dalam Shahih Muslim dari Hanzhalah Al-Aslami, ia berkata: Saya mendengar Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu menceritakan dari Nabi Shalalllahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:

"Artinya : Demi Allah yang diriku di tangann-Nya, sunngguh purta-putra Maryam akan bertahlil di Fajjur Rauha ' (suatu tempat di antara Makkah dan Madinah yang dilalui Nabi saw dalam perang Badar) dalam melakukan haji atau umrah, atau melakukan syarah Nawawi (haji qiron). " [Shahih Muslim dengan syarah Nawawi, Kitabul Hajji, Bab Jawazit Tamattu' Fil Hajji wal Qiron 8: 234]

Adapun kiatnya menghapus atau membebaskan jizyah (pajak kepala/pajak para orang) dari orang-orang kafir sedangkan hal ini telah disyari'atkan dalam Islam sebelum turunnya Isa 'Alaihissalam, maka ini tidak berarti menasakh hukum jizyah yang nota bene Isa membawa syari'at baru, karena disyari'atkannya pembebasan pajak ini terikat dengan turunnya kembali Isa 'Alaihissalam dengan pemberitahukan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka beliau telah.menjelaskan akan dihapusnya jizyah (pajak) ini dengan sabda beliau kepada kita:

"Artinya : Demi Allah, sesungguhnya putra Maryam akan turun sebagai hakim yang adil, lalu dia akan menghancurkan salib, membunuh babi, dan membebaskan jizyah. " [Shahih Muslim, Bab Nuzuuli Isa Haakiman 2: 292]

[Disalin dari kitab Asyratus Sa'ah edisi Indonesia Tanda-Tanda Hari Kiamat, Penulis Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabl MA, Penerjemah Drs As'ad Yasin, Penerbit CV Pustaka Mantiq]

Jumat, 02 Maret 2012

TANDA-TANDA HARI KIAMAT [1]

TEMPAT KELUARNYA DAJJAL

Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabil MA

Dajjal akan keluar dari arah timur, dari Khurasan, dari kampung Yahudiyyah kota Ashbahan. Kemudian mengembara ke selurah penjuru bumi. Maka tidak ada satu pun negeri yang tidak dimasukinya kecuali Makkah dan Madinah, karena kedua kota suci ini selalu dijaga oleh malaikat.

Dalam hadits Fatimah binti Qais terdahulu disebutkan bahwa Nabi saw bersabda mengenai Dajjal,

“Artinya : Ketahuilah bahwa dia berada di laut Syam atau laut Yaman. Oh tidak, bahkan ia akan datang dari arah timur. Apa itu dari arah timur? Apa itu dari arah timur… Dan beliau berisyarat dengan tangannya menunjuk ke arah timur.” [Shahih Muslim 18 : 83]

Diriwayatkan dari Abubakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada kami.

“Artinya : Dajjal akan keluar dari bumi ini di bagian timur yang bernama Khurasan. ” [Jami' Tirmidzi dengan Syarahnya Tuhfatul Ahwadzi, Bab Maa Saa-a min Aina Yakhruju Ad-Dajjal 6: 495. Al-Albani berkata, "Shahih. " Vide: Shahih Al-Jami' Ash-Sha-ghir 3: 150, hadits nomor 3398]

Dari Anas Radhiyalahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Dajjal akan keluar dari kampung Yahudiyyah kota Ashbahan bersama tujuh puluh ribu orang Ashbahan. ” [Al-Fathur Rabbani Tartib Musnad Ahmad 24: 73. Ibnu Hajar berkata, "Shahih. " Periksa: Fathul-Bari 13: 328). Ibnu Hajar berkata, "Adapun mengenai tempat dari mana ia keluar? Maka secara pasti ia akan keluar dari kawasan timur. " (Fathul-Bari 13: 91)]

Ibnu Katsir berkata, “Maka Dajjal akan mulai muncul dari Ashbahan, dari suatu kampung yang bernama Al- Yahudiyyah. ” [An-Nihayah fil Fitan wal Ma-lahim 1: 128 dengan tahqiq DR. Thaha Zaini]

DAJJAL TIDAK MEMASUKI KOTA MAKKAH DAN MADINAH

Dajjal diharamkan memasuki kota Makkah dan Madinah ketika ia muncul pada akhir zaman, berdasarkan hadits-hadits yang shahih. Adapun tempat-tempat selain Makkah dan Madinah akan dimasukinya satu demi satu.

Dalam hadits Fatimah binti Qais Radhiyallahu ‘anha disebutkan bahwa Dajjal mengatakan, “Maka saya akan keluar dan mengembara di bumi, dan tiada satu pun tempat kecuali saya masuki selama empat puluh malam kecuali Makkah dan Thaibah (Madinah), karena kedua kota itu diharamkan bagi saya untuk memasukinya. Apabila saya hendak memasuki salah satu dari kedua kota tersebut. saya dihadapi oleh malaikat yang menghunus pedang untuk menghardik saya, dan pada tiap-tiap lorongnya ada malaikat yang menjaganya.” [Shahih muslim, Kitab Al-Fitan wa Asyrotis Sa'ah, Bab Qishshotil Jasasah 18: 83]

Juga diriwayatkan bahwa Dajjal tidak akan memasuki empat buah masjid, yaitu masjidil Haram, Masjid Madinah. Masjid Thir, dan masjid Al-Aqsho. Imam Ahmad meriwayatkan dari Jinadah bin Abi Umayyah Al-Azdi, ia berkata. ”Saya pernah pergi bersama seorang lelaki Anshar kepada salah seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu kami berkata. “Tolong ceritakan kepada kami apa yang pernah Anda dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai Dajjal, lantas ia mengemukakan hadits itu seraya berkata, “Sesungguhnya ia akan berdiam di bumi selama empat puluh hari yang dalam waktu itu ia dapat mencapai semua tempat minum (sumber air), dan ia tidak mendekati empat buah masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjid Madinah, Masjid Thur. dan Masjidil Aqsho.” [Al-Fathu Rabbani 24: 76 dengan tartib As-Sa'ati. Al-Haitsami berkata. "Diriwayatkan oleh Ahmad dan perawi-perawinya adalah perawi-perawi shahih." Majma'uz Zawaid 7: 343. Ibnu Hajar berkata, "Perawi-perawinya kepercayaan." Fathul Bari 13: 105]

Adapun yang tersebut dalam riwayat Bukhari dan Muslim dalam kitab Shahihnya (Shahih Bukhari, Kitab Ahaditsul Anbiya’, Bab Qaulillah “wadzkur Fil Kitabi Maryam” 6: 477; dan Shahih Muslim, Kitabul Iman, Bab Dzikril Masih Ibni Maryam ‘alaihissalam wal- Masihid Dajjal 2: 233-235) yang menyebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat seorang berambut kribo dan buta matanya sebelah kanan sedang meletakkan thawaf di Baitullah, lantas ditanya, kemudian orang-orang menjawab bahwa dia adalah Al-Masih Ad-Dajjal, maka riwayat ini tidak bertentangan dengan terhalangnya Dajjal memasuki kota Makkah dan Madinah, karena terhalangnya Dajjal memasuki kota Makkah dan Madinah adalah besok pada pemunculannya pada akhir zaman. Wallahu a’lam. [Periksa: Syarah Nawawi terhadap Shahih Muslim 2: 234 dan Fathul-Bari 6: 488-489]

PENGIKUT-PENGIKUT DAJJAL

Kebanyakan pengikut Dajjal adalah orang-orang Yahudi, orang Ajam, orang Turki, dan banyak lagi manusia dari berbagai bangsa dan golongan yang kebanyakan dari orang-orang Arab dusun dan kaum wanita.
Muslim meriwayatkan dari Anas bin Malik ra bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya: Dajjal akan diikuti oleh orang-orang Yahudi Ashfahan sebanyak tujuh puluh ribu orang yang mengenakan jubah tiada berjahit. ” [Shahih Muslim. Kitabul Fitan wa Asyrotis Sa'ah, Bab Fi Baqiyyah Min Ahaadiitsid Dajjal 18: 85-86)]
Dan dalam riwayat Imam Ahmad disebutkan:

“Tujuh puluh ribu orang yang mengenakan topi. ” [Al-Fathur Rabbani Tartib Musnad Ahmad 24: 73. Hadits in: shahih. Periksa: Fathul-Bari 13: 328]
Dan di dalam riwayat Abubakar disebutkan.

“Dia diikuti oleh kaum yang mukanya gelap.” [Riwayat Tirmidzi]
Ibnu Katsir berkata. “Menurut lahirnya -wallahu a ‘lam- yang di maksud dengan Tark itu adalah pembantu-pembantu Dajjal.” [An-Nihayah Fil Fitan wal Malahim 1: 117]

Demikian pula yang dimaksud dalam hadits Abi Hurairah.

“Tidaklah datang kiamat sehingga kamu memerangi bangsa Khauz dan Kirman dari orang-orang Ajam yang wajahnya merah, hidungnya pipih (pesek). matanya sipit, wajahnya seperti tembaga, dan sepatunya beludru.” [Shahih Bukhari, Kitab Al-Manaqib, Bab 'Alamatin Nubuwwab Fil Islam 6: 604]

Adapun pengikut Dajjal kebanyakan dari orang-orang Arab kampung disebabkan pada waktu itu mereka dilanda kebodohan. Di dalam hadits Abi Umamah yang panjang antara lain disebutkan:

Dan di antara fitnahnya –yakni fitnah Dajjal- ialah ia akan berkata kepada orang-orang Arab kampung, “Bagaimana pendapatmu jika aku membangkitkan ayahmu dan ibumu, apakah kamu mau bersaksi bahwa aku adalah tuhanmu ?” Dia menjawab, “Ya.” Kemudian ada dua syetan yang menyerupakan diri dengan ayahnya dan ibunya, lantas keduanya berkata, “Wahai anakku, ikutilah dia, sesungguhnya dia adalah tuhanmu.” [Sunan Ibnu Majah, Kitabul Fitan 2:1359-1363. Hadits ini shahih. Periksa: Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir 6: 273- 277, hadits no. 7752]

Sedangkan kaum wanita yang banyak mengikutinya disebabkan lebih mudah terpengaruh dari pada orang-orang Arab kampung, di samping kebodohan mereka. Di dalam hadits Ibnu Umar ra, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Artinya : Dajjal akan turun di lembah air Murqonah’ ini, maka orang yang datang kepadanya kebanyakan kaum wanita, sehingga seseorang akan pergi menemui sahabat karibnya, ibunya, anak perempuanya, saudara perempuannya, dan kepada bibinya untuk meneguhkan hatinya karena kuatir mereka akan pergi menemui Dajjal.” [Musnad Ahmad 7: 190 dengan tahqiq Ahmad Syakir, dan beliau berkata, "Isnadnya shahih."]

Disalin dari kitab Asyratus Sa'ah edisi Indonesia Tanda-Tanda Hari Kiamat, Penulis Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabl MA, Penerjemah Drs As'ad Yasin, Penerbit CV Pustaka Mantiq]