وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ) [الأنفال30
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. [ QS. Al Anfal : 30 ].
Bentuk usaha para musuh-musuh islam dalam rangka menghentikan lajunya dakwah tauhid ini adalah dengan memeranginya sekuat tenaga. Mereka melancarkan berbagai makar dan program guna menyukseskan rencana tersebut. Dan itulah yang dilakukan fir’aun terhadap nabi Musa alaihis salam. Allah Ta’ala berfirman :
Fir’aun berkata: “Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar Aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan” [ As Syu’aro’ : 29 ].
Tidak hanya itu, fir’aun juga berkeinginan untuk membunuh nabi Musa alaihis salam karena ia telah membuat kerusakan di bumi. Tuduhan ini persisi seperti yang dituduhkan para taghut hari ini pada para da’I tauhid dan mujahidin. Yaitu pembuat onar dan kerusakan di bumi.
Sebab turunnya ayat
Ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu yang telah bercerita, bahwa ada segolongan orang-orang Quraisy dan para pemimpin setiap kabilah, mereka telah sepakat untuk mengadakan pertemuan di Darun Nadwah.
Akan tetapi tiba-tiba muncullah di hadapan mereka iblis yang berupa seorang syekh (ketua) yang tampak agung penampilannya. Maka ketika mereka melihatnya, lalu mereka bertanya kepadanya, “Siapakah Anda?” Iblis menjawab, “Aku adalah seorang syekh dari penduduk Najd; aku telah mendengar tentang subjek yang akan dibicarakan di dalam pertemuan kalian. Lalu aku diperintahkan untuk menghadiri pertemuan kalian, dan niscaya saran dan nasihatku nanti tidak akan sia-sia untuk kepentingan kalian.” Lalu mereka menjawab, “Baiklah, kalau demikian silakan masuk,” maka iblis itu masuk bersama-sama dengan mereka ke dalam Darun Nadwah. Lalu iblis yang menyerupai syekh dari Najd itu berkata, “Cobalah kalian kemukakan tindakan apa yang akan kalian lakukan terhadap lelaki itu (Nabi Muhammad).” Maka salah seorang dari mereka mengatakan, “Ikatlah dia oleh kalian ke dalam ikatan yang erat sekali kemudian kalian membiarkannya hingga mati, sebagaimana yang telah dialami oleh para pendahulunya dari kalangan ahli-ahli syair seperti Zuhair dan Nabighah. Sesungguhnya dia itu tiada lain hanyalah seperti seseorang di antara mereka.”
Akan tetapi iblis yang dalam rupa seorang syekh dari Najd itu berkata, “Tidak, demi Allah, ini adalah pendapat yang tidak baik untuk kalian. Demi Allah, niscaya pasti akan ada seseorang yang akan keluar dari tempat tahanannya untuk memberitahukan kepada sahabat-sahabatnya. Maka mereka pasti akan melepaskan ikatannya dan mengambilnya dari tangan kalian, kemudian mereka mempertahankannya habis-habisan, sehingga keadaan kalian tidak akan aman lagi dan mereka pasti akan dapat mengusir kalian dari tanah tempat tinggal kalian. Maka coba kemukakan oleh kalian pendapat yang lainnya.” Lalu ada seseorang lainnya yang mengatakan, “Kalian keluarkan dia dari tempat tinggal kita, maka kalian akan bebas dari ulahnya. Karena sesungguhnya bilamana dia telah keluar dari tanah tempat tinggal kita ini, niscaya kalian tidak akan tertimpa bahaya oleh perbuatannya.”
Kemudian iblis yang berupa syekh dari Najd itu berkata, “Demi Allah, hal ini bukan pendapat yang baik bagi kalian. Tidakkah kalian melihat sendiri akan tutur bahasanya yang manis dan kefasihan lisannya? Maka niscaya hati orang-orang akan terpikat mendengar tutur katanya itu. Demi Allah, seandainya kalian melakukan usulnya itu, kemudian ia menawarkan kepada orang-orang Arab semuanya, maka niscaya mereka mau berkumpul mengikuti seruannya. Kemudian dia pasti akan berangkat untuk menyerang kalian, lalu mengusir kalian dari negeri kalian sendiri dan membunuh orang-orang terhormat kalian.”
Mendengar jawaban iblis itu lalu mereka berkata, “Demi Allah, apa yang dikatakannya itu benar; maka coba kemukakan lagi pendapat yang selain itu dari kalian.” Lalu Abu Jahal berkata mengajukan usulnya, “Demi Allah, aku akan mengemukakan kepada kalian suatu pendapat yang belum kalian temukan sebelumnya, aku melihat bahwa pendapat inilah yang paling baik.” Kemudian mereka yang hadir menjawab, “Coba kemukakanlah usulmu itu?” Abu Jahal mengatakan, “Kalian harus mengambil dari setiap kabilah seorang pemuda yang kuat sebagai wakilnya, kemudian masing-masing pemuda dari mereka diberi pedang yang tajam, lalu mereka secara beramai-ramai memukulnya dengan pedang-pedang mereka sekaligus. Maka jika kalian telah membunuhnya berarti darahnya terbagi-bagi di antara semua kabilah; aku menduga bahwa puaknya itu (Bani Hasyim) tidak akan mampu untuk memerangi kabilah Quraisy secara keseluruhan untuk membalas kematiannya. Dan sesungguhnya jika orang-orang Bani Hasyim melihat kenyataan tersebut, maka niscaya mereka mau menerima diatnya saja, kemudian kita semua bebas dan berhasil membungkam sikapnya yang menyakitkan itu.”
Maka iblis yang berupa syekh dari Najd itu berkata, “Ini, demi Allah, adalah pendapat yang benar dan jitu; pendapat yang paling tepat adalah pendapat yang telah dikatakan olehnya (Abu Jahal), aku melihat tidak ada pendapat yang paling baik selain daripada pendapatnya itu.”
Setelah itu mereka berpisah dengan membawa suatu kesepakatan, yaitu seperti apa yang telah dikemukakan oleh usul Abu Jahal tadi. Lalu malaikat Jibril mendatangi Nabi sallallahu alaihi wasallam dan memerintahkan dia supaya jangan menginap pada malam itu pada tempat yang biasa ia tidur, serta malaikat Jibril memberitahukan kepada beliau tentang makar yang telah direncanakan oleh kaumnya.
Pada malam itu Rasulullah sallallahu alaihi wasallam tidak tidur di rumahnya, dan pada saat itu juga Allah Ta’ala memberikan izin kepadanya untuk keluar berhijrah (ke Madinah). Ketika Rasulullah sallallahu alaihi wasallam telah sampai di Madinah dengan selamat tanpa kekurangan sesuatu pun, lalu turunlah firman-Nya yang mengingatkannya kepada nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada dirinya, yaitu firman-Nya, “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya (tipu muslihat) terhadap dirimu.” (Q.S. Al-Anfaal 30).
Pelajaran yang diambil
Para pengusung kebenaran tidak akan pernah sepi dari halangan dan rintangan. Hal tersebut bukan karena kurang santun dan bijaknya dakwah yang diemban. Tetapi memang sudah menjadi sunnatullah bahwa para penegak kebenaran pasti akan berbenturan dengan kebatilan.
Lihatlah pesan Waraqah bin Naufal kepada nabi sallallahu alihi wasallam yang disebutkan dalam shahihain :
لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمِثْلِ مَا جِئْتَ بِهِ إِلَّا عُودِيَ
Tidaklah datang seseorangpun dengan membawa sesuatu seperti yang kau bawa dengannya kecuali akan dimusuhi. [ HR. Muttafaq ‘alaihi ].
Syaikh Abu Muhammad al Maqdisi juga berkata : Sedikit mereka itu yang mengetahui hakekat manhaj din yang mulia ini. Dan ketika Allah Ta’ala menciptakan jannah dan neraka dan Ia mengutus Jibril untuk melihat keduanya, maka tidaklah Jibril melihat jannah dan apa yang ada di dalamnya adalah sebuah kenikmatan yang luar biasa. Dan berkata : “ Demi Allah wahai rob tidaklah satupun mendengarnya, kecuali ingin memasukinya”. Maka ketika melihatnya, ternyata jannah dikelilingi dengan hal yang tidak disenangi. Dan ketika Jibril alaihis salam melihat neraka dan berkata : “Demi Allah wahai robku, aku takut untuk memasukinya seseorangpun”. Dan ternyata neraka dipenuhi dengan syahwat.
Maka jalan yang telah Allah Ta’ala tetapkan kepada hambanya untuk menghantarkan ke jannah bukanlah jalan yang dipenuhi dengan hal-hal yang menyenangkan dan menggembirakan. Sama sekali tidak !. Bahkan ia adalah jalan yang dipenuhi dengan berbagai ujian, siksaaan dan juga darah. Dan jika seandainya seseorang masuk jannah dengan jalan selain jalan ini, tentulah Nabi sallallahu alaihi wasallam dan juga nabi-nabi yang lain menempuh jalan tersebut. Karena mereka adalah sebaik-baik makhluk-Nya di bumi. Sungguh mereka telah diuji dengan siksaan dan pendustaan oleh kaumnya. Akan tetapi mereka tetap sabar dan teguh.
Dan inilah hakekat yang harus diketahui oleh orang yang memiliki akal. Bahwa jalan para nabi dan sejarah para da’i dalam menegakkan tauhud selalu dipenuhi dengan pengorbanan. Maka orang-orang yang ingin menjadi pewaris para nabi, kemudian mereka mencari ridhonya manusia atau penguasa, hakekatnya mereka tidak paham dengan manhaj ini. [ makalah : lam ya’ti rojulun qottun bimitsli ma ji’ta bihi illa ‘udiya ].
Sekarang tinggal kita, apakah memilih jalan menuju jannah yang dipenuhi dengan derain air mata dan darah, ataukah neraka yang dipenuhi dengan syahwat dan kesenangan dunia. Jika kita memlilih jannah, kita harus siapkan bekal keimanan dan kesabaran dan bekal-bekal lainnya. Karena jalan yang akan kita daki semakin tinggi dan semakin terjal. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali milik Allah. [ Amru ].
Sumber: http://annajahsolo.wordpress.com
0 komentar
Posting Komentar