Mutiara Hadits - 1

Dari Abu ‘Abs, yaitu Abdurrahman bin Jabr Rasulullah saw bersabda; tidaklah kedua telapak kaki seorang hamba berdebu di jalan Allah lalu ia tersentuh oleh api neraka (HR al-Bukhari dan lainnya).

Mutiara Hadits - 2

Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radhiallohu 'anhu, Pelayan Rasulullah Shallallohu 'alaihi wa sallam, ia berkata; Rasulullah Shallallohu 'alaihi wa sallam bersabda, Sungguh pagi hari berangkat atau sore hari kembali dari berjihad di jalan Allah lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Mutiara Hadits - 3

Dari Abu Hurairah , berkata; nabi  ditanya, Apakah amal yang paling utama? Beliau menjawab, “Iman kepada Allah dan rasulNya. Lalu ditanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Jihad fi sabilillah” Kemudian ditanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Haji yang mabrur” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Mutiara Hadits - 4

Dari Ummul Mu’minin, Ummu Abdillah, A’isyah , berkata, wahai Rasulullah, kami melihat jihad adalah amal yang paling utama, mengapa kami tidak (dilibatkan dalam) berjihad? Beliau menjawab, “Tidak, tetapi jihad yang paling utama (bagi wanita) adalah hajji yang mabrur (HR al-Bukhari).

Mutiara Hadits - 5

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda; barangsiapa mati padahal ia belum pernah berperang, dan tidak pernah terlintas di benaknya keinginan untuk berperang maka ia mati di atas salah satu cabang kemunafikan (HR Muslim).

Selasa, 06 Desember 2011

AKHLAK SALAF bagian ke-4

KAUM SALAF DAN FATWA

Dari Nafi’, dia menyebutkan bahwa ada seorang laki-laki yang bertanya tentang suatu masalah kepada Ibnu Umar. Namun beliau malah menundukkan kepalanya dan sama sekali tidak menjawab pertanyaan orang itu. Orang-orang mengira bahwa beliau benar-benar tidak mendengar pertanyaan laki-laki tersebut. Kemudian laki-laki tersebut kembali berkata kepada beliau,"Semoga Alloh melimpahkan rahmat kepadamu. Apakah anda tidak mendengar peranyaanku?” Ibnu menjawab, “Aku mendengarnya. Akan tetapi seakan-akan kalian mengira bahwa Alloh tidak akan meminta pertanggungjawaban atas pertanyaan yang kalian ajukan kepadaku. Olehkarena itu tinggalkanlah kami terlebih dahulu -semoga Alloh melimpahkan rahmat kepadamu- sampai kami bisa memahami pertanyaanmu. Jika kami menemukan jawabannya, maka kamipun akan menyampaikan jawaban tersebut. Akan tetapi ji tidak, maka kamipun akan memberitahukan kepadamu bahwa kami tidak memiliki pengetahuan tentang hal itu.” (Shifatu Ash-Shafwah I/566)

Dari Musa bin Ali bin Rabbah, dari ayahnya dia berkata, “Jika ad yang bertanya kepada Zaid bin Tsabit maka beliau akan berkata, “Apakah kejadian yang kamutanyakan benar-benar ada?” Jika orang yang bertanya tadi menjawab, “ya” beliaupun akan menanggapinya. Akan tetapi jika dia menjawab “tidak”, maka Zaid tidak akan membahasnya.” (Siyaru A’lam An-Nubala, II/438)

Dari Ayub dia berkata, “Ketika berada di Mina aku telah mendengar Al- Qosim ditanya tentang sesuatu. Ternyata pada waktu itu ia menjawab saya tidak tahu. Ketika orang-orang terus mendesak dengan pertanyaan, beliau tetap saja berkata, “Demi Alloh, aku tidak mengetahui semua yang kalian tanyakan kepadaku. Seandainya aku tahu, tidak mungkin aku akan menyembunyikan ilmu dari kalian. Sebab seorang yang hidup dalam keadaan bodoh –setelah ia mengetahui hak Alloh- akan lebih baik baginya daripada ia alim tetapi ketika ditanya tidak memberitahukan jawabannya.” (Shifatu Ash-Shafwah II/89)

Sabtu, 26 November 2011

AKHLAK SALAF bagian ke-3

KAUM SALAF DAN MENGHINDARI AMBISI KEPEMIMPINAN
Dari Sufyan, dia berkata, Al-Ahnaf berkata, Umar bin Al-Khathab berkata kepada kami, “Jadilah kalian seorang ahli fiqih sebelum kalian dianggap menjadi pemimpin!” Sufyan berkata, “Sebab jika seseorang mengerti ilmu agama, dia tidak akan mencari kepemimpinan.” (shifatu ash-shafwah, II/236)

Dari Yusuf bin Asbath, aku telah mendengar Sufyan berkata, “Aku tidak tidak pernah mendengar ada sifat zuhhud pada sesuatu yang lebih sedikit daripada zuhud terhadap kepemimpinan. Kamu mungkin banyak menjumpai orang yang bisa zuhud terhadap makanan, minuman, harta dan busana. Namun jika kita tidak membagikan kepemimpinan kepada mereka, mereka akan segera mempertahankan dan memperebutkannya.” (Siyaru A’lam An-Nubala,VII/262)

KAUM SALAF DAN PEMAHAMAN TERHADAP AGAMA
Ibnu Uyainah berkata, ‘Amir bin Al-‘Ash berkata, “orang uang berakal itu bukan orang yang mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk. Akan tetapi yang dimaksud orang yang berakal adalah orang yang dapat mengetahui kebaikan diantara dua keburukan.” (Siyaru A’lam An-Nubala,VII/74)
Ibnu Baththah berkata, “Aku mendengar Al-Barbahari berkata, ‘Duduk bersama untuk saling memberi nasihat bisa membuka pintu faidah. Sedang duduk bersama untuk saling berdebat bisa menutup pintu faidah. (Siyaru A’lam An-Nubala, XV/91)
Ar-Robi’ berkata, aku mendengar Asy-Syafi’i berkata, “Berdebat dalam masalah agama dapat menyebabkan hati menjadi keras, dan mengakibatkan perasaan dendam.” (Siyaru A’lam An-Nubala, IX/28)

KAUM SALAF DAN KETUNDUKAN PADA KEBENARAN
Dari Abdurrahman bin Abdulloh bin Mas’ud, dari ayahnya dia berkata, “Ada seorang yang datang kepaada Abdulloh bin Mas’ud seraya berkata, “Wahai Abu Abdurrahman, beritahukan kepadaku kalimat yang simpel namun banyak mengandung manfaat!” Abdulloh menjawab, “Janganlah kamu menyekutukan Alloh. Berjalanlah bersama Alqur’an kemana saja kamu pergi. Jika ada kebenaran yang datang kepadamu, janganlah segan-segan untuk menerimanya, sekalipun kebenaran itu sangatjauh letaknya dan tidak menyenangkan. Dan jika ada kebatilan yang datang kepadamu, tolaklah ia jauh-jauh, sekalipun kebatilan itu sangat kamu sukai dan sangat dekat denganmu.”(Shifatu Ash-Shafwah I/419)

Selasa, 22 November 2011

AKHLAK SALAF bagian ke-2

KAUM SALAF, KHASYYAH DAN MURAQABAH

Dari Qobishah bin Qois Al-Anbari, dia berkata, ”Jika hari menjelang sore, Adh-Dhahak bin Mujahim menangis. Dia ditanya, “apa yang membuatmu menangis?”,Dia berkata, “Aku tidak mengetahui apakah amal perbuatanku hari ini ada yang terangkat ke langit.”(shifatu ash-shafwah, IV/150)

Diriwayatkan dari Al Maruzi, dia berkata , “Aku berkata kepada Ahmad, “Bagaimanakeadaanmu pagi ini?” Dia balik bertanya, “Bagaimna keadaan orang yang ia dituntut oleh Robbnya untuk menjalankan kewajiban, dituntut oleh Nabi-Nya untuk menjalankan sunnah-sunahnya, kedua malaikat senantiasa memperbaiki amal perbuatannya, jiwanya senantiasa mendorong untuk melampiaskan hawa nafsunya, iblis terus menerus membujuknya mengerjakan perbuatan keji, malaikat maut terus siap untuk mencabut rohnya, dan anggota keluarganya senantiasa meminta nafkah kepadanya?” (Siyaru A’lam An-Nubala, IX/227)

KAUM SALAF DAN KEBENCIAN MEREKA TERHADAP POPULERITAS
Dari Al-Husain bin Al-Hasan Al-Maruzi, dia berkata, Abdulloh bin Al-Mubarok berkata, “Jadilah kamu seorang yang khumul dan tidak suka populeritas. Namun jangan kamu menunjukkankepada orang lain bahwa dirimu menyukai khumul yang malah menjadikan dirimu terkenal. Karena pengakuanmu sebagai orang zuhud merupakan upaya untuk menghilangkan kezuhudan dalam dirimu sendiri. Sebab dengan demikian, tanpa sengaja kamu akan mendatangkan pujian dan sanjungan orang lain terhadap dirimu.” (shifatu ash-shafwah, IV/137)

KAUM SALAF DAN KEKHAWATIRAN MEREKA TERHADAP UJUB
Adz-Dzahabi berkata, “Demi Alloh, sungguh tidak berbahagia orang yang membersihkan jiwanya namun kemudian membanggakannya.” (Siyaru A’lam An-Nubala, IV/190)
Dari Wahab bin Munabih, dia berkata, “Hafalkan tiga nasihat dariku. Berhati-hatilah kalian dari hawa nafsu yang diikuti, berhati-hatilah dari teman yang buruk, berhati-hatilah terhadap ujubnya seseorang terhadap dirinya.” (Siyaru A’lam An-Nubala, IV/549)

KAUM SALAF DAN ZUHUD TERHADAP DUNIA
Dari Al-Auza’i, dari Bilal bin Sa’ad bahwa Abu Darda’ berkata, “Aku berlindung kepada Alloh dari hati yang tercerai berai.” Beliau ditanya, “Bagaimana hati yang tercerai berai itu?” Abu Darda’ menjawab, “Di setiap lembah milikku selalu ada hartanya.” (Siyaru A’lam An-Nubala, II/348)
Dari Abbas As-Saroj, Aku telah mendengar Ibrohim bin Basyar, aku telah diberitahu oleh Ali bin Fudhail, aku telah mendengar ayahku berkata kepada Ibnu al-Mubarok, “Engkau telah memerintahkan kami untuk zuhud, tidak berlebihan dan mengumpulkan sebanyak mungkin bekal untuk akherat. Namun kami melihatmu malah banyak mengumpulkan dunia, bagaimana ini?” Ibnu al-Mubarok menjaawab, “Wahai Abu Ali, aku mengerjakkan hal ini untuk menjaga kehormatan wajahku dan memuliakan martabatku. Dan semua ini aku lakukan dengan niat untuk membantuku mengerjakan ketaatan kepada Robbku.” Al-Fudhail berkata, “Wahai Ibnu al-Mubarok, alangkah bagusnya jika engkau mampu menyempurnakan-nya.” (Siyaru A’lam An-Nubala,VIII/387)

Sabtu, 19 November 2011

AKHLAK SALAF

Akhlak Salaf bagian ke-1

Kaum Salaf,Keikhlasan dan Kejujuran
Dari Bakar bin Ma'iz berkata, "Ar-Robi' tidak pernah kelihatan mengerjakan sholat sunnah di dalam masjid kaumnya kecuali hanya sekali."(Shifatu ash-Shafwah, III/61)
Dari Abu Hamzah Ats-Tsumali, ia berkata, "Dulu Ali bin Al-Husain membawa sekarung roti di punggungnya pada malam hari untuk kemudian disedekahkan.Beliau berkata,"Sesungguhnya sedekah secara rahasia bisa memadamkan murka Alloh Azza wa Jalla."(Shifatu ash-Shafwah, III/96)

Kaum Salaf, Keikhlasan dan Kejujuran

Dari Musa Al Mu'alla, ia berkata, Hudzaifah berkata, "Wahai Abu Musa, ada 3 hal yang jika ketiganya beradadalam dirimu, maka tidak akan ada kebaikan yang turun dari langit kecuali yang memang telah menjadi bagianmu:

1. Hendaklah amal perbuatanmu ikhlas karena Alloh Azza wa Jalla.

2. Hendaknya kamu mencintai manusia sebagaimana kamu mencintai diri sendiri.

3. Hendaknya kamu mencari makananmu yang halal. (Shifatu ash-Shafwah, IV/269)


Diringkas dari buku: Aina Nahnu min Akhlaqis Salaf karya (Abdul Aziz bin Nashirul Jalil dan Bahauddiin bin Fatih 'Aqil)

Mutiara Salaf

Mutiara Salaf bagian 1

بسم الله الحمن الرحيم


1. Abdulloh bin Mubarok rahimahulloh berkata:

رب عمل صغير تعظمه النية ورب عمل كبير تصغره النية

"Berapa banyak amalan kecil menjadi besar pahalanya karena niat dan berapa pula banyak amalan besar menjadi kecil pahalanya karena niat." (Jami' Al 'Uluum wa Al Hikaam, hal 12)

2. Robi' bin Khutsaim rahimahulloh berkata:

كل ما لا يبتغي به وجه الله عز وجل يضمحل

"Segala sesuatu yang dilakukan tidak untuk mencari ridho Alloh, pastilah ia akan sia-sia." (Shifatu Ash-Shafwah, III/61)

3. Ibnu Qoyyim rahimahulloh berkata:

المخلص من يكتم حسنته كما يكتم السيئته
"Orang yang ikhlas adalah orang yang menyembunyikan kebaikannya sebagaimana ia menyembunyikan keburukannya." (Tazkiyyatu An-Nafs, hal.17)