Dari Sufyan, dia berkata, Al-Ahnaf berkata, Umar bin Al-Khathab berkata kepada kami, “Jadilah kalian seorang ahli fiqih sebelum kalian dianggap menjadi pemimpin!” Sufyan berkata, “Sebab jika seseorang mengerti ilmu agama, dia tidak akan mencari kepemimpinan.” (shifatu ash-shafwah, II/236)
Dari Yusuf bin Asbath, aku telah mendengar Sufyan berkata, “Aku tidak tidak pernah mendengar ada sifat zuhhud pada sesuatu yang lebih sedikit daripada zuhud terhadap kepemimpinan. Kamu mungkin banyak menjumpai orang yang bisa zuhud terhadap makanan, minuman, harta dan busana. Namun jika kita tidak membagikan kepemimpinan kepada mereka, mereka akan segera mempertahankan dan memperebutkannya.” (Siyaru A’lam An-Nubala,VII/262)
KAUM SALAF DAN PEMAHAMAN TERHADAP AGAMA
Ibnu Uyainah berkata, ‘Amir bin Al-‘Ash berkata, “orang uang berakal itu bukan orang yang mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk. Akan tetapi yang dimaksud orang yang berakal adalah orang yang dapat mengetahui kebaikan diantara dua keburukan.” (Siyaru A’lam An-Nubala,VII/74)
Ibnu Baththah berkata, “Aku mendengar Al-Barbahari berkata, ‘Duduk bersama untuk saling memberi nasihat bisa membuka pintu faidah. Sedang duduk bersama untuk saling berdebat bisa menutup pintu faidah. (Siyaru A’lam An-Nubala, XV/91)
Ar-Robi’ berkata, aku mendengar Asy-Syafi’i berkata, “Berdebat dalam masalah agama dapat menyebabkan hati menjadi keras, dan mengakibatkan perasaan dendam.” (Siyaru A’lam An-Nubala, IX/28)
KAUM SALAF DAN KETUNDUKAN PADA KEBENARAN
Dari Abdurrahman bin Abdulloh bin Mas’ud, dari ayahnya dia berkata, “Ada seorang yang datang kepaada Abdulloh bin Mas’ud seraya berkata, “Wahai Abu Abdurrahman, beritahukan kepadaku kalimat yang simpel namun banyak mengandung manfaat!” Abdulloh menjawab, “Janganlah kamu menyekutukan Alloh. Berjalanlah bersama Alqur’an kemana saja kamu pergi. Jika ada kebenaran yang datang kepadamu, janganlah segan-segan untuk menerimanya, sekalipun kebenaran itu sangatjauh letaknya dan tidak menyenangkan. Dan jika ada kebatilan yang datang kepadamu, tolaklah ia jauh-jauh, sekalipun kebatilan itu sangat kamu sukai dan sangat dekat denganmu.”(Shifatu Ash-Shafwah I/419)