Mutiara Hadits - 1

Dari Abu ‘Abs, yaitu Abdurrahman bin Jabr Rasulullah saw bersabda; tidaklah kedua telapak kaki seorang hamba berdebu di jalan Allah lalu ia tersentuh oleh api neraka (HR al-Bukhari dan lainnya).

Mutiara Hadits - 2

Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radhiallohu 'anhu, Pelayan Rasulullah Shallallohu 'alaihi wa sallam, ia berkata; Rasulullah Shallallohu 'alaihi wa sallam bersabda, Sungguh pagi hari berangkat atau sore hari kembali dari berjihad di jalan Allah lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Mutiara Hadits - 3

Dari Abu Hurairah , berkata; nabi  ditanya, Apakah amal yang paling utama? Beliau menjawab, “Iman kepada Allah dan rasulNya. Lalu ditanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Jihad fi sabilillah” Kemudian ditanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Haji yang mabrur” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Mutiara Hadits - 4

Dari Ummul Mu’minin, Ummu Abdillah, A’isyah , berkata, wahai Rasulullah, kami melihat jihad adalah amal yang paling utama, mengapa kami tidak (dilibatkan dalam) berjihad? Beliau menjawab, “Tidak, tetapi jihad yang paling utama (bagi wanita) adalah hajji yang mabrur (HR al-Bukhari).

Mutiara Hadits - 5

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda; barangsiapa mati padahal ia belum pernah berperang, dan tidak pernah terlintas di benaknya keinginan untuk berperang maka ia mati di atas salah satu cabang kemunafikan (HR Muslim).

Rabu, 29 Februari 2012

Aqidah Jihad Kaum Muslimin [5]

PRINSIP KELIMA:
SECARA SYAR'I ALLAH SWT MENYURUH ORANG-ORANG MUKMIN UNTUK MELAWAN ORANG KAFIR YANG DITAKDIRKAN MENGUASAI MEREKA

Allah SWT berfirman,
وَلَوْلا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
“Dan sekiranya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang didalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang-orang yang mau menolong agamaNya. Sesungguhnya Allah itu Maha Kuat lagi Maha Perkasa." (QS. Al Hajj : 40)

Perlawanan orang-orang mukmin terhadap orang-orang kafir melalui beberapa marhalah (tahapan):

Marhalah Pertama: Dakwah kepada Islam
Allah berfirman,
وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالأُمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدْ اهْتَدَوا
"Dan katakanlah kepada orang-orang yang diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi (tidak tahu baca tulis), "Apakah kalian mau masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam berarti mereka telah mendapatkan petunjuk." (QS. Ali Imran : 20)

Dan Rasulullah SAW pernah berkata kepada sahabat Muadz, tatkala beliau mengutuskan ke Yaman:
إنك تأتي قـومـا من أهل الكتاب فليكن أول ما تدعوهم إليه شهادة أن لا إله إلا الله
"Sesungguhnya kalian akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab. Maka hendaklah pertama kali apa yang kamu serukan kepada mereka adalah syahadat bahwa tidak ada Ilah selain Allah." (HR. Mutatafaq alaih)

Dengan melihat kepada keumuman risalah Rasulullah SAW sebagaimana yang telah saya sebutkan dalam bab berpegang teguh kepada Kitab dan Sunnah. Maka dengan dakwah Nabi SAW, manusia terbagi menjadi mukmin dan kafir. Karena itu ada hadits yang menyebutkan:
ومحمد فَرْقٌ بين الناس
"Dan Muhammad itu pemisah antara manusia." (HR. Bukhari dari Jabir)

Setelah dakwah, hubungan antara orang mukmin dan orang kafir akan mengambil bentuk-bentuk lain, yaitu :

Marhalah kedua: Bersikap baro' (berlepas diri) dari orang kafir, baik keadaannya hidup atau mati

Sikap baro' terhadap orang kafir yang masih hidup adalah dengan menampakkan permusuhan dan kebencian terhadap mereka karena kekufuran mereka. Tidak mengikuti hawa nafsu dan konsep hidup mereka, serta mengasingkan diri dari mereka dan tidak bergaul dengan mereka. Insya Allah akan ada rincian tambahannya.
Adapun sikap bara' kepada mereka setelah mereka mati adalah dengan tidak memintakan ampunan bagi mereka.

Allah berfirman:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُوْلِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
"Tidak pantas bagi seorang Nabi dan orang-orang yang beriman untuk memintakan ampunan bagi orang-orang musyrik meskipun mereka itu kerabat dekat, setelah jelas baginya bahwa mereka adalah penduduk neraka jahim." (QS. At Taubah : 113)

Bentuk bara' itu dengan tidak menguburkan mereka di pemakaman kaum muslimin, melarang waris-mewarisi dengan mereka. Sebagaimana sabda Nabi SAW:
لا يرث المسلم الكافر ولا يرث الكافر الـمسلم
"Orang muslim tidak boleh mewarisi orang kafir dan orang kafir tidak boleh mewarisi orang muslim." (HR. Mutatafaq alaih dari Usamah bin Zaid)

Allah SWT berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
"Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik pada kalian pada diri Ibrahim dan orang – orang beriman bersamanya. Ketika mereka berkata kepada kaumnya, "Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah selain Allah.Kami ingkari kekafiran kalian dan telah nyata antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian buat selama – lamanya sampai kalian beriman kepada Allah saja." (QS. Al Mutahanah : 4)
ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنْ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا
"Kemudian Kami mewahyukan kepadamu, agar kamu mengikuti agama Ibrahim yang lurus (hanif)" (Qs. An Nahl : 123)

Jadi hubungan kekerabatan kepadamu tidak menghalangi seorang mukmin untuk bersikap bara' kepada orang kafir/musyrik.
Syaikh Hamad Bin Atiq berkata, "Disinilah terdapat titik keindahan, yaitu firman Allah SWT :
إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
"Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan apa saja yang kalian sembah selain Allah").

Di sini dijelaskan bahwa Allah SWT mendahulukan sikap bara' terhadap orang–orang musyrik yang beribadah kepada selain Allah daripada bersikap bara' terhadap berhala–berhala, tetapi tidak bersikap bara' terhadap orang–orang yang menyembah berhala–berhala itu. Dengan demikian orang–orang tersebut belum melaksanakan kewajibannya.
Adapun bila ia bersikap bara' terhadap orang–orang musyrik tentu ia juga bersikap bara' terhadap sembahan–sembahan mereka. Ini seperti firman Allah SWT :
وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي عَسَى أَلَّا أَكُونَ بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا
"Dan aku akan menjauhkan diri dari padamu dan dari apa yang kamu seru selain Allah. Dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku." (QS. Maryam : 48).

Di dalam ayat tersebut Allah SWT mendahulukan i'tizal (menjauhkan diri) dari orang-orang kafir daripada sembahan-sembahan mereka.
Ayat-ayat lain yang senada dengan ini adalah :
فَلَمَّا اعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
"Maka tatkala Ibrahim telah menjauhkan diri dari mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah." (QS. Maryam : 49)
وَإِذْ اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلا اللَّهَ
"Dan ketika kalian menjauhkan diri dari mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah." (QS. Al Kahfi : 16)

Karenanya wajib bagi Anda untuk melaksanakan point yang penting ini. Sebab hal ini dapat membuka pintu permusuhan/perlawanan terhadap musuh-musuh Allah.
Berapa banyak manusia yang sebenarnya ia tidak melakukan kesyirikan, namun demikian ia tetap tidak mau memusuhi pelaku-pelaku kesyirikan! Dengan sikap ini, ia tidak pernah menjadi seorang muslim, karena ia telah meninggalkan agama para Rasul.
Kemudian firman Allah
كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
"Kami telah mengingkari kalian dan telah nyata antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian selama-lamanya, hingga kalian beriman kepada Allah saja."

Kata "badaa" artinya tampak/muncul/nyata. Perhatikan juga bagaimana Allah mendahulukan permusuhan العداوة (adawah) daripada kebencian البغضاء (bagdha'). Ini dikarenakan yang pertama lebih penting dari yang kedua, sesungguhnya manusia itu terkadang bisa membenci orang-orang musyrik namun tidak mau memusuhinya! Maka dengan sikap ini orang-orang tersebut belum melaksanakan kewajibannya hingga ia benar-benar memusuhi dan membenci mereka. Sedangkan permusuhan dan kebencian itu sendiri harus benar-benar nyata, kelihatan dan jelas!

Ketahuilah meskipun rasa benci terhadap orang kafir itu berkaitan dengan amalan hati, namun ia tidak akan bermanfaat hingga pengaruh-pengaruh kebencian itu muncul dan tanda-tandanyapun jelas! Dan hal itu tidak akan terjadi hingga permusuhan itu diiringi dengan sikap muqatha'ah (memutus hubungan dengan mereka), Nah, pada saat itulah permusuhan dan kebencian itu tampak/kelihatan.

Adapun bila Anda masih mendapatkan sikap muwalat (saling menolong) dan muwashalat (saling berhubungan) berarti ini menunjukkan mandulnya kebencian itu sendiri!

Karenanya Anda wajib memperhatikan persoalan ini, sebab ia dapat memperjelas syubhat-syubhat (kesamaran-kesamaran) yang ada pada Anda. (Majmu'atut Tauhid, Risalah ke-12, hal 376-378)

Saya katakan, "Tadaburilah perkataan ini, lalu perhatikan sepak terjang kaum muslimin pada zaman ini yang tidak lagi mau membedakan yang haq dan yang bathil."
Engkau melihat satu di antara mereka menyangka dirinya muslim, kemudian ia menyerukan prinsip-prinsip kekufuran seperti faham sosialisme, demokrasi dan kebangsaan! Ia tidak mau bersikap bara' terhadap faham-faham kekufuran dan para pelaku-pelakunya.

Anda melihat satu di antara mereka menjadi anggota dari partai politik yang jelas-jelas menyuarakan kekufuran ini tanpa malu-malu!!
Allah SWT berfirman:
وَلَوْ كَانُوا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالنَّبِيِّ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوهُمْ أَوْلِيَاءَ وَلَكِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
"Dan sekiranya mereka beriman kepada Allah dan Nabi serta apa yang telah diturunkan Allah kepada Nabi itu, niscaya mereka tidak akan menjadikan orang-orang kafir itu sebagai penolong-penolong mereka! Tetapi kebanyakan dari mereka berbuat fasiq!" (QS. Al Maidah : 81)

Dalam bab berpegang teguh kepada Kitab dan Sunnah telah saya tunjukkan wajibnya memisahkan diri dan memutus hubungan dengan kekufuran dan pelaku–pelakunya.

Marhalah ketiga : Menjauhkan diri dari mereka dan berhijrah
Setelah marhalah dakwah dan marhalah baro'ah (bersikap baroط) terhadap orang–orang kafir, marhalah berikutnya adalah menjauhkan diri dan mengingkari mereka serta hijrah dari bumi mereka bila hal itu memungkinkan.

Tentang hukum hijrah akan dibahas pada pembahasan kesebelas.

Allah berfirman,
وَإِذْ اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلا اللَّهَ
"Dan tatkala kalian menjauhkan diri dari mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah." (QS. Al Kahfi : 16 )
وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي
"Dan Allah akan menjuhkan diri dari kalian dan apa yang kalian seru selain Allah. Dan akan berdoa kepada Tuhanku." (QS. Maryam 48)

Nabi SAW bersabda:
أنا بريء من كل مسلم يقيم بين أظهر المشركين
“Jika berlepas diri terhadap setiap muslim yang tinggal di tengah–tengah orang–orang musyrik." (HR.Abu Dawud, di Shahihkan Al Al Bani)

Marhalah keempat : Jihad Fisabilillah

Terhadap para pembangkang yang menolak dakwah Islam, Allah SWT berfirman,
فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ
"Maka barulah orang – orang musyrik itu dimanapun kalian mendapatkan mereka."(QS. At Taubah : 5)
Allah SWT telah berfirman kepada Nabi SAW:
إنما بعثتك لأبتليك، وأبتلي بك ـ إلى قوله ـ استخرجهم كما أخرجوك، واغزهم نغزك، وأنفق فسننفق عليك، وابعث جيشا نبعث خمسة مثله: وقاتل بمن أطاعك من عصاك
"Aku mengutusmu (Muhammad) hanya untuk mengujimu dari orang–orang yang mendengar seruanmu (orang yang didakwahi sampai pada kata – Aku akan mengusir mereka sebagaimana mereka mengusir kalian, perangilah mereka niscaya kami akan berikan kepadamu dan utuslah sepasukan untuk menyerang mereka niscaya kami akan mengutus lima kali pasukan semisalnya serta berperanglah bersama – sama orang – orang yang mentaatimu untuk menghancurkan orang – orang yang mendurhakaimu." (HR.Muslim dari Iyadh bid Himar)

Karena itu Nabi bersabda:
أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لا إله إ لا اللـه وأن محمدا رسول الله ويقيموا الصلاة ويؤتوا الزكاة، فإذا فعلوا ذلك عصموا مني دمائهم وأموالهم إلا بحق الإسلام وحسابهم على الله تعالى
"Aku perintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah menegakkan shalat dan menunaikan zakat, maka bila mereka telah melakukan itu darah dan harta mereka mendapatkan perlindungan dariku, kecuali dengan haq Islam. Sedangkan hisab mereka adalah wewenang Allah SWT ." (Muttafaq alaih dari Ibnu Umar)

Keadaan Rasulullah yang diperintahkan untuk memerangi seluruh manusia hanya disebabkan keumuman bahwa Allah mengutus beliau untuk seluruh makhluknya, sebagaimana penjelasan sebelumnya.
Allah sendirilah yang menjamin bahwa yang menghancurkan orang – orang yang ingkar terhadapNya dan para Rasulnya dari masa Nabi Nuh hingga Nabi Musa Allaihiwassalam.
Kemudian Allah mensyariatkan jihad di dalam syariat Nabi Musa setelah Bani Israil selamat dan Fir'aun binasa, maka Allah berfirman:

يَاقَوْمِ ادْخُلُوا الأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلا تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ قَالُوا يَامُوسَى إِنَّ فِيهَا قَوْمًا جَبَّارِينَ وَإِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا حَتَّى يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنَّا دَاخِلُونَ قَالَ رَجُلانِ مِنْ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُوا عَلَيْهِمْ الْبَابَ فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَ وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنتُمْ مُؤْمِنِينَ قَالُوا يَامُوسَى إِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا أَبَدًا مَا دَامُوا فِيهَا فَاذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ
"Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu dan janganlah kamu lari ke belakang karena takut kepada musuh, maka kamu menjadi orang – orang yang merugi." Mereka berkata,"Wahai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang –orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali – kali tidak akan memasukinya sebelum masuk keluar dari padanya. Jika mereka keluar dari padanya, niscaya kamu pasti akan memasukinya."Berkatalah antara dua orang yang takut kepada Allah yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya, "Serbulah mereka melalui pintu gerbang kota itu, maka bila kamu memasukinya, niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar – benar orang yang beriman." Mereka berkata,"Wahai Musa, kami sekali – kali tidak akan memusuhinya selama- lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu kami pergilah ke Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kamu hanya duduk menanti di sini saja."(QS. Al Maidah : 21- 24 )

Inilah awal mulanya disyariatkannya perintah perang dijalun Allah. Allah berfirman,
وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِ مَا أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ الأُولَى
"Dan kami benar – benar telah memberi Musa Al Kitab, setelah kami menghancurkan generasi – generasi terdahulu." (QS. Al Qoshosh : 43)
Ibnu Katsir berkata, "Maksudnya, bahwa setelah kitab Taurat diturunkan Allah tidak lagi mengadzab umat (Nabi) dengan merata. Tetapi Allah menyuruh orang – orang muslim agar memerangi musuh – musuh Allah dari kalangan orang – orang musyrik. Sebagaimana firmanNya,
وَجَاءَ فِرْعَوْنُ وَمَنْ قَبْلَهُ وَالْمُؤْتَفِكَاتُ بِالْخَاطِئَةِ فَعَصَوْا رَسُولَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةً رَابِيَةً
"Dan telah datang Fir'aun dan orang – orang sebelumnya serta penduduk negeri yang dijungkirbalikkan karena kesalahan yang besar. Maka masing – masing mereka mendurhakai utusan Tuhan mereka. Lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras." (QS. Al Haqqah : 9 - 10)
Al Qurtubi berkata, "Firman Allah ,
وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالإِنجِيلِ وَالْقُرْآنِ
“sebagai janji Allah yang benar di dalam Taurat, Injil, dan Al Qur'an”, At Taubah : 111)

Kabar dari Allah Ta'ala bahwa janji ini ada di kitab–kitab tersebut dan bahwa jihad dan perlawanan terhadap musuh Allah aslinya berasal dari masa Nabi Musa AS."(Tafsir Al Qurtubi 8/268 )

Kemudian Jihad itu bisa berupa jihad dengan jiwa, dengan harta dan lisan. Nabi SAW bersabda,
جاهدوا المشركين بأموالكم وأنفسكم وألسنتكم
"Berjihadlah (dalam rangka) melawan orang – orang musyrik itu, baik dengan harta–harta, jiwa – jiwa, dan lisan – lisan kalian” (HR.Abu Dawud)
Jihad itu bisa dengan mengambil target :
-musuh yang ada di negerinya (Jihaduth Thalab / Jihad Ofensif)
-menahan serangan musuh terhadap kaum muslimin (jihadud daf' I / Jihad defensif)
Jihad juga bisa dihukumi Fardhu'ain maupun Fardhu kifayah sebagaimana pembahasan-pembahasan berikut ini:

Jihad selain berkaitan terpisahnya barisan muslim menjadi mukmin yang shadiq (benar/ jujur), munafik yang mengantarkan kaum mukmin dan jihad serta murjif (orang yang menakut- nakuti untuk berjihad/penghasut)
Allah berfirman, dalam surat Ali Imran Ayat 166-179.

وَمَا أَصَابَكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ فَبِإِذْنِ اللَّهِ وَلِيَعْلَمَ الْمُؤْمِنِينَ وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ نَافَقُوا وَقِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا قَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ ادْفَعُوا قَالُوا لَوْ نَعْلَمُ قِتَالا لاتَّبَعْنَاكُمْ هُمْ لِلْكُفْرِ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ مِنْهُمْ لِلإِيمَانِ يَقُولُونَ بِأَفْواهِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يَكْتُمُونَ الَّذِينَ قَالُوا لإِخْوَانِهِمْ وَقَعَدُوا لَوْ أَطَاعُونَا مَا قُتِلُوا قُلْ فَادْرَءُوا عَنْ أَنْفُسِكُمْ الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمْ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنْ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِلَّهِ وَالرَّسُولِ مِنْ بَعْدِ مَا أَصَابَهُمْ الْقَرْحُ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا مِنْهُمْ وَاتَّقَوْا أَجْرٌ عَظِيمٌ الَّذِينَ قَالَ لَهُمْ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنْ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ إِنَّمَا ذَلِكُمْ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِي إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ وَلا يَحْزُنْكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا يُرِيدُ اللَّهُ أَلا يَجْعَلَ لَهُمْ حَظًّا فِي الآخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ إِنَّ الَّذِينَ اشْتَرَوْا الْكُفْرَ بِالإِيمَانِ لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَلا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ مَا كَانَ اللَّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتَّى يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنْ الطَّيِّبِ
“ Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan maka kekalahan itu adalah dengan izin Allah dan Allah agar mengetahui apa yang mereka sembunyikan. . Orang – orang yang mengatakan kepada saudara – saudara mereka, sedangkan mereka tidak turut pergi berperang,"Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh? Katakanlah,"Tolaklah kematian itu darimu, jika kamu orang – orang yang benar. Janganlah kamu mengira bahwa orang – orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka hidup di sisi Tuhannya dengan mendapatkan rizki. Mereka bergembira disebabkan karunia Allah yang telah diberikan kepada mereka dan mereka bergirang hati terhadap orang – orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak jauh mereka bersedih hati .. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-yiakan pahala orang – orang yang beriman. Yaitu orang yang menaati perintah Allah dan RasulNya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang – orang yang berbuat kebaikan di antara musuh dan yang bertakwa ada pahala yang besar. Yaitu orang – orang yang mentaati Allah dan Rasul yang kepada mereka ada orang – orang yang mengatakan,"Sesungguhnya manusia – manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerangmu, karena itu takutlah kepada mereka." Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik baik pelindungan. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah. Mereka tidak mendapatkan bencana apa – apa, mereka mengikuti keridhoan Allah, dan Allah memiliki karunia yang besar. Sesungguhnya mereka itu adalah syetan yang menakut –nakuti (kamu) dengan kawan – kawannya orang – orang musyrik Quraiys, karna itu janganlah kamu takut kepada mereka tetapi kamu takutlah kepadaKu, jika kamu benar – benar orang – orang yang beriman. Janganlah kamu disedihkan oleh orang – orang yang segera menjadi kafir, sesungguhnya mereka sekali – kali tidak akan memberi madharat kepada Allah sedikitpun dan bagi mereka azab yang pedih. Dan janganlah sekali – kali orang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh kepada mereka adalah lebih baik dari mereka. Sesungguhnya kami memberi tangguh kepada mereka agar supaya bertambah – tambah dosa mereka dan bagi mereka adzab yang menghinakan. Allah sekali–kali tidak akan membiarkan orang – orang mukmin seperti keadaan kamu sekarang ini sehingga Dia memisahkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mu'min) (Ali Imran Ayat 166-179 )

Keadaan yang tertulis dalam ayat ini merupakan sunatullah yang tak pernah tertinggal.
Imam Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa tatkala pasukan musuh (Tartar) menyerbu negeri Syam, barisan kaum muslimin terbagi – bagi seperti ini. Hal ini beliau ulang – ulang di banyak tempat.
Maka hendaklah setiap muslim memperhatikan sunatullah ini. Karena terbagi – baginya barisan kaum muslimin tentu mewajibkan konsekuensi, yaitu memberi peringatan orang – orang beriman agar berhati – hati dan waspada terhadap orang – orang munafik. Sebagaimana firman Allah,
هُمْ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ
"Mereka adalah musuh, maka berhati – hatilah terhadap mereka." (QS. Al Munafiqun : 4)

Sedangkan konsekuensinya yang lain yaitu agar tidak membiarkan mereka merusak barisan kaum muslimin. Allah berfirman ,
لَوْ خَرَجُوا فِيكُمْ مَا زَادُوكُمْ إِلا خَبَالا وَلأَوْضَعُوا خِلَالَكُمْ يَبْغُونَكُمْ الْفِتْنَةَ وَفِيكُمْ سَمَّاعُونَ لَهُمْ
"Jika merka berangkat bersama- sama kamu ,niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kesusahan belaka dan tentu mereka akan bergegas –gegas maju dicelah – celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan diantaramu sedang diantaramu ada orang – orang yang amat suka mendengarkan mereka”.(QS. At Taubah : 47)

sumber: Ma'aalim Asasiyyah fil Jihad syaikh Abdul Qodir bin Abdul Aziz

RENUNGAN PERJALANAN

Jumlah penduduk dunia diperkirakan akan mencapai 7 miliar jiwa pada tahun 2012. Terdapat 6,7 miliar penduduk dunia saat ini. AS menempati urutan ketiga untuk jumlah penduduk terbesar dunia yang mencapai 304 juta jiwa setelah India serta China. Demikianlah yang ditulis oleh harian kompas pada Rabu, 29 Pebruari 2012 (http://nasional.kompas.com)

Penduduk yang jumlahnya lebih dari 6,7 milyard yang hidup di dunia pada hari ini, pada hakikatnya mereka hanya terbagi menjadi dua golongan saja. Golongan yang pertama adalah mereka yang berada di atas jalan Alloh. Mereka beramal, berdakwah dan berjihad di jalan Alloh dan golongan yang kedua adalah mereka yang berada di jalan syetan. Mereka beramal, berdakwah dan berjihad di jalan syetan.

Golongan yang pertama disebut sebagai hizbulloh (golongan Alloh) dan golongan kedua disebut sebagai hizbusy-syaithan (golongan syetan).

Kalimat yang terang ini merupakan intisari, kandungan dan maksud dari sabda Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh imam Muslim dari sahabat Abu Malik Al Harits bin Al-Asy’ari radhiallohu ‘anhu:

كل الناس يغدو فبائع نفسه فمعتقها أو مُوبقها -" رواه مسلم …

“…Setiap manusia bekerja, lalu dia menjual dirinya, kemudian pekerjaan itu dapat menyelamatkannya atau mencelakakannya”. (HR. Muslim)

Kedua golongan tersebut masing-masing bekerja keras, berpayah-payah menuju tujuannya. Akan tetapi disana ada perbedaan yang amat jelas.
Al Imam Al-‘Allaamah Ibnu Daqiq al-‘Iid ketika mensyarah hadits ini beliau mengatakan:

“Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: “Setiap manusia bekerja, lalu dia menjual dirinya, kemudian pekerjaan itu dapat menyelamatkannya atau mencelakakannya”

Maksudnya setiap orang bekerja untuk dirinya. Ada orang yang menjual dirinya kepada Allah dengan berbuat ketaatan kepada-Nya sehingga dirinya selamat dari adzab, seperti Allah firmankan :

“Sungguh Allah membeli dari orang-orang mukmin jiwa dan harta mereka, sehingga mereka mendapatkan surga”. (QS. 9 : 111)

Ada orang yang menjual dirinya kepada setan dan hawa nafsunya dengan mengikuti bisikan-bisikannya sehingga dirinya menjadi celaka. Ya Allah, berilah kami taufiq untuk melakukan amal ketaatan kepada-Mu dan jauhkanlah kami sehingga diri kami dapat terjauh dari perbuatan-perbuatan melawan perintah-Mu.” (Syarh Arba’in An-Nawawiyyah hal. 63)

Satu golongan berjalan menuju Alloh di atas jalan Alloh dan golongan yang lain berjalan menuju ilahnya (sesembahannya) dan di atas jalan syetan. Satu golongan berjalan di atas jalan keimanan dan golongan yang lain berjalan diatas jalan kekufuran dan kesesatan. Satu golongan berusaha untuk mensucikan jiwanya dan membersihkan hatinya dan golongan yang lain berusaha untuk mengotori dan menodai jiwa dan hatinya dengan kekufuran dan kemaksiatan.

Masing-masing berusaha dan bergerak menuju kematiannya. Mereka semakin mendekati liang kubur. Adakalanya kubur itu merupakan sebuah taman dari taman-taman surga, dan tidak jarang pula kubur itu merupakan sebuah parit dari parit-parit neraka.
Bagi orang mukmin kuburnya akan dilonggarkan seluas tujuh puluh hasta dan diatasnya dihiasi dengan taman yang hijau hingga hari dibangkitkannya dari kubur. Adapun bagi orang kafir, mereka akan dipukuli dengan martil yang terbuat dari besi dan kuburnya dipersempit hingga hancur leburlah tulang rusuknya.

Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“(Demikianlah Keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, Dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah Perkataan yang diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al Mukminun ayat 99-100)

Dan juga firman-Nya:

“ … dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang Amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.”(QS. Al-Mukmin ayat 45-46)

Dari Zaid bin Tsabit radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda:

إِنَّ هَذِهِ الْأُمَّةَ تُبْتَلَى فِي قُبُورِهَا. فَلَوْلَا أَنْ لَا تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُسْمِعَكُمْ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ الَّذِي أَسْمَعُ مِنْهُ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ فَقَالَ تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ النَّارِ قَالُوا نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ النَّارِ فَقَالَ تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ قَالُوا نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ قَالَ تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ قَالُوا نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ قَالَ تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ قَالُوا نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ

“Sesungguhnya ummat ini diuji dikuburnya. Andai kalian tidak saling menguburkan, niscaya aku berdoa kepada Allah agar memperdengarkan adzab kubur pada kalian seperti yang aku dengar.” Setelah itu beliau menghadapkan wajah ke arah kami lalu bersabda: “Berlindunglah diri kepada Allah dari adzab neraka.” mereka berkata: Kami berlindung diri kepada Allah dari adzab neraka.” beliau bersabda: “Berlindunglah diri kepada Allah dari adzab kubur.” mereka berkata: Kami berlindung diri kepada Allah dari adzab kubur.” Beliau bersabda: “Berlindunglah diri kepada Allah dari fitnah-fitnah yang nampak dan yang teresmbunyi.” Mereka berkata: Kami berlindung diri kepada Allah dari fitnah-fitnah yang nampak dan yang tersembunyi.” Beliau bersabda: “Berlindunglah diri kepada Allah dari fitnahnya Dajjal.” mereka berkata: Kami berlindung diri kepada Allah dari fitnahnya Dajjal.” (HR. Muslim no. 5112)

Dari Al-Barra` bin Azib radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang mayit yang telah menjawab pertanyaan munkar dan nakir:

فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنْ السَّمَاءِ أَنْ قَدْ صَدَقَ عَبْدِي فَأَفْرِشُوهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ وَأَلْبِسُوهُ مِنْ الْجَنَّةِ قَالَ فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا قَالَ وَيُفْتَحُ لَهُ فِيهَا مَدَّ بَصَرِهِ

“Kemudian ada suara dari langit yang menyeru, “Benarlah apa yang dikatakan oleh hamba-Ku, hamparkanlah permadani untuknya di surga, bukakan baginya pintu-pintu surga dan berikan kepadanya pakaian surga.” beliau melanjutkan: “Kemudian didatangkan kepadanya wewangian surga, lalu kuburnya diluaskan sejauh mata memandang.” (HR. At-Tirmizi no. 4127, Ibnu Majah no. 3784, dan Ahmad no. 1615)

Sungguh sangat sedkit sekali orang yang mempersiapkan diri untuk menghadap Rabbnya kemudian rela menjual apa saja yang mereka miliki untuk melepas dan menghindarkan diri dari siksa Alloh dan adzab neraka.
Sungguh sangat sedikit sekali orang yang takut kepada Rabbnya kemudian kembali kepada-Nya. Barangsiapa yang kepada sesuatu niscaya dia akan lari daripadanya dan siapa takut kepada Alloh tentu ia kan kembali kepada-Nya.
Alloh Subhaanahu wa Ta’ala berfirman:

“ Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.” (QS. Adz-Dzariyat ayat 50)

Sungguh sedikit sekali mereka yang hatinya mengarah dan berjalan menuju Alloh. Sedang jasad-jasad ini bekerja keras dan berjalan untuk mengakhiri hidupnya. Manusia di dunia ini, baik disadarinya atau tidak adalah dalam perjalanan kepada Tuhannya. Dan tidak dapat tidak Dia akan menemui Tuhannya untuk menerima pembalasan-Nya dari perbuatannya yang buruk maupun yang baik.

Alloh Subhaanahu wa Ta’ala berfirman:

“ Hai manusia, Sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, Maka pasti kamu akan menemui-Nya.” (QS. Al-Insyiqoq ayat 6)

Maka hendaklah seseorang mengarahkan hatinya dan berlari menuju Alloh, menuju ampunan-Nya, jannah-Nya dan keridhoan-Nya.

Alloh Subhaanahu wa Ta’ala berfirman:

“ dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Baqoroh ayat 207)

Dan juga firman-Nya:

“ Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya[606] dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.” (QS. Al-Anfal ayat 24)

Senin, 27 Februari 2012

Aqidah Jihad Kaum Muslimin [4]

PRINSIP KEEMPAT:
ALLAH YANG MAHA TINGGI KEDUDUKANNYA MENGUASAKAN ORANG-ORANG KAFIR TERHADAP ORANG-ORANG MUKMIN MERUPAKAN PENGUASAAN MENURUT TAQDIR

Penguasaan menurut taqdir artinya bukan menurut syar'i. Allah SWT tidak pernah menyuruh mereka (melalui lisan para Rasul) untuk memusuhi orang-orang yang beriman dan memerangi mereka. Tetapi Allah SWT menyuruh mereka agar beribadah dan taat.

Jadi Allah menguasakan orang-orang kafir terhadap orang-orang mukmin itu dengan taqdirNya, sedangkan Allah menguasakan orang-orang mukmin terhadap orang-orang kafir itu dengan perintah syar'i yang sesuai dengan taqdir.

Allah berfirman:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنْ الْمُجْرِمِينَ

"Dan demikianlah Kami telah menjadikan bagi setiap Nabi itu musuh dari kalangan orang-orang yang berbuat dosa." (QS. Al Furqan : 31)

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنْ الْمُجْرِمِينَ

"Dan demikianlah Kami telah menjadikan setiap Nabi itu musuh dari kalangan syetan manusia dan syetan jin." (QS. Al An'am : 112)

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ أَكَابِرَ مُجْرِمِيهَا لِيَمْكُرُوا فِيهَا

"Dan demikianlah Kami telah menjadikan di setiap negeri para penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya di dalam negeri itu." (QS. Al An'am : 123)

Kata menjadikan (Al Ja'lu dari ja'alnaa) pada ayat-ayat ini adalah bersifat qadari (taqdir).
Bentuk-bentuk permusuhan orang-orang kafir terhadap orang-orang mukmin adalah merupakan perkara yang pasti terjadi dan tidak berubah seiring dengan pergantian para Rasul, umat dan pergantian zaman .

Karena itu Allah befirman:

مَا يُقَالُ لَكَ إِلا مَا قَدْ قِيلَ لِلرُّسُلِ مِنْ قَبْلِكَ

"Tak ada yang dikatakan oleh orang-orang kafir kepadamu melainkan pasti ia telah dikatakan kepada para Rasul sebelummu." (QS. Fushilat : 43)

Allah berfirman:

كَذَلِكَ قَالَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِثْلَ قَوْلِهِمْ تَشَابَهَتْ قُلُوبُهُمْ

"Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu. Hati mereka serupa." (QS. Al Baqarah : 118).

كَذَلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ أَتَوَاصَوْا بِهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُونَ

"Demikianlah, tidak ada satupun Rasul yang datang kepada orang-orang sebelum mereka melainkan pasti mereka mengatakan "(Rasul itu) tukang sihir atau orang gila." Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang mereka katakan itu? sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas." (QS. Adz Dzariyat : 52 – 53)

Diantara bentuk-bentuk permusuhan mereka terhadap orang-orang mukmin:
a. Takdzib (mendustakan)
Allah berfirman:

وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا

"Dan sungguh para Rasul sebelum kamu telah didustakan, maka para Rasul itu pun bersabar." (QS. An An'am : 34:)

b. Istihza' dan Sukhriyyah (mengolok dan menertawakan/mengejek)
Firman Allah :

إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا كَانُوا مِنْ الَّذِينَ آمَنُوا يَضْحَكُونَ

"Sesungguhnya orang-orang yang berbuat dosa itu mereka menertawakan orang-orang yang beriman" (QS. Al Muthofifin : 29)

يَاحَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُون

"Wahai, alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hambanya itu tidak ada satupun Rasul yang datang kepada mereka, melainkan pasti mereka selalu memperolok-olokannya” (QS. Yasin : 30)

c. Romyul Mukminin Bil Junun (menuduh orang – orang mukmin gila)
Allah SWT berfirman:

وَقَالُوا يَاأَيُّهَا الَّذِي نُزِّلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ إِنَّكَ لَمَجْنُونٌ

"Mereka (orang – orang kafir) berkata, wahai orang – orang yang diturunkan atasnya Al Qur'an, sesungguhnya engkau benar – benar gila." (QS. Al Hijr 6)

d. Dan menuduh orang – orang mukmin, bahwa mereka mencari kedudukan (jabatan) dan kekuasaan.
Allah berfirman:

قَالُوا أَجِئْتَنَا لِتَلْفِتَنَا عَمَّا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا وَتَكُونَ لَكُمَا الْكِبْرِيَاءُ فِي الأَرْضِ

"Mereka berkata, "Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya? Dan supaya kamu berdua mempunyai kekuasaan di muka bumi." (QS. Yunus 78)

e. Menuduh orang – orang beriman membuat kerusakan di muka bumi dan merusak agama.
Allah SWT berfirman:

وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَى وَلْيَدْعُ رَبَّهُ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الأَرْضِ الْفَسَادَ

"Fir'aun berkata, "Biarkan aku membunuh Musa dan agar dia menyeru Tuhannya. Sesungguhnya aku khawatir dia akan mengubah agama kalian dan berbuat kerusakan di muka bumi." (QS. Ghofir 26)

f. Meremehkan orang – orang mukmin karena kelemahan dan kefakiran mereka
Firman Allah SWT :

قَالُوا أَنُؤْمِنُ لَكَ وَاتَّبَعَكَ الأَرْذَلُونَ

"Mereka orang – orang kafir berkata, "Apakah kami beriman kepadamu, sementara orang–orang yang mengikuti kamu orang–orang yang hina?" (QS. Asy Syu’ara :111)

Perkataan mereka ini bertujuan untuk menjadikan manusia lari dari dakwah para Rasul. Allah berfirman:

قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا أَيُّ الْفَرِيقَيْنِ خَيْرٌ مَقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا

"Dan orang – orang kafir berkata kepada orang – orang yang beriman,"Manakah dari dua kelompok ini yang lebih baik tempat tinggalnya dan yang labih bagus tempat pertemuannya?" (Qs. Maryam 73)

g. Mengatakan bahwa orang – orang mukmin sumber kesialan dan dasar – dasar hidup mereka datang keburukan, perpecahan dan kefakiran.
Allah berfirman:

قَالُوا إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ لَئِنْ لَمْ تَنتَهُوا لَنَرْجُمَنَّكُمْ

"Mereka orang – orang kafir berkata, "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu. Jika kalian tidak menghentikan (seruan kalian) pasti kami akan merajam kalian." (QS. Yasin : 18)

h. Mendebat kebenaran dengan kebathilan dan menyesatkan manusia.
Allah berfirman:

وَيُجَادِلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوا بِهِ الْحَقَّ وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَمَا أُنْذِرُوا هُزُوًا

"Tetapi orang – orang kafir itu membantah dengan yang bathil agar demikian itu mereka dapat melenyapkan yang haq. Dan menganggap ayat – ayat Kami dan peringatan – peringatan Kami terhadap mereka sebagai bahan olok – olokkan." (QS. Al Kahfi : 56)

Termasuk dalam Kontek ini, segala bentuk Syubhat yang mereka lancarkan dangan tujuan membelokkan manusia dari jalan Allah.
i. Mengobarkan semangat manusia untuk memusuhi orang – orang mukmin
Allah berfirman:

وَقَالَ الْمَلأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ لَئِنْ اتَّبَعْتُمْ شُعَيْبًا إِنَّكُمْ إِذًا لَخَاسِرُونَ

"Pemuka – pemuka kaum Syu'aib yang kafir berkata (antara sesamanya , "Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syu'aib, tentulah kamu menjadi orang – orang yang merugi." (QS. Al A'raf : 90)

إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الأَرْضِ الْفَسَادَ

"Fir'aun berkata,"Aku khawatir bila Musa menganti agama kalian dan berbuat kerusakan di muka bumi." (QS. Al Ghafir : 26)

j. Menuduh orang – orang mukmin bahwa mereka adalah pihak minoritas yang ingin memaksa kehendak kepada pihak mayoritas
Allah berfirman:

فَأَرْسَلَ فِرْعَوْنُ فِي الْمَدَائِنِ حَاشِرِينَ إِنَّ هَؤُلاءِ لَشِرْذِمَةٌ قَلِيلُونَ وَإِنَّهُمْ لَنَا لَغَائِظُونَ وَإِنَّا لَجَمِيعٌ حَاذِرُونَ

"Kemudian Fir'aun mengirimkan tentara – tentaranya ke penjuru kota. (Fir'aun berkata): "Sesungguhnya mereka adalah benar – benar golongan kecil! Dan sesungguhnya mereka membuat hal –hal yang menimbulkan amarah kita. Dan kita sesungguhnya benar – benar golongan yang salah berjaga – jaga." (QS. Asy Syuara : 56)

k.Mereka menyatakan bahwa kekufuran lebih utama dari pada agama yang benar
Allah berfirman:

قَالَ فِرْعَوْنُ مَا أُرِيكُمْ إِلاَّ مَا أَرَى وَمَا أَهْدِيكُمْ إِلاَّ سَبِيلَ الرَّشَادِ

“Fir'aun berkata, "Aku tidak mengemukakan kepadamu selain apa yang aku pandang baik dan aku tidak menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar.” (QS. Al Mukmin : 29)

إِنْ هَذَانِ لَسَاحِرَانِ يُرِيدَانِ أَنْ يُخْرِجَاكُمْ مِنْ أَرْضِكُمْ بِسِحْرِهِمَا وَيَذْهَبَا بِطَرِيقَتِكُمْ الْمُثْلَى

“Mereka berkata, "Sesungguhnya dua orang ini adalah benar – benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama." (QS. Thaha : 63)

فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا عِنْدَهُمْ مِنْ الْعِلْمِ

"Maka tatkala Rasul – rasul mereka datang kepada mereka dengan bukti – bukti yang nyata mereka bergembira dengan ilmu yang mereka miliki." (Qs. Al Mukmin: 83)

l. Memperdaya manusia untuk memalingkan mereka dari pengikut orang – orang mukmin dengan berbagai makar
Allah berfirman:

وَقَالَ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا بَلْ مَكْرُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ إِذْ تَأْمُرُونَنَا أَنْ نَكْفُرَ بِاللَّهِ وَنَجْعَلَ لَهُ أَندَادًا وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوْا الْعَذَابَ وَجَعَلْنَا الأَغْلالَ فِي أَعْنَاقِ الَّذِينَ كَفَرُوا هَلْ يُجْزَوْنَ إِلا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَر

"Dan orang – orang yang dianggap lemah berkata kepada orang – orang yang menyombongkan diri. "(tidak), sebenarnya tipu dayamu di siang dan malam hari yang menghalangi kami. Ketika kamu menyeru kami supaya kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu – sekutu bagiNya kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab. Dan kami pasang belenggu dileher orang – orang kafir. Mereka tidak dibalas melainkan dangan apa yang lebih mereka kerjakan." (QS. Sabar : 33)

m. Melaparkan orang – orang mukmin untuk memalingkan mereka dari agama mereka
Allah berfirman:

هُمْ الَّذِينَ يَقُولُونَ لا تُنْفِقُوا عَلَى مَنْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ حَتَّى يَنْفَضُّوا وَلِلَّهِ خَزَائِنُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لا يَفْقَهُونَ

"Merekalah orang – orang yang berkata, "Janganlan kalian menginfakkan harta kalian terhadap orang – orang yang berada di sisi Rasulullah hingga mereka bubar. Dan milik Allah semua perbendaharaan langit dan bumi. Tetapi orang – orang munafik itu tidak memahami." (QS. Al Munafiqun : 7 )

n. Mencoba untuk menarik orang – orang mukmin keluar dari agama mereka dengan sekuat tenaga
Allah berfirman:

وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ

"Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak (rela kepadamu)." (QS. Al Qalam : 9)

وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ

"Dan berhati – hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu." (QS. Al Maidah : 49)

Orang – orang kafir itu tidak meminta orang – orang beriman untuk menyerahkan sebagian haknya kecuali sebagian langkah yang bersifat sementara. Sesungguhnya
mereka tidak pernah ridho terhadap orang – orang mukmin hingga mereka menyerahkan haknya secara sempurna. Allah berfirman:

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ

"Dan orang – orang Yahudi dan Nasrani tidak pernah ridho terhadap kamu hingga kamu mengikuti agama mereka." (QS. Al Baqarah : 120)

o. Mengancam orang – orang mukmin dengan penjara dan pembunuhan jika tidak mau kaluar dari agama mereka dan bersepakat dengan kekafiran mereka
Allah berfirman:

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُمْ مِنْ أَرْضِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا

"Dan orang – orang kafir itu berkata kepada para Rasul mereka, "Kami benar – benar mengusir kalian dari bumi kami atau kalian mengikuti agama kami." (QS. Ibrahim : 13)

إِنَّهُمْ إِنْ يَظْهَرُوا عَلَيْكُمْ يَرْجُمُوكُمْ أَوْ يُعِيدُوكُمْ فِي مِلَّتِهِمْ وَلَنْ تُفْلِحُوا إِذًا أَبَدًا

"Sesungguhnya mereka itu, jika dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melemparmu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka. Dan jika demikian niscaya kamu tidak beruntung selamanya." (QS. Al Kahfi : 30)

p. Menyiksa, membunuh, dan memerangi
Allah berfirman :

قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانصُرُوا آلِهَتَكُمْ

"Mereka berkata, bakarlah Ibrahim dan bantulah tuhan-tuhan kalian." (QS. Al Anbiya' : 68)

وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ

"Dan tatkala orang-orang kafir berbuat makar terhadapmu untuk menangkap, membunuh dan mengusirmu." (QS. Al Anfal : 30)

وَلا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنْ اسْتَطَاعُوا

"Mereka akan tetap memerangi kalian hingga kalian benar-benar murtad keluar dari agama kalian, seandainya mereka mampu." (QS. Al Baqarah : 217)

Dari keterangan tadi Anda melihat, bahwa metode-metode orang-orang kafir yang digunakan untuk memerangi kaum mukminin adalah hal yang baku yang tidak berubah-ubah lagi.
Allah berfirman,

أَتَوَاصَوْا بِهِ

"Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu, ...." (QS. Adz Dzariyat : 53)

Yang patut diketahui bahwa mereka memerangi kaum mukmin itu semata-mata disebabkan keimanannya. Allah berfirman,

وَهُمْ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَنْ يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ

"Dan mereka menyaksikan apa yang diperbuat oleh orang-orang yang beriman. Dan tidaklah mereka menyiksa orang-orang beriman itu melainkan karena mereka beriman kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji." (QS. Al Buruj : 7 – 8)

Allah berfirman,

وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاءً

"Dan mereka menginginkan sekiranya kalian kafir sebagaimana mereka telah kafir, maka kalian menjadi sama (dengan mereka)." (QS. An Nisa : 79)

Jadi orang kafir itu memusuhi orang mukmin karena imannya. Dan setiap kali iman seorang hamba itu bertambah maka bertambah pulalah permusuhan orang kafir terhadap dirinya. Karena itu Nabi SAW bersabda:

أشد الناس بلاء الأنبياء ثم الأمثل فالأمثل، يبتلى الرجل حسب دينه

"Manusia yang paling besar cobaannya adalah para Nabi, lalu orang-orang yang memiliki keutamaan yang lebih dari manusia lainnya, seseorang itu akan diuji menurut kadar agamanya." (HR. Tirmidzi)

Perasaan semacam ini dapat dijumpai setiap hamba pada dirinya sendiri. Yaitu setiap kali imannya bertambah maka bertambah pulalah kebenciannya terhadap orang-orang kafir dan para ahli maksiat. Lalu ia segera melaksanakan amar makruf nahi munkar dan memusuhi mereka. Dan setiap imannya berkurang maka berkurang pulalah permusuhannya terhadap mereka.

Namun demikian, permusuhan orang-orang kafir terhadap orang-orang yang beriman tidak pernah berhenti dengan total, meskipun orang-orang beriman itu banyak meninggalkan berbagai ketaatan terhadap agama mereka.

Allah SWT berfirman,

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ

"Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani itu tidak pernah ridho terhadap kamu hingga kamu mengikuti agama mereka." (QS. Al Baqarah : 210)

Allah SWT juga berfirman,

وَلا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنْ اسْتَطَاعُوا

"Dan orang-orang kafir itu senantiasa memerangi kalian hingga kalian murtad keluar dari agama kalian, seandainya mereka sanggup." (QS. Al Baqarah : 217)

Sumber: Ma'aalim Asasiyyah fil Jihad

Aqidah Jihad Kaum Muslimin [3]

PRINSIP KETIGA:
TABIAT PERMUSUHAN ANTARA MUKMIN DAN KAFIR

Terbaginya manusia menjadi kafir dan mukmin berarti permusuhan diantara keduanya telah dimulai. Allah SWT berfirman:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا أَنْ اعْبُدُوا اللَّهَ فَإِذَا هُمْ فَرِيقَانِ يَخْتَصِمُونَ

"Dan Kami telah mengutus kepada kaum Tsamud saudara mereka Shalih (seraya berkata), "Beribadahlah kalian kepada Allah," lalu tiba-tiba mereka menjadi dua kelompok yang bermusuhan." (QS. An Naml : 45)

إِنَّ الْكَافِرِينَ كَانُوا لَكُمْ عَدُوًّا مُبِينًا

"Sesungguhnya orang-orang kafir itu (bagi kalian) adalah musuh yang nyata." (QS. An Nisa : 101)

هَذَانِ خَصْمَانِ اخْتَصَمُوا فِي رَبِّهِمْ

"Inilah dua golongan (kafir dan mukmin) yang bertengkar. Mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka." (QS. Al Hajj : 19)

Dengan permusuhan inilah Allah SWT menguji dua kelompok itu.

ذَلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لانتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَكِنْ لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ

"Demikianlah sekiranya Allah menghendaki tentu Allah pasti menghancurkan mereka, tetapi Dia hendak menguji sebagian kalian dengan sebagian yang lain." (QS. Muhammad : 4)

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ

"Dan Kami pasti akan menguji kalian sehingga Kami mengetahui orang-orang yang berjihad diantara kalian dan orang-orang yang bersabar. Dan agar Kami menyatakan hal ikhwal kalian." (QS. Muhammad : 31)

Ayat-ayat yang membahas tentang Sunnatul Ibtila' (Ujian bagi manusia yang merupakan sunatullah) banyak sekali. Sebagiannya telah kami tunjukkan pada keterangan sebelumnya.
Ada nash yang menyebutkan Sunnah Ibtila' ini secara gamblang:

إنما بعثتك لأبتليك وأبتلي بك

"Aku telah mengutusmu (Muhammad) semata-mata hanya untuk mengujimu dan menguji (orang-orang) yang engkau seru."

Dalam menjelaskan hadits ini An Nawawi berkata, "Firman Allah (dalam hadits qudsi itu) bermakna, “Aku benar-benar akan mengujimu dengan apa yang tampak darimu yaitu melaksanakan apa yang telah Kuperintahkan kepadamu. Misalnya menyampaikan risalah dan perintah lain seperti jihad fisabilillah dengan sebenar-benarnya jihad dan bersabar karena Allah dan lain-lain. Dan Aku akan menguji (orang-orang) yang engkau seru yaitu orang-orang yang Aku telah mengutusmu kepada mereka. Maka diantara mereka ada yang tampak keimanannya, memurnikan iman itu dan memurnikan ketaatannya kepada Allah. Ada pula diantara mereka itu tertinggal tidak beriman dan terus menerus memusuhi dan berada di dalam kekafiran serta ada pula yang munafik”.

Maksudnya bahwa siapapun yang diuji oleh Allah, maka ujian itu akan menjadi sesuatu kejadian yang tampak. Lalu Allah SWT hanya akan memberi hukuman (siksa) kepada hambaNya berdasarkan apa yang telah terjadi pada mereka, bukan berdasarkan apa yang diketahui sebelum terjadinya (suatu perbuatan). Jika tidak demikian tentu Allah SWT mengetahui seluruh apa saja sebelum ia terjadi. Ini serupa dengan firman Allah SWT :

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ

"Dan Kami pasti akan menguji kalian dan orang-orang yang bersabar." (QS. Muhammad : 31).

Artinya Kami mengetahui bahwa mereka melakukan suatu perbuatan (jihad) dan mereka bersifat dengan sifat yang sabar. (Shahih Muslim syarh An Nawawi 17/198).

Sumber: Ma'aalim Asasiyyah fil Jihad

Rabu, 22 Februari 2012

Aqidah Jihad Kaum Muslimin [2]

PEMBAHASAN KEDUA: MAKHLUK ALLAH ADA DUA, MUKMIN DAN KAFIR

Allah SWT berfirman:

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ إِلاَّ مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ

"Dan seandainya Tuhanmu menghendaki, niscaya ia pasti menjadikan manusia itu menjadi umat yang satu, namun mereka tetap berselisih kecuali siapa saja yang Dia kehendaki, dan karena itulah Allah menciptakan mereka." (QS. Hud : 118 – 119)

Artinya, Allah SWT menciptakan mereka untuk berselisih baik di dalam agama–agama mereka, aqidah–aqidah mereka dan pendapat–pendapat mereka. Inilah pendapat yang mashyur dan shahih dari tafsir ayat ini sebagaimana ucapan Ibnu Katsir (Juz 11/465).

Allah SWT berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوْا الْعَذَابَ الأَلِيمَ فَلَوْلا كَانَتْ قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لآمَنَ مَنْ فِي الأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ

"Sesungguhnya orang–orang yang telah pasti terhadap mereka kalimatRobbmu, tidaklah akan beriman meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, sehingga mereka meyaksikan azab yang pedih. Dan mengapa tidak ada suatu penduduk negeri yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya, selain kaum Yunus? Takala mereka (kaum Yunus itu) beriman, kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan kami memberi kesenangan kepada mereka sampai pada waktu tertentu. Dan jikalau Tuhanmu menghendaki tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang–orang yang beriman semuanya?."(QS. Yunus : 96 – 99).

Sudah menjadi kehendak Allah bahwa makhlukNya akan terbagi menjadi dua bagian, mukmin dan kafir. Ini merupakan Masyi’ah Kauniyah Qadariyah (kehandak Allah terhadap alam menurut takdir yang telah ditetapkanNya yang pasti datang).

Allah berfirman:

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

"Sesungguhnya kehendakNya apabila Ia menghendaki suatu hanyalah berkata kepadanya, jadilah! maka terjadilah ia." (QS.Yasin : 82)

وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ قَدَرًا مَقْدُورًا

"Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku."(Qs. Ahzab : 38)

Terbaginya makhluk Allah menjadi mukmin dan kafir juga dikuatkan Firman Allah:

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُؤْمِنٌ

"Dialah yang telah menciptakan kalian maka di antara kalian itu ada yang kafir dan ada yang mukmin."(QS. At Taghabun : 2 )

Kejadian itu bermula setelah mereka beriman semenjak diciptakannya Adam alaihissalam hingga terjadinya kesyirikan di kalangan anak keturunan Adam. Sebagaimana firman Allah SWT :

وَمَا كَانَ النَّاسُ إِلا أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُوا

"Dan tidaklah keadaan manusia itu (sebelumnya) melainkan sebagai umat yang satu, lalu mereka berselisih." (QS. Yunus : 19)

Imam Ibnu Katsir berkata, Ibnu Abbas mengatakan: "Jarak antara Adam dan Nuh 10 (sepuluh) abad, semuanya memeluk Islam, kemudian muncullah persesilisihan di antara manusia, dan berhala–hala, tandingan–tandingan, dan patung–patung pun disembah. Lalu Allah mengutus para utusanNya dengan ayat–ayatNya, bukti–bukti yang nyata, hujjah–hujahNya yang gamblang dan keterangan–keterangan yang dapat membatalkan kebathilan. Allah SWT berfirman:

لِيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَا مَنْ حَيَّ عَنْ بَيِّنَةٍ

"Yaitu agar orang–orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang–orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata pula."(QS. Al Anfal : 42)

Saya katakan, tatkala kekufuran terjadi pada anak Adam Allah SWT mengutus para Rasul. Allah berfirman:

كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمْ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ

"Keadaan manusia (dahulu) sebagai umat yang satu, lalu Allah mengutus para Nabi sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan dan telah menurunkan bersama mereka Kitab dengan kebenaran, agar Nabi tadi memberi keputusan di antara manusia tentang apa–apa yang mereka perselisihkan."(Qs. Al Baqarah : 213)

Walaupun Allah SWT telah mengutus utusan-utusanNya, dengan bukti–bukti yang nyata dan hujjah–hujjah yang jelas namun tetap saja muncul perselisihan yang bersifat takdir dan manusiapun terbagi menjadi mukmin dan kafir surta terjadilah peperangan antara kedua kelompok tersebut. Sebagaiman firmanNya:

تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمْ الْبَيِّنَاتُ وَلَكِنْ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ وَمِنْهُمْ مَنْ كَفَرَ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ

"Para Rasul itu sebagian mereka Kami beri kelebihan dari sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang diajak bicara oleh Allah dan sebagian mereka ada yang diangkat derajat–derajatnya. Dan Kami telah memberi Isa bin Maryam bukti–bukti nyata dan Kami kuatkan ia dengan Ruhul Qudus. Dan sekiranya Allah menghendaki niscaya orang–orang setelah mereka tidak akan saling membunuh setelah datang bukti–bukti nyata itu. Tetapi Allah mengerjakan apa yang Dia kehendaki." (QS. Al Baqarah : 253)

Tiada satu Rasulpun pasti diantara kaumnya ada yang kufur terhadapnya. Bahkan Nabi SAW pernah berkata tentang sebagian para Nabi pada hari kiamat:

ويأتي النبي ليس معه أحد

"Dan akan datang seorang Nabi sedangkan tidak disertai oleh seorangpun." (Muttafaq alaih dari Ibnu Abbas)

Allah SWT telah mengisahkan peristiwa semacam ini dalam firmanNya:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا أَنْ اعْبُدُوا اللَّهَ فَإِذَا هُمْ فَرِيقَانِ يَخْتَصِمُونَ

"Dan kami telah mengutus kepada kaum Tsamud saudara mereka Shalih (seraya berkata) "Beribadahlah kepada Allah!" lalu mereka menjadi dua kelompok yang bermusuhan." (QS. An Naml : 45)

Maka takala Shalih menyeru mereka agar hanya beribadah kepada Allah SWT saja, merekapun terpisah menjadi dua kelompok dan diantara keduanya terjadi permusuhan.
Demikianlah, hal ini berlanjut hingga Allah menutup para Rasul dengan Nabi Muhammad SAW di mana mereka tetap terbagi menjadi kelompok mukmin dan kelompok kafir. Sebagaimana tersebut dalam hadis:

«ومحمد فرق بين الناس

"Dan Muhammad itu pemisah antara manusia." (HR Al Bukhari dari Jabir)

Keadaan semacam ini akan berlangsung hingga hari kiamat. Meskipun Allah SWT berkehendak, yaitu dengan takdirNya manusia terbagi menjadi mukmin dan kafir, dan hal tersebut sesuatu yang mesti terjadi. Hanya saja kita percaya bahwa manusia itu akan dihisab terkait dengan amal–amal yang mereka lakukan untuk diri mereka sendiri. FirmanNya:

وَمَا تُجْزَوْنَ إِلا مَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

"Dan kalian tidak akan diberi balasan melainkan (sesuai) dengan apa yang kalian kerjakan." (QS. Ash Shoffat : 39)

Kita juga percaya bahwa Allah SWT tidak akan menzholimi seorangpun walaupun sedikit saja! Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا وَلَكِنَّ النَّاسَ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

"Sesungguhnya Allah itu tidak menzholimi manusia sedikitpun, tetapi manusia itu sendiripun menzholimi diri mereka sendiri." (QS. Yunus : 44)

Dan di dalam hadis Qudsi disebutkan:

يا عبـادي إني حرمت الظلم على نفسي وجعلته بينكم محرما فلا تظالموا

"Wahai hambaKu, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan aniaya (zhalim) atas diriKu. Dan Allah menjadikan perbuatan zhalim itu sesuatu yang diharamkan diantara kalian. Karena itu janganlah kalian saling menzhalimi." (HR. Muslim dari Abu Dzar)

Sumber: Ma'aalim Asasiyyah Fil Jihad

Selasa, 21 Februari 2012

RENUNGAN KEJUJURAN

Kisah Teladan dan Fenomena Hilangnya Kejujuran

Kisah Ke Satu
Bilal radhiyallahu ‘anhu meminangkan seorang wanita bangsa Quraisy untuk saudara-nya, maka dia berkata kepada keluarga wanita tersebut, "Kami adalah orang yang telah anda ketahui dan anda kenal, dahulu kami adalah budak, lalu Allah subhanahu wata’ala memerdekakan kami, dahulu kami orang yang sesat, lalu Allah subhanahu wata’ala memberikan petunjuk dan kami dahulu adalah orang yang fakir, lalu Allah subhanahu wata’ala memberikan kami kecukupan. Maka aku meminang kepada anda si Fulanah untuk saudaraku ini, jika kalian mau menikahkan, maka segala puji hanya milik Allah dan jika kalian menolak, maka Allah Maha Besar.

Maka sebagian mereka saling melihat kepada sebagian yang lain, kemudian salah seorang dari mereka berkata, "Bilal adalah orang yang telah kalian ketahui latar belakangnya, kedekatan dan kedudukannya di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka nikahkanlah saudaranya itu. Maka mereka pun akhirnya menerima lamaran itu dan menikahkan saudara Bilal dengan wanita tersebut. Ketika seluruh urusan sudah selesai, berkatalah saudara Bilal kepadanya, "Semoga Allah mengampunimu, adapun engkau maka engkau hanya menyebutkan latar belakangmu dan kebersamaanmu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak menyebutkan selainnya. Maka Bilal radhiyallahu ‘anhu berkata, "Oh iya, engkau benar, maka sekarang aku nikahkan kamu dengan kejujuran." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Kisah ke Dua
Diriwayatkan dari Sahl bin Aqil rahimahullah dia berkata, "Suatu ketika Ismail ’alaihis salam membuat janji untuk datang ke rumah seseorang. Maka datanglah Ismail, tetapi orang tersebut lupa. Maka beliau pun menunggu dan bermalam di tempat itu sehingga datang orang tersebut dari kepergiannya kemarin.” Oleh karena itu di dalam al-Qur'an beliau disebut sebagai "shadiqul wa'di" (orang yang menepati janji), sebagaimana difirmankan Allah subhanahu wata’ala, artinya:
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam al-Qur'an. Sesungguh-nya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.”(QS. Maryam:54)

Kisah Ke Tiga
As'ad bin Ubaidillah al-Makhzumi rahimahullah berkata, "Abdul Malik bin Marwan rahimahullah memerintahkan aku agar mengajari anak-anaknya kejujuran, sebagaimana aku mengajari mereka al-Qur'an."

Kisah Ke Empat
Ismail bin Ubaidillah rahimahullah berkata, "Ketika ayahku sudah dekat ajalnya, dia mengumpulkan seluruh anak-anaknya lalu berkata kepada mereka," Wahai anak-anakku! Wajib atas kalian semua taqwa kepada Allah, membaca al-Qur'an dan merutinkannya. Dan wajib atas kalian untuk jujur walaupun jika salah seorang dari kalian membunuh seseorang lalu ada salah satu kerabatnya yang bertanya. Demi Allah aku tidak pernah berdusta sama sekali semenjak aku membaca al-Qur'an."

Kisah Ke Lima
Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, beliau lebih dikenal dengan Ja'far ash-Shadiq rahimahullah karena kejujurannya di dalam berbicara.

Fenomena Hilangnya kejujuran
Orang yang memperhatikan kondisi manusia di masa ini, maka akan mendapati betapa telah terabaikannya sisi kejujuran ini. Di antara sebabnya adalah karena lemahnya keimanan di dalam hati kaum muslimin, tersebarnya kemaksiatan di setiap tempat serta ber-lebihan di dalam mencintai kehidupan dunia. Maka rasa takut terhadap sesama manusia telah mendominasi sehingga menyebabkan hilangnya kejujuran dalam ucapan, perbuatan dan segala kondisi mereka.
Dalam hadits disebutkan bahwa kejujuran merupakan ketenangan, maka jika kejujuran telah hilang akan hilang pula ketenangan dalam kehidupan dan pergaulan antar sesama. Sehingga yang tersebar adalah rasa gelisah dan saling curiga sebagai ganti dari rasa tenang.
Di antara fenomena yang tersebar di tengah masyarakat yang mengindikasikan lemahnya kejujuran adalah sebagai berikut:

1. Tersebarnya Ucapan Dusta
Bahkan bukan hanya ucapan dusta, tetapi termasuk juga amalan dan segala kondisi, padahal ia merupakan salah satu dosa besar. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya:
"Kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta." (QS. Ali Imran:61)
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Tiga hal, barang siapa yang pada dirinya terdapat ketiganya maka dia adalah orang munafik. Yaitu jika berbicara dusta, jika berjanji menyelisihi dan jika dipercaya berkhianat."(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

2. Fenomena Ingkar Janji
Ingkar janji sebagaimana disebutkan di dalam hadits di atas merupakan salah satu ciri kemunafikan. Kini ingkar janji telah menjadi hal yang lumrah bagi sebagian orang, bahkan di antara mereka ada yang dikenal dengan manusia ingkar janji.
Di antara bentuk ingkar janji yang sering dianggap remeh oleh kebanyakan manusia adalah:
Terlambat atau mengundur keda-tangan dengan tanpa ada alasan, seperti seseorang yang berjanji akan datang jam delapan tetapi dia baru datang jam sembilan, dengan tanpa alasan yang dibenarkan. Termasuk juga orang tua yang mengingkari janji terhadap anak-anaknya untuk membelikan sesuatu atau memberinya sesuatu.
Abdullah Ibnu Mas'ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Dusta itu tidak layak baik dalam bergurau atau sungguh-sungguh, dan janganlah seseorang di antara kalian berjanji terhadap anaknya dengan sesuatu lalu tidak melaksanakannya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

3. Mengkhianati Amanah
Amat banyak manusia yang tidak menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya, misalnya seorang pegawai tidak melakukan hal-hal atau pekerjaan yang seharusnya dituntut dan menjadi tugasnya. Di antara contohnya adalah terlambat datang di tempat kerja, dan jika datang bukannya melaksanakan pekerjaan dan tugasnya tetapi menelpon ke sana-sini bukan untuk urusan kerja, membaca majalah atau koran dalam jam kerja, atau nonton acara televisi dan lain sebagianya.
Demikian juga mengambil cuti sakit padahal tidak sakit, dan dia lupa bahwa dirinya dengan demikian telah memakan harta orang lain dengan tanpa bekerja. Apa hak dia mengambil upah secara utuh sementara hari kerja yang seharusnya dia masuk bekerja dikurangi dengan tanpa alasan yang dibenarkan?

4. Menipu Dalam Jual Beli
Di antara bentuknya adalah dengan menyembunyikan cacat barang dagangan, padahal si penjual ini mengetahui bahwa dagangannya cacat, tetapi dia tidak memberitahukan kepada si pembeli. Dia beralasan bahwa itu salah pembeli sendiri mengapa tidak meneliti dahulu barang yang akan dia beli. Menyembunyikan aib barang dagangan merupakan sebab hilangnya barakah, sebagaimana diriwayatkan dari Hakim bin Hizam radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Penjual dan pembeli melakukan khiyar (pilih barang dan tawar menawar) selagi mereka belum berpisah. Jika keduanya jujur dan menjelaskan (cacat) maka diberkahi keduanya dan jika keduanya menyembunyikan cacat dan berdusta maka dihapus keberkahannya." (HR. al-Bukhari dan Muslim)

5. Berpura-pura Fakir
Yaitu mengaku dirinya orang miskin dan butuh bantuan padahal sebenarnya kecukupan, dan dia meminta bantuan hanya sekedar untuk memperbanyak atau menumpuk harta benda. Diriwa-yatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Barang-siapa yang meminta-minta harta benda kepada orang lain untuk memperbanyak kepemilikannya, maka sesungguhnya dia sedang meminta bara api." (Tarikh Dimasyq 14/373, Al-Mustathraf 2/15)

6. Menyembunyikan Aib Pelamar atau Wanita yang Dilamar
Yakni masing-masing dari pelamar atau wanita yang sedang dilamar menutup-nutupi kekurangannya baik dalam masalah fisik atau akhlaknya. Masing-masing hanya menonjolkan kebaikan dan kelebihannya saja, serta berlebih-lebihan di dalam memberi pujian, padahal ini dapat menghilangkan berkah pernikahan.

Sumber: Artikel Buletin An-Nur

Senin, 20 Februari 2012

Serial Hadits Arba'in Tentang Keutamaan Jihad dan Ribath bagian 8 (Terakhir)

الحديث السادس والثلاثون
Hadis Ketiga Puluh Enam

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَافِرُوا تَصِحُّوا وَاغْزُوا تَسْتَغْنُوا [رواه الإمام أحمد، ورجاله ثقات[

Dari Abu Hurairah, bahwasannya nabi saw bersabda; Bersafarlah niscaya kalian akan sehat, dan berperanglah niscaya kau akan berkecukupan (HR Imam Ahmad, rijalnya tsiqah)

الحديث السابع والثلاثون
Hadis ketigah puluh tujuh

عَنْ أَبِى أُمَامَةَ الْبَاهِلِيّ رضي الله عَنْهُ قَالَ أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ائْذَنْ لِى فِى السِّيَاحَةِ. قَالَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم إِنَّ سِيَاحَةَ أُمَّتِى الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ تَعَالَى [رواه أبو داوود والبيهقي والحاكم وقال: صحيح الإسناد[

Dari Abu Umamah al-Bahili, ia berkata; bahwasannya ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulllah; Wahai Rasulullah saw, izinkanlah aku untuk mengikuti siyahah (wisata), Nabi saw berkata saw Sesungguhnya siyahah (wisatanya) umatku adalah berjihad fi sabilillah (HR Abu Dawud, al-Baihaqi, dan al-Hakim. Hakim berkata; hadis ini shahih al-Isnad)

الحديث الثامن والثلاثون
Hadis Ketiga Puluh Delapan

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ثَلاَثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللَّهِ عَوْنُهُمُ الْمُجَاهِدُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُكَاتَبُ الَّذِى يُرِيدُ الأَدَاءَ وَالنَّاكِحُ الَّذِى يُرِيدُ الْعَفَافَ [رواه الترمذي وصححه، والحاكم وقال: صحيح على شرط مسلم[

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata; Rasulullah saw bersabda; ada tiga golongan atas Allah dan pertolongan kepada mereka, mujahid fi sabilillah, budak yang memerdekakan diri dengan mencicil harganya yang ingin melunasi cicilannya, dan orang menikah karena ingin menjaga kesucian (HR at-Tirmidzi, dan dia menyatakan keshahihannya, dan juga diriwayatkan oleh al-hakim dan ia berkata; hadis ini shahih mengikuti syarat Muskim)

الحديث التاسع والثلاثون
Hadis Ketiga Puluh Sembilan

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَاهِدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَإِنَّ الْجِهَادَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى بَابٌ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ يُنَجِّي اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى بِهِ مِنْ الْهَمِّ وَالْغَمِّ [رواه الطبراني والحاكم وقال: صحيح الإسناد[

Dari Ubadah bin shamit, ia berkata; Rasulullah saw bersabda; Berjihadlah kalian di jalan Allah, karena sesungguhnya juhad fi sabilillah adalah salah satu pintu di antara pintu-pintu sorga, Allah akan menyelamatkan hamba-Nya dari ketakutan dan kekhawatiran (HR ath-Thabrani dan al-Hakim, dan al-Hakim mengatakan, hadis ini shahih al-Isnad)

الحديث الأربعون
Hadis Keempat Puluh

عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ رَضِيَ الله عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَقْرَبُ الْعَمَلِ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ: الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ لاَ يُقَارِبُهُ شَيْءٌ. [رواه البخاري في تاريخه[

Dari Fadlalah bin Ubaid ra, bahwa rasulullah saw bersabda; amal yang paling dekat kepada Allah adalah jihad fi sabilillah, tidak ada sesuatu pun yang mendekatinya (HR al-Bukhari di dalam kitab at-Tarikh)

Catatan hadis ini;
[At-Tarikh al-Kabir (4:152), dinyatakan dla’if oleh Syaikh al-Albani di dalam kitab Dla’if al-Jami’ ash-Shaghir wa Ziyadatuhu, no (1171). Menurutku, semua rijalnya tsiqat kecuali Utsman bin Shalih as-Sahmi, dia adalah salah seorang guru imam al-Bukhari. Utsman ini diperdebatkan oleh para ahli, Abu Hatim mengatakan, dia Syaikh. Tetapi Ahmad bin Shalih al-Mishri menyatakan dengan ungkapan layyin. Lihat Tahdzib al-Kamal 19:393 dan Mizan 3:436. ]

الحديث الحادي والأربعون
Hadis keempat puluh satu

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ [كُنْتُ مَعَ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم فِى سَفَرٍ فَأَصْبَحْتُ يَوْمًا قَرِيبًا مِنْهُ وَنَحْنُ نَسِيرُ فَـ]قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِى بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِى الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِى مِنَ النَّارِ. قَالَ لَقَدْ سَأَلْتَنِى عَنْ عَظِيمٍ وَإِنَّهُ لَيَسِيرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ تَعْبُدُ اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ [المكتوبة] وَتُؤْتِى الزَّكَاةَ [المفروضة] وَتَصُومُ رَمَضَانَ وَتَحُجُّ الْبَيْتَ. ثُمَّ قَالَ أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ الصَّوْمُ جُنَّةٌ وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ وَصَلاَةُ الرَّجُلِ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ. قَالَ ثُمَّ تَلاَ (تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ) حَتَّى بَلَغَ (يَعْمَلُونَ) ثُمَّ قَالَ أَلاَ أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ الأَمْرِ كُلِّهِ وَعَمُودِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ . قُلْتُ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ . ثُمَّ قَالَ أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ. قُلْتُ بَلَى يَا نَبِىَّ اللَّهِ قَالَ فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ قَالَ كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا. فَقُلْتُ يَا نَبِىَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ فَقَالَ ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ [رواه الترمذي وقال: حديث حسن صحيح[

Dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata: [Aku pernah bersama Nabi saw di dalam suatu perjalanan, lalu pada suatu hari aku menjadi sangat dekat dengan beliau ketika kami sedang berjalan, lalu] aku bertanya, “Wahai Rasulullah, beritahulah aku suatu amal yang dapat memasukan aku ke dalam surga dan menjauhkan aku dari neraka”. Nabi menjawab, “Engkau telah bertanya tentang perkara yang besar, namun sesungguhnya itu adalah mudah bagi orang yang diberi kemudahan oleh Allah Ta’ala. Hendaknya engkau beribadah kepada Allah dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, mendirikan sholat [fardlu], mengeluarkan zakat [fardlu] , melakukan shaum pada bulan Ramadhan, dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah.” Kemudian beliau bersabda. “Inginkah engkau kuberi petunjuk tentang pintu-pintu kebaikan? Shaum itu adalah perisai dan sedekah itu memadamkan kesalahan, sebagaimana air memadamkan api, lalu lakukanlah shalat di tengah malam.” Kemudian beliau membaca ayat, Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya……yang telah mereka kerjakan, (As-Sajdah 16-17). Kemudian beliau bersabda kembali, “Maukah bila aku beritahukan kepadamu pokok dan tiang serta puncak segala urusan?”. Aku menjawab, “Tentu, Wahai Rasulullah.” Rasulullah saw bersabda, “Pokok urusan adalah Islam (masuk Islam dengan syahadat), tiangnya adalah sholat, dan puncaknya adalah jihad.” Kemudian beliau bersabda, “Maukah kuberitahukan tentang kendali bagi semua itu?” Saya menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.” maka Beliau memegang lidahnya dan bersabda, “Jagalah ini.” Aku berkata, “Wahai Nabi Allah, apakah kami akan dituntut (disiksa) karena apa yang kami ucapkan?” Beliau bersabda, “Waduh, kau ini, hai Mu’adz!. Tidaklah ada yang menjerumuskan orang di atas wajahnya (atau sabdanya, di atas batang hidungnya) ke dalam neraka, tidak lain adalah ucapan lidah mereka?”. (HR At-Tirmidzi dan dia berkata : Hadits hasan shahih)

Serial Hadits Arba'in Tentang Keutamaan Jihad dan Ribath bagian 7

الحديث الحادي والثلاثون
Hadis Ketiga Puluh Satu

عن أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ مَا أَحَدٌ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا وَلَهُ مَا عَلَى الأَرْضِ مِنْ شَىْءٍ غَيْرُ إِلَّا الشَّهِيدُ يَتَمَنَّى أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ عَشْرَ مَرَّاتٍ لِمَا يَرَى مِنَ الْكَرَامَةِ [رواه البخاري ومسلم[

Dari Anas bin Malik ra, dari Nabi saw, beliau bersabda, Tidaklah seseorang yang masuk sorga suka untuk kembali ke dunia dengan segala yang dimilikinya di dunia, kecuali orang yang mati syahid. Dia menginginkan untuk dikembaklikan ke dunia untuk bisa terbunuh sepuluh kali, ketika mereka melihat betapa besar kemuliaannya (mati syahid)” [HR.al-Bukhari dan Muslim]

الحديث الثاني والثلاثون
Hadis Ketiga Puluh Dua

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَنْفَقَ زَوْجَيْنِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ نُودِيَ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا خَيْرٌ فَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّلَاةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّلَاةِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجِهَادِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الْجِهَادِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصِّيَامِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الرَّيَّانِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِأَبِي وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا عَلَى مَنْ دُعِيَ مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ مِنْ ضَرُورَةٍ فَهَلْ يُدْعَى أَحَدٌ مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ كُلِّهَا قَالَ نَعَمْ وَأَرْجُو أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ [رواه البخاري ومسلم[

Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulllah saw bersabda; Barang siapa memberikan nafkah untuk dua istri dijalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan. Barangsiapa berasal dari golongan orang-orang yang senantiasa mendirikan salat, maka dia akan dipanggil dari pintu salat, yang berasal dari kalangan yang suka berjihad, maka akan dipanggil dari pintu jihad, demikian juga dengan golongan yang berpuasa akan dipanggil dari pintu Rayyan, yang suka bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah. Abu Bakar bertanya Demi ayah dan ibuku wahai Rasulullah apakah setiap hamba akan dipanggil dari pintu-pintu tersebut? Lalu mungkinkah seseorang dipanggil dari seluruh pintu tersebut? Beliau menjawab, Ya, ada dan aku berharap engkau termasuk salah seorang diantara mereka (HR al-Bukhari dan Muslim)

الحديث الثالث والثلاثون
Hadis Ketiga Puluh Tiga

عَنْ أَبِى مَسْعُودٍ الأَنْصَارِىِّ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ بِنَاقَةٍ مَخْطُومَةٍ فَقَالَ هَذِهِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لَكَ بِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَبْعُمِائَةِ نَاقِةٍ كُلُّهَا مَخْطُومَةٌ [رواه مسلم[

Dari Abu Mas’ud al-Anshari, ia berkata; Ada seseorang datang dengan membawa seekor onta yang terikat tali di hidungnya, Lalu ia berkata: Ini (untuk berjihad) fi sabilillah! Maka Rasulullah saw berkata: (Sebagai balasannya) di hari kiamat nanti bagimu 700 ekor unta semuanya dengan bertali di hidungnya. (HR Muslim)

الحديث الرابع والثلاثون
Hadis Ketiga Puluh Empat

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ الْغَزْوُ غَزْوَانِ فَأَمَّا مَنِ ابْتَغَى وَجْهَ اللَّهِ وَأَطَاعَ الإِمَامَ وَأَنْفَقَ الْكَرِيمَةَ وَيَاسَرَ الشَّرِيكَ وَاجْتَنَبَ الْفَسَادَ فَإِنَّ نَوْمَهُ وَنُبْهَهُ أَجْرٌ كُلُّهُ وَأَمَّا مَنْ غَزَا فَخْراً وَرِيَاءً وَسُمْعَةً وَعَصَى الإِمَامَ وَأَفْسَدَ فِى الأَرْضِ فَإِنَّهُ لَمْ يَرْجِعْ بِالْكَفَافِ [رواه الإمام أحمد وأبو داوود وغيرهم، والحاكم وقال: صحيح[

Dari Mu’adz bin Jabal, dari Rasulullah saw, bahwa beliau telah bersabda; “Perang itu ada dua. Barangsiapa yang (berperang) mencari wajah (dengan keridloan) Allah, mentaati Imam, menginfakkan harta pilihan, memudahkan kawan, menjauhi perbuatan merusak, maka sesungguhnya tidur dan jaganya semuanya membuahkan pahala. Adapun orang yang berperang karena kesombongan, riya dan mencari kemasyuran, dan durhaka terhadap Imam serta membuat kerusakan dibumi maka sesungguhnya ia tidak akan kembali dengan rezeki yang cukup.” (HR Imam Ahmad, Abu Daud, dan lain-lain. Al-Hakim mengatakan ini hadis shahih)

الحديث الخامس والثلاثون
Hadis Ketiga Puluh Lima

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رضي الله عنه [يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ] الشُّهَدَاءُ أَرْبَعَةٌ رَجُلٌ مُؤْمِنٌ جَيِّدُ الإِيمَانِ لَقِىَ الْعَدُوَّ فَصَدَقَ اللَّهَ حَتَّى قُتِلَ فَذَلِكَ الَّذِى يَرْفَعُ النَّاسُ إِلَيْهِ أَعْيُنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ هَكَذَا. وَرَفَعَ رَأْسَهُ حَتَّى وَقَعَتْ قَلَنْسُوَتُهُ. قَالَ فَلاَ أَدْرِى أَقَلَنْسُوَةَ عُمَرَ أَرَادَ أَمْ قَلَنْسُوَةَ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ وَرَجُلٌ مُؤْمِنٌ جَيِّدُ الإِيمَانِ لَقِىَ الْعَدُوَّ فَكَأَنَّمَا ضُرِبَ جِلْدُهُ بِشَوْكِ طَلْحٍ مِنَ الْجُبْنِ أَتَاهُ سَهْمٌ غَرْبٌ فَقَتَلَهُ فَهُوَ فِى الدَّرَجَةِ الثَّانِيَةِ وَرَجُلٌ مُؤْمِنٌ خَلَطَ عَمَلاً صَالِحًا وَآخَرَ سَيِّئًا لَقِىَ الْعَدُوَّ فَصَدَقَ اللَّهَ حَتَّى قُتِلَ فَذَلِكَ فِى الدَّرَجَةِ الثَّالِثَةِ وَرَجُلٌ مُؤْمِنٌ أَسْرَفَ عَلَى نَفْسِهِ لَقِىَ الْعَدُوَّ فَصَدَقَ اللَّهَ حَتَّى قُتِلَ فَذَلِكَ فِى الدَّرَجَةِ الرَّابِعَةِ [رواه الإمام أحمد والترمذي، وهو حديث حسن[

Dari Amirul mukminin, Umar bin al-Khaththab, ra [ia berkata; Aku mendengar Rasulullah saw bersabda;] Syahid itu ada empat macam, seorang mukmin yang baik imannya ia bertemu musuh maka ia membenarkan (janji) Allah (terhadap syuhada’) sehingga ia terbunuh, maka itulah yang yang akan dipandang oleh mata manusia dengan mendongak pada hari kiamat, seraya mendongakkan kepalanya sehingga pecinya terjatuh, (rawi hadis setelah Umar) berkata; Aku tidak tahu apakah (yang jatuh itu) peci Umar atau peci Nabi saw. Ia (Umar) berkata, dan lelaki mukmin yang baik imannya bertemu musuh seolah-olah kulitnya seperti duri pohon karena takut, lalu terkena anak panah sehingga ia terbunuh, maka ia ada di tingkatan kedua. Dan seorang lelaki mukmin yang bercampur antara amal shalih dengan amal buruk, ia bertemu musuh lalu ia membenarkan (jaji) Allah (kepada Syuhada’) sehingga ia terbunuh, maka ia berada di tingkat ketiga. Dan seroang lelaki mukmin yang berlaku israf terhadap dirinya sendiri, ia bertemu musuh hingga terbunuh maka ia berada pada tingkatan keempat (HR Imam Ahmad dan at-Tirmidzi, ia menyatakan hadis ini adalah hadis hasan)

Serial Hadits Arba'in Tentang Keutamaan Jihad dan Ribath bagian 6

الحديث السادس والعشرون
Hadis Kedua Puluh Enam

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ رضى الله عنه قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ مَنْ صَامَ يَوْمًا فِى سَبِيلِ اللَّهِ بَاعَدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا [رواه البخاري في كتاب الجهاد[

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata; Nabi saw bersabda; Barangsiapa berpuasa sehari di jalan Allah, niscaya Allah akan menjauhkan wajahnya dari neraka sejauh tujuh puluh kharif (tahu).” [HR al-Bukhari].

الحديث السابع والعشرون
Hadis Kedua Puluh Tujuh

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ اْلأَنْصَارِيِّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ يَقُولُ « وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ » أَلاَ إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْىُ أَلاَ إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْىُ أَلاَ إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْىُ [رواه مسلم[

Dari Uqbah bin Amir al-Anshari, ra ia bekata; Aku mendengar Rasulullah saw, ketika itu beliau ada di atas mimbar, bersabda, “Dan persiapkanlah olehmu (untuk menghadapi musuh) apa saja yang kamu mampu dari kekuatan…ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah melempar (memanah), ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah [HR Muslim].

الحديث الثامن والعشرون
Hadis Kedua Puluh Delapan

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَا مِنْ غَازِيَةٍ أَوْ سَرِيَّةٍ تَغْزُو فِي سَبِيْلِ اللهِ فَتَغْنَمُ وَتَسْلَمُ إِلاَّ كَانُوا قَدْ تَعَجَّلُوا ثُلُثَىْ أُجُورِهِمْ وَمَا مِنْ غَازِيَةٍ أَوْ سَرِيَّةٍ تُخْفِقُ وَتُصَابُ إِلاَّ تَمَّ أُجُورُهُمْ. [رواه مسلم[

Dari Abdullah bin Amr, ia berkata; Rasulullah saw bersabda; Tidak ada seorang pun yang berjihad di jalan Allah kemudian mendapatkan ghanimah melainkan telah menyegerakan dua pertiga pahala mereka, dan tidaklah seseorang berperang lalu ia gagal (mendapatkan ghanimah) dan tertimpa musibah melainkan ia mendapatkan pahala yang sempurna. (HR Muslim)

الحديث التاسع والعشرون
Hadis Kedua Puluh Sembilan

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ لاَ يَجْتَمِعُ كَافِرٌ وَقَاتِلُهُ فِى النَّارِ أَبَدًا [رواه مسلم

Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda; orang kafir dengan orang yang memeranginya tidak akan bertemu di dalam neraka selama-lamanya (HR Muslim)

الحديث الثلاثون
Hadis ketigapuluh

[عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ سَأَلْنَا] عَبْدَ اللَّهِ بن مسود رضي الله عنه عَنْ هَذِهِ الآيَةِ (وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِى سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ) قَالَ أَمَا إِنَّا قَدْ سَأَلْنَا عَنْ ذَلِكَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَرْوَاحُهُمْ فِى جَوْفِ طَيْرٍ خُضْرٍ لَهَا قَنَادِيلُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَسْرَحُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ شَاءَتْ ثُمَّ تَأْوِى إِلَى تِلْكَ الْقَنَادِيلِ فَاطَّلَعَ إِلَيْهِمْ رَبُّهُمُ اطِّلاَعَةً فَقَالَ هَلْ تَشْتَهُونَ شَيْئًا قَالُوا أَىَّ شَىْءٍ نَشْتَهِى وَنَحْنُ نَسْرَحُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ شِئْنَا فَفَعَلَ ذَلِكَ بِهِمْ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ فَلَمَّا رَأَوْا أَنَّهُمْ لَنْ يُتْرَكُوا مِنْ أَنْ يُسْأَلُوا قَالُوا يَا رَبِّ نُرِيدُ أَنْ تَرُدَّ أَرْوَاحَنَا فِى أَجْسَادِنَا حَتَّى نُقْتَلَ فِى سَبِيلِكَ مَرَّةً أُخْرَى. فَلَمَّا رَأَى أَنْ لَيْسَ لَهُمْ حَاجَةٌ تُرِكُوا [رواه مسلم[

Dari [Masruq ia berkata, kami bertanya kepada] Abdullah bin Mas’ud ra, tentang ayat ini, “Dan janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, tetapi mereka itu tetap hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki” [Ali Imran:169] (Abdullah) menjawab, adapun kami tanyakan hal itu kepada Rasulullah saw, lalu beliau menjawab; Ruh-ruh mereka berada di tengah-tengah burung hijau, dan memiliki lampu pelita yg tergantung di Arsy. Ruh itu bebas bebas terbang ke manapun yang dia sukai, kemudian kembali ke pelita-pelita tersebut. Tuhan mereka mendatangi mereka dan bertanya, “Apakah kalian menginginkan sesuatu?” “Apalagi yang kami inginkan, sedangkan kami bebas terbang dalam surga sesuka kami?” jawab mereka. Allah menanyakan hal tersebut terhadap mereka sampai tiga kali, hingga ketika mereka merasa bahwa mereka tidak akan dilepaskan daripada ditanya, maka menjawablah mereka, “Wahai Rabb kami, kami ingin Engkau kembalikan ruh-ruh kami pada jasad-jasad kami sehingga kami dapat terbunuh lagi di jalan-Mu.” Tatkala Allah melihat bahwa mereka sudah tidak memiliki hajat, maka ditinggalkanlah mereka” [HR.Muslim]

Serial Hadits Arba'in Tentang Keutamaan Jihad dan Ribath bagian 5

الحديث الحادي والعشرون
Hadis Kedua Puluh Satu

عَنْ عُرْوَةَ الْبَارِقِىِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم الْخَيْلُ مَعْقُودٌ فِى نَوَاصِيهَا الْخَيْرُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ [رواه البخاري ومسلم[

Dari Urwah al-Bariqiy , ia berkata; Rasulullah saw bersabda; Pada ubun-ubun kuda itu terikat kebaikan sehingga ke Hari Kiamat (HR al-Bukhari dan Muslim)

الحديث الثاني والعشرون
Hadis Kedua Puluh Dua

عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِىِّ قَالَ إِنَّ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ مَنْ جَهَّزَ غَازِيًا فِى سَبِيلِ اللَّهِ فَقَدْ غَزَا وَمَنْ خَلَفَهُ غَازِيًا فِى أَهْلِهِ بِخَيْرٍ فَقَدْ غَزَا [رواه البخاري ومسلم[

Dari Zaid bin Khalid al-Juhani , ia berkata; sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang mempersiapkan orang yang berperang di jalan Allah maka ia telah ikut berperang, dan barangsiapa menggantikan orang yang berperang di dalam [memperhatikan kebutuhan] keluarganya dengan kebaikan maka ia telah ikut berperang”. (HR al-Bukhari dan Muslim)

الحديث الثالث والعشرون
Hadis Kedua Puluh Tiga

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رِبَاطُ يَوْمٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا [وَمَوْضِعُ سَوْطِ أَحَدِكُمْ مِنْ الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا] عَلَيْهَا وَالرَّوْحَةُ يَرُوحُهَا الْعَبْدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ الْغَدْوَةُ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا [رواه البخاري[

Dari Sahl bin Sa’d as-Sa’idi, bahwasannya Rasulullah saw bersabda; berjaga-jaga di perbatasan (ribath) sehari di jalan Allah lebih baik dari pada dunia dan seisinya [dan tempat seorang dari kalian di sorga sebesar cemeti lebih baik dari dunia dan seisinya] dan perjalanan seorang hamba di pagi hari atau perjalanan hamba di sore hari fi sabilillah lebih baik daipada dunia dan seisinya (HR al-Bukhari)

الحديث الرابع والعشرون
Hadis Kedua Puluh Empat

عَنْ سَلْمَانَ الْفَارِسِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِى كَانَ يَعْمَلُهُ وَأُجْرِىَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتَّانَ ». [رواه مسلم[

Dari Salman al-Farisi ra, ia berkata; Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, berjaga-jaga sehari atau semalam (di medan jihad) lebih baik dari pada berpuasa beserta qiyamullailnya selama sebulan penuh, dan jika ia mati amalnya yang ia lakukan akan terus mengalir kepadanya, dan akan dialirkan rizki kepadanya dan ia aman (selamat) dari fitnah (HR Muslim)

الحديث الخامس والعشرون
Hadis Kedua Puluh Lima

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ احْتَبَسَ فَرَسًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِيمَانًا بِاللَّهِ وَتَصْدِيقًا بِوَعْدِهِ فَإِنَّ شِبَعَهُ وَرِيَّهُ وَرَوْثَهُ وَبَوْلَهُ فِي مِيزَانِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ [روا البخاري[

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata; Nabi saw bersabda; Barangsiapa yang mewakafkan kuda (untuk perjuangan) di jalan Allah karena iman kepada-Nya dan membenarkan janji-Nya, maka kenyangnya kuda itu, kotoran, dan kencingnya, berada di dalam timbangannya pada hari kiamat. (HR al-Bukhari)

Serial Hadits Arba'in Tentang Keutamaan Jihad dan Ribath bagian 4

الحديث السادس عشر
Hadis Keenambelas

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ بَعَثَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بُسَيْسَةَ عَيْنًا يَنْظُرُ مَا صَنَعَتْ عِيرُ أَبِى سُفْيَانَ فَجَاءَ وَمَا فِى الْبَيْتِ أَحَدٌ غَيْرِى وَغَيْرُ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ لاَ أَدْرِى مَا اسْتَثْنَى بَعْضَ نِسَائِهِ قَالَ فَحَدَّثَهُ الْحَدِيثَ قَالَ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَتَكَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ لَنَا طَلِبَةً فَمَنْ كَانَ ظَهْرُهُ حَاضِرًا فَلْيَرْكَبْ مَعَنَا . فَجَعَلَ رِجَالٌ يَسْتَأْذِنُونَهُ فِى ظُهْرَانِهِمْ فِى عُلْوِ الْمَدِينَةِ فَقَالَ لاَ إِلاَّ مَنْ كَانَ ظَهْرُهُ حَاضِرًا . فَانْطَلَقَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَأَصْحَابُهُ حَتَّى سَبَقُوا الْمُشْرِكِينَ إِلَى بَدْرٍ وَجَاءَ الْمُشْرِكُونَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لاَ يُقَدِّمَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ إِلَى شَىْءٍ حَتَّى أَكُونَ أَنَا دُونَهُ . فَدَنَا الْمُشْرِكُونَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قُومُوا إِلَى جَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ . قَالَ يَقُولُ عُمَيْرُ بْنُ الْحُمَامِ الأَنْصَارِىُّ يَا رَسُولَ اللَّهِ جَنَّةٌ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ قَالَ نَعَمْ . قَالَ بَخٍ بَخٍ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَا يَحْمِلُكَ عَلَى قَوْلِكَ بَخٍ بَخٍ . قَالَ لاَ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِلاَّ رَجَاءَةَ أَنْ أَكُونَ مِنْ أَهْلِهَا. قَالَ فَإِنَّكَ مِنْ أَهْلِهَا . فَأَخْرَجَ تَمَرَاتٍ مِنْ قَرْنِهِ فَجَعَلَ يَأْكُلُ مِنْهُنَّ ثُمَّ قَالَ لَئِنْ أَنَا حَيِيتُ حَتَّى آكُلَ تَمَرَاتِى هَذِهِ إِنَّهَا لَحَيَاةٌ طَوِيلَةٌ قَالَ فَرَمَى بِمَا كَانَ مَعَهُ مِنَ التَّمْرِ. ثُمَّ قَاتَلَهُمْ حَتَّى قُتِلَ. [رواه مسلم

Dari Anas bin Malik , ia berkata: Rasulullah saw menugaskan Busaisah sebagai mata-matai utuk mengawasi apa yang dilakukan oleh kafilah Abu Sufyan. Ketika Busaisah datang (untuk melapor) di rumah tidak ada seorang pun selain aku dan Rasulullah saw, aku tidak tahu barangkali terkecualikan (ada) sebagian isteri beliau (di rumah). Lalu Busaisah menyampaikan laporannya. Anas berkata: Kemudian Rasulullah keluar dan bersabda: “Sesungguhnya kita mempunyai satu tujuan, siapa yang telah siap kendaraannya, berangkatlah bersama-sama kami” Seorang laki-laki minta izin kepada baginda hendak mengambil kenderaannya di luar kota. Beliau bersabda: “Tidak usah, cukup orang-orang yang kendaraannya telah siap saja!” Maka berangkatlah Rasulullah saw berserta para sahabatnya sehingga mereka lebih dahulu tiba di Badr dari pada kaum musyrikin. Setelah kaum musyrikin tiba, Rasulullah saw bersabda, “Kalian tidak boleh bertindak sebelum ada perintah daripadaku!” Setelah kaum musyrikin tembah dekat maka bersabda baginda, “Majulah kalian ke syurga yang lebarnya selebar langit dan bertanya, “Ya, Rasulullah!bumi!” Lalu Umair bin al-Humam al-Anshari Syurga lebarnya selebar langit dan bumi?” Jawab nabi, “Ya”. Umair berkata, “Wah, wah!” Rasulullah saw bertanya, “Apa yang membuatmu mengatakan wah, wah?” Jawab Umair, “Tidak, demi Allah, ya Rasulullah, Aku hanya berharap semoga aku menjadi penghuninya.” Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya engkau termasuk penghuninya!” Kemudian Umair mengeluarkan kurma dari kantong perbekalannya lalu ia memakannya sebagian. Sesudah itu dia berkata, “Seandainya aku masih hidup sehingga aku bisa menghabiskan kurmaku ini, sungguh suatu kehidupan (dunia) yang panjang.” Anas berkata, Lalu Umair melemparkannya kurma yang masih tersisa di tangannya lalu dia maju bertempur melawan musuh sehingga dia tewas terbunuh.” (HR Muslim)

الحديث السابع عشر
Hadis Ketujuhbelas

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِى أَوْفَى رضي الله عنه [فَكَتَبَ إِلَى عُمَرَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ حِينَ سَارَ إِلَى الْحَرُورِيَّةِ يُخْبِرُهُ] أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِى بَعْضِ أَيَّامِهِ الَّتِى لَقِىَ فِيهَا الْعَدُوَّ انْتَظَرَ حَتَّى إِذَا مَالَتْ الشَّمْسُ ثُمَّ قَامَ فِي النَّاسِ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ لاَ تَتَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ وَاسْأَلُوا اللَّهَ الْعَافِيَةَ فَإِذَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاصْبِرُوا وَاعْلَمُوا أَنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ ظِلاَلِ السُّيُوفِ. ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِىَ السَّحَابِ وَهَازِمَ الأَحْزَابِ اهْزِمْهُمْ وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ ]رواه البخاري ومسلم[

Dari ‘Abdullah bin Abi Aufa, [bahwa ia menulis surat kepada 'Umar bin 'Ubaidillah ketika akan berangkat memerangi kaum Haruriyah, ia mengabarkan kepadanya] bahwa Rasulullah pada suatu hari ketika bertemu dengan musuh, beliau menunggu hingga apabila matahari telah condong beliau berbicara di di depan manusia (para shahabat), lalu bersabda, “Wahai manusia, janganlah mengharap bertemu musuh, mintalah kekuatan kepada Allah. Apabila kalian bertemu musuh, maka bersabarlah dan ketahuilah bahwa Surga berada di bawah naungan pedang.” Kemudian nabi saw bersabda, “Ya Allah, yang telah menurunkan kitab, menjalankan awan, hancurkanlah persekutuan (musuh), kalahkanlah mereka dan berilah pertolongan kepada kami dalam melawan mereka (HR Bukhari dan Muslim).

الحديث الثامن عشر
Hadis Kedelapanbelas

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ وَلَمْ يُحَدِّثْ بِهِ نَفْسَهُ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ [رواه مسلم[

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda; barangsiapa mati padahal ia belum pernah berperang, dan tidak pernah terlintas di benaknya keinginan untuk berperang maka ia mati di atas salah satu cabang kemunafikan (HR Muslim)

الحديث التاسع عشر
Hadis Kesembilanbelas

عَنْ بُرَيْدَةَ بْنِ الْحُصَيْبِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم حُرْمَةُ نِسَاءِ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى الْقَاعِدِينَ كَحُرْمَةِ أُمَّهَاتِهِمْ وَمَا مِنْ رَجُلٍ مِنَ الْقَاعِدِينَ يَخْلُفُ رَجُلاً مِنَ الْمُجَاهِدِينَ فى أَهْلِهِ فَيَخُونُهُ فِيهِمْ إِلاَّ وُقِفَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَأْخُذُ مِنْ عَمَلِهِ مَا شَاءَ [ثُمَّ الْتَفَتَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ فَمَا ظَنُّكُمْ. وَرَوَاهُ عَلْقَمَةُ بْنُ مُرْثِدٍ بِهَذَا اْلإِسْناَدِ وَقَالَ قِيْلَ لَهُ َخُذْ مِنْ حَسَنَاتِهِ مَا شِئْتَ. [رواه مسلم[

Dari Buraidah bin al-Hushaib , ia berkata; Rasulullah saw bersabda, kemuliaan isteri mujahidin atas orang yang duduk-duduk (tidak berjihad) seperti kemuliaan ibu mereka. Dan tidaklah seseorang di antara yang tidak berangkat berjihad, ia menggantikan seorang mujahid (dalam memberikan nafkah) kepada keluarganya lalu ia berkhianat kepadanya dalam keluarganya melainkan pada hari kiamat ia akan berdiri di hadapan mujahid lalu ia mengambil amal penggantinya itu sekehendaknya. [Kemudian Rasulullah saw berpaling ke arah kami, dan bersabda, “Apa pendapat kalian?”] Dan diriwayatkan juga oleh Alqamah bin Murtsid dengan sanad ini, ia berkata, dikatakan kepadanya (Mujahid): Ambillah kebaikan-kebaikannya sesukamu” (HR Muslim)

الحديث العشرون
Hadis keduapuluh

عَنْ أَبِي عَبْسٍ [هُوَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ جَبْرٍ] رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا اغْبَرَّتْ قَدَمَا عَبْدٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَتَمَسَّهُ النَّارُ [رواه البخاري وغيره[

Dari Abu ‘Abs, yaitu Abdurrahman bin Jabr Rasulullah saw bersabda; tidaklah kedua telapak kaki seorang hamba berdebu di jalan Allah lalu ia tersentuh oleh api neraka (HR al-Bukhari dan lainnya)

Serial Hadits Arba'in Tentang Keutamaan Jihad dan Ribath bagian 3

الحديث الحادي عشر
Hadis Kesebelas

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُؤْمِنٌ يُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ قَالُوا ثُمَّ مَنْ قَالَ مُؤْمِنٌ فِي شِعْبٍ مِنْ الشِّعَابِ يَتَّقِي اللَّهَ وَيَدَعُ النَّاسَ مِنْ شَرِّهِ [ رواه البخاري ومسلم.[
Dari Abu Said al-Khudlri ra , ia berkata, Rasulullah ditanya, ‘Manusia seperti apakah yang paling utama ya Rasulullah?’, Beliau menjawab, “Mu’min yang berjihad dengan jiwanya dan hartanya.” Laki-laki itu bertanya lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, “Seseorang mukmin yang ada di jalan menuju celah bukit ia bertaqwa kepada Allah dan meninggalkan manusia karena keburukannya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

الحديث الثاني عشر
Hadis Keduabelas

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ مِنْ خَيْرِ مَعَاشِ النَّاسِ لَهُمْ رَجُلٌ مُمْسِكٌ عِنَانَ فَرَسِهِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ يَطِيرُ عَلَى مَتْنِهِ كُلَّمَا سَمِعَ هَيْعَةً أَوْ فَزْعَةً طَارَ عَلَيْهِ يَبْتَغِى الْقَتْلَ وَالْمَوْتَ مَظَانَّهُ أَوْ رَجُلٌ فِى غُنَيْمَةٍ فِى رَأْسِ شَعَفَةٍ مِنْ هَذِهِ الشَّعَفِ أَوْ بَطْنِ وَادٍ مِنْ هَذِهِ الأَوْدِيَةِ يُقِيمُ الصَّلاَةَ وَيُؤْتِى الزَّكَاةَ وَيَعْبُدُ رَبَّهُ حَتَّى يَأْتِيَهُ الْيَقِينُ لَيْسَ مِنَ النَّاسِ إِلاَّ فِى خَيْرٍ. [رواه مسلم[
Dari Abu Hurairah , ia berkata, Rasulullah , bersabda. Di antara bentuk sebaik-baik keadaan hidup manusia ialah seseorang yang memegang kendali kudanya untuk melakukan peperangan fi-sabilillah, ia menunggang kuda di atas punggungnya. Setiap kali ia mendengar suara gemuruh atau suara dahsyat di medan peperangan itu, ia segera terbang ke sana untuk mencari pembunuhan dan kematian yang disangkanya bahwa di sanalah tempatnya (kematian). Atau seseorang yang memelihara kambing di puncak gunung dari beberapa puncak gunung yang ada, ataupun di suatu lembah dari beberapa lembah ini. la mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta menyembah Tuhannya sehingga keyakinan (kematian) mendatanginya. Tidak ada sesuatu pada manusia tersebut kecuali dalam kebaikan.” (Riwayat Muslim)
الحديث الثالث عشر
Hadis ketigabelas

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَعَبْدُ الدِّرْهَمِ وَالْقَطِيفَةِ وَالْخَمِيصَةِ إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ تَعِسَ وَانْتَكَسَ وَإِذَا شِيكَ فَلَا انْتَقَشَ طُوبَى لِعَبْدٍ آخِذٍ بِعِنَانِ فَرَسِهِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَشْعَثَ رَأْسُهُ مُغْبَرَّةٍ قَدَمَاهُ إِنْ كَانَ فِي الْحِرَاسَةِ كَانَ فِي الْحِرَاسَةِ وَإِنْ كَانَ فِي السَّاقَةِ كَانَ فِي السَّاقَةِ إِنْ اسْتَأْذَنَ لَمْ يُؤْذَنْ لَهُ وَإِنْ شَفَعَ لَمْ يُشَفَّعْ [رواه البخاري[
Dari Abu Hurairah . Dari Nabi Saw bersabda: “Celakalah hamba dinar, dirham, kain beludru dan pakaian sutera. Jika diberi ia rela dan jika tidak diberi ia murka. Dia amat rugi dan jatuh menjungkir. Jika ia tertusuk duri ia tidak dapat mencabutnya. Beruntunglah bagi hamba yang mengambil tali kekang kudanya untuk berjuang di jalan Allah, kusut rambutnya dan kedua kakinya berdebu. Jika ia berada di bagian pertahanan dia senantiasa ditempat itu. Dan jika dia berada bagian depan dia senantiasa ditempat itu. Jika dia meminta ijin dia tidak diizinkan dan jika dia meminta syafat (bantuan) dia tidak mendapat bantuan.” (HR. Bukhari)
الحديث الرابع عشر
Hadis Keempatbelas

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم تَضَمَّنَ اللَّهُ لِمَنْ خَرَجَ فِى سَبِيلِهِ لاَ يُخْرِجُهُ إِلاَّ جِهَادًا فِى سَبِيلِى وَإِيمَانًا بِى وَتَصْدِيقًا بِرُسُلِى فَهُوَ عَلَىَّ ضَامِنٌ أَنْ أُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ أَوْ أَرْجِعَهُ إِلَى مَسْكَنِهِ الَّذِى خَرَجَ مِنْهُ نَائِلاً مَا نَالَ مِنْ أَجْرٍ أَوْ غَنِيمَةٍ. وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ مَا مِنْ كَلْمٍ يُكْلَمُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَهَيْئَتِهِ حِينَ كُلِمَ لَوْنُهُ لَوْنُ دَمٍ وَرِيحُهُ مِسْكٌ وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْلاَ أَنْ يَشُقَّ عَلَى الْمُسْلِمِينَ مَا قَعَدْتُ خِلاَفَ سَرِيَّةٍ تَغْزُو فِى سَبِيلِ اللَّهِ أَبَدًا وَلَكِنْ لاَ أَجِدُ سَعَةً فَأَحْمِلَهُمْ وَلاَ يَجِدُونَ سَعَةً وَيَشُقُّ عَلَيْهِمْ أَنْ يَتَخَلَّفُوا عَنِّى وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوَدِدْتُ أَنِّى أَغْزُو فِى سَبِيلِ اللَّهِ فَأُقْتَلُ ثُمَّ أَغْزُو فَأُقْتَلُ ثُمَّ أَغْزُو فَأُقْتَلُ . [رواه مسلم[
Dari Abu Hurairah berkata. Rasulullah saw bersabda;: Allah menjamin orang yang keluar di jalan-Nya yang tidak didorong kecuali karena untuk berjihad di jalan-Ku, beriman dengan-Ku serta percaya kepada rasul-rasul-Ku. Maka ia Aku jamin, untuk Aku masukkan ke dalam surga atau Aku pulangkan kembali ke rumahnya tempat ia berangkat dengan memperoleh pahala atau ghanimah (harta rampasan). Demi Tuhan Yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidak ada satu luka pun yang terjadi di jalan Allah kecuali pada hari kiamat akan tampak dalam keadaannya semula ketika ia terluka, warnanya adalah warna darah tetapi baunya adalah bau minyak kasturi. Demi Tuhan Yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, jika tidak memberatkan kaum muslimin, niscaya aku tidak akan pernah tinggal di belakang pasukan perang yang aku utus untuk berperang di jalan Allah. Tetapi aku tidak mendapatkan kendaraan lebih sehingga aku dapat menyertakan mereka dan mereka pun tidak mendapatkan kendaraan lebih padahal ada perasaan berat bagi mereka untuk tidak ikut serta bersamaku. Demi Tuhan Yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya. Sesungguhnya aku sangat menginginkan untuk berperang di jalan Allah lalu terbunuh, kemudian berperang lagi dan terbunuh lagi, kemudian berperang lagi dan akhirnya terbunuh lagi (HR Muslim)
الحديث الخامس عشر
Hadis Kelimabelas

عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الله النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ رضي الله عنه قَالَ كُنْتُ عِنْدَ مِنْبَرِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ رَجُلٌ مَا أُبَالِى أَنْ لاَ أَعْمَلَ عَمَلاً بَعْدَ الإِسْلاَمِ إِلاَّ أَنْ أُسْقِىَ الْحَاجَّ. وَقَالَ آخَرُ مَا أُبَالِى أَنْ لاَ أَعْمَلَ عَمَلاً بَعْدَ الإِسْلاَمِ إِلاَّ أَنْ أَعْمُرَ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ. وَقَالَ آخَرُ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ أَفْضَلُ مِمَّا قُلْتُمْ. فَزَجَرَهُمْ عُمَرُ وَقَالَ لاَ تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ عِنْدَ مِنْبَرِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ وَلَكِنْ إِذَا صَلَّيْتُ الْجُمُعَةَ دَخَلْتُ فَاسْتَفْتَيْتُهُ فِيمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ. فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ (أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَاجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ) الآيَةَ إِلَى آخِرِهَا. [رواه مسلم[
Dari Abu Abdillah an-Nu’man bin Basyir , ia berkata, “Aku pernah berada di sisi mimbar Rasulullah SAW, lalu ada seseorang yang berkata, “Aku tak peduli, aku tidak akan melakukan pekerjaan apapun, sesudah (masuk) Islam kecuali memberi minum pada orang haji”. Lalu di jawab oleh yang lain, “Kalau aku tak peduli, aku tidak mengamalkan amalan apapaun setelah (masuk) Islam kecuali memakmurkan masjidil haram”. Lalu di sambut lagi oleh yang lain, ”berjihad di jalan Allah lebih utama dari semua amal yang kalian katakan itu,” Kemudian Umar bin Khattab melarang mereka, ia berkata “Kalian jangan berbicara keras di sisi mimbar Rasulullah saw”. Saat itu terjadi pada hari Jum’at. Sesudah selesai menunaikan sholat Jum’at, kami mendatangi Rasulullah dan menanyakan tentang apa yang kami perbincangkan, maka turunlah firman Allah swt. “Apakah orang-orang yang memberi minuman kepada orang haji dan mengurus Masjidil Haram kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah dan Alah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang dzalim (at-Taubah;19) (HR Muslim)