SECARA SYAR'I ALLAH SWT MENYURUH ORANG-ORANG MUKMIN UNTUK MELAWAN ORANG KAFIR YANG DITAKDIRKAN MENGUASAI MEREKA
Allah SWT berfirman,
وَلَوْلا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
“Dan sekiranya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang didalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang-orang yang mau menolong agamaNya. Sesungguhnya Allah itu Maha Kuat lagi Maha Perkasa." (QS. Al Hajj : 40)
Perlawanan orang-orang mukmin terhadap orang-orang kafir melalui beberapa marhalah (tahapan):
Marhalah Pertama: Dakwah kepada Islam
Allah berfirman,
وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالأُمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدْ اهْتَدَوا
"Dan katakanlah kepada orang-orang yang diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi (tidak tahu baca tulis), "Apakah kalian mau masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam berarti mereka telah mendapatkan petunjuk." (QS. Ali Imran : 20)
Dan Rasulullah SAW pernah berkata kepada sahabat Muadz, tatkala beliau mengutuskan ke Yaman:
إنك تأتي قـومـا من أهل الكتاب فليكن أول ما تدعوهم إليه شهادة أن لا إله إلا الله
"Sesungguhnya kalian akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab. Maka hendaklah pertama kali apa yang kamu serukan kepada mereka adalah syahadat bahwa tidak ada Ilah selain Allah." (HR. Mutatafaq alaih)
Dengan melihat kepada keumuman risalah Rasulullah SAW sebagaimana yang telah saya sebutkan dalam bab berpegang teguh kepada Kitab dan Sunnah. Maka dengan dakwah Nabi SAW, manusia terbagi menjadi mukmin dan kafir. Karena itu ada hadits yang menyebutkan:
ومحمد فَرْقٌ بين الناس
"Dan Muhammad itu pemisah antara manusia." (HR. Bukhari dari Jabir)
Setelah dakwah, hubungan antara orang mukmin dan orang kafir akan mengambil bentuk-bentuk lain, yaitu :
Marhalah kedua: Bersikap baro' (berlepas diri) dari orang kafir, baik keadaannya hidup atau mati
Sikap baro' terhadap orang kafir yang masih hidup adalah dengan menampakkan permusuhan dan kebencian terhadap mereka karena kekufuran mereka. Tidak mengikuti hawa nafsu dan konsep hidup mereka, serta mengasingkan diri dari mereka dan tidak bergaul dengan mereka. Insya Allah akan ada rincian tambahannya.
Adapun sikap bara' kepada mereka setelah mereka mati adalah dengan tidak memintakan ampunan bagi mereka.
Allah berfirman:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُوْلِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
"Tidak pantas bagi seorang Nabi dan orang-orang yang beriman untuk memintakan ampunan bagi orang-orang musyrik meskipun mereka itu kerabat dekat, setelah jelas baginya bahwa mereka adalah penduduk neraka jahim." (QS. At Taubah : 113)
Bentuk bara' itu dengan tidak menguburkan mereka di pemakaman kaum muslimin, melarang waris-mewarisi dengan mereka. Sebagaimana sabda Nabi SAW:
لا يرث المسلم الكافر ولا يرث الكافر الـمسلم
"Orang muslim tidak boleh mewarisi orang kafir dan orang kafir tidak boleh mewarisi orang muslim." (HR. Mutatafaq alaih dari Usamah bin Zaid)
Allah SWT berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
"Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik pada kalian pada diri Ibrahim dan orang – orang beriman bersamanya. Ketika mereka berkata kepada kaumnya, "Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah selain Allah.Kami ingkari kekafiran kalian dan telah nyata antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian buat selama – lamanya sampai kalian beriman kepada Allah saja." (QS. Al Mutahanah : 4)
ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنْ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا
"Kemudian Kami mewahyukan kepadamu, agar kamu mengikuti agama Ibrahim yang lurus (hanif)" (Qs. An Nahl : 123)
Jadi hubungan kekerabatan kepadamu tidak menghalangi seorang mukmin untuk bersikap bara' kepada orang kafir/musyrik.
Syaikh Hamad Bin Atiq berkata, "Disinilah terdapat titik keindahan, yaitu firman Allah SWT :
إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
"Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan apa saja yang kalian sembah selain Allah").
Di sini dijelaskan bahwa Allah SWT mendahulukan sikap bara' terhadap orang–orang musyrik yang beribadah kepada selain Allah daripada bersikap bara' terhadap berhala–berhala, tetapi tidak bersikap bara' terhadap orang–orang yang menyembah berhala–berhala itu. Dengan demikian orang–orang tersebut belum melaksanakan kewajibannya.
Adapun bila ia bersikap bara' terhadap orang–orang musyrik tentu ia juga bersikap bara' terhadap sembahan–sembahan mereka. Ini seperti firman Allah SWT :
وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي عَسَى أَلَّا أَكُونَ بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا
"Dan aku akan menjauhkan diri dari padamu dan dari apa yang kamu seru selain Allah. Dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku." (QS. Maryam : 48).
Di dalam ayat tersebut Allah SWT mendahulukan i'tizal (menjauhkan diri) dari orang-orang kafir daripada sembahan-sembahan mereka.
Ayat-ayat lain yang senada dengan ini adalah :
فَلَمَّا اعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
"Maka tatkala Ibrahim telah menjauhkan diri dari mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah." (QS. Maryam : 49)
وَإِذْ اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلا اللَّهَ
"Dan ketika kalian menjauhkan diri dari mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah." (QS. Al Kahfi : 16)
Karenanya wajib bagi Anda untuk melaksanakan point yang penting ini. Sebab hal ini dapat membuka pintu permusuhan/perlawanan terhadap musuh-musuh Allah.
Berapa banyak manusia yang sebenarnya ia tidak melakukan kesyirikan, namun demikian ia tetap tidak mau memusuhi pelaku-pelaku kesyirikan! Dengan sikap ini, ia tidak pernah menjadi seorang muslim, karena ia telah meninggalkan agama para Rasul.
Kemudian firman Allah
كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
"Kami telah mengingkari kalian dan telah nyata antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian selama-lamanya, hingga kalian beriman kepada Allah saja."
Kata "badaa" artinya tampak/muncul/nyata. Perhatikan juga bagaimana Allah mendahulukan permusuhan العداوة (adawah) daripada kebencian البغضاء (bagdha'). Ini dikarenakan yang pertama lebih penting dari yang kedua, sesungguhnya manusia itu terkadang bisa membenci orang-orang musyrik namun tidak mau memusuhinya! Maka dengan sikap ini orang-orang tersebut belum melaksanakan kewajibannya hingga ia benar-benar memusuhi dan membenci mereka. Sedangkan permusuhan dan kebencian itu sendiri harus benar-benar nyata, kelihatan dan jelas!
Ketahuilah meskipun rasa benci terhadap orang kafir itu berkaitan dengan amalan hati, namun ia tidak akan bermanfaat hingga pengaruh-pengaruh kebencian itu muncul dan tanda-tandanyapun jelas! Dan hal itu tidak akan terjadi hingga permusuhan itu diiringi dengan sikap muqatha'ah (memutus hubungan dengan mereka), Nah, pada saat itulah permusuhan dan kebencian itu tampak/kelihatan.
Adapun bila Anda masih mendapatkan sikap muwalat (saling menolong) dan muwashalat (saling berhubungan) berarti ini menunjukkan mandulnya kebencian itu sendiri!
Karenanya Anda wajib memperhatikan persoalan ini, sebab ia dapat memperjelas syubhat-syubhat (kesamaran-kesamaran) yang ada pada Anda. (Majmu'atut Tauhid, Risalah ke-12, hal 376-378)
Saya katakan, "Tadaburilah perkataan ini, lalu perhatikan sepak terjang kaum muslimin pada zaman ini yang tidak lagi mau membedakan yang haq dan yang bathil."
Engkau melihat satu di antara mereka menyangka dirinya muslim, kemudian ia menyerukan prinsip-prinsip kekufuran seperti faham sosialisme, demokrasi dan kebangsaan! Ia tidak mau bersikap bara' terhadap faham-faham kekufuran dan para pelaku-pelakunya.
Anda melihat satu di antara mereka menjadi anggota dari partai politik yang jelas-jelas menyuarakan kekufuran ini tanpa malu-malu!!
Allah SWT berfirman:
وَلَوْ كَانُوا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالنَّبِيِّ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوهُمْ أَوْلِيَاءَ وَلَكِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
"Dan sekiranya mereka beriman kepada Allah dan Nabi serta apa yang telah diturunkan Allah kepada Nabi itu, niscaya mereka tidak akan menjadikan orang-orang kafir itu sebagai penolong-penolong mereka! Tetapi kebanyakan dari mereka berbuat fasiq!" (QS. Al Maidah : 81)
Dalam bab berpegang teguh kepada Kitab dan Sunnah telah saya tunjukkan wajibnya memisahkan diri dan memutus hubungan dengan kekufuran dan pelaku–pelakunya.
Marhalah ketiga : Menjauhkan diri dari mereka dan berhijrah
Setelah marhalah dakwah dan marhalah baro'ah (bersikap baroط) terhadap orang–orang kafir, marhalah berikutnya adalah menjauhkan diri dan mengingkari mereka serta hijrah dari bumi mereka bila hal itu memungkinkan.
Tentang hukum hijrah akan dibahas pada pembahasan kesebelas.
Allah berfirman,
وَإِذْ اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلا اللَّهَ
"Dan tatkala kalian menjauhkan diri dari mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah." (QS. Al Kahfi : 16 )
وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي
"Dan Allah akan menjuhkan diri dari kalian dan apa yang kalian seru selain Allah. Dan akan berdoa kepada Tuhanku." (QS. Maryam 48)
Nabi SAW bersabda:
أنا بريء من كل مسلم يقيم بين أظهر المشركين
“Jika berlepas diri terhadap setiap muslim yang tinggal di tengah–tengah orang–orang musyrik." (HR.Abu Dawud, di Shahihkan Al Al Bani)
Marhalah keempat : Jihad Fisabilillah
Terhadap para pembangkang yang menolak dakwah Islam, Allah SWT berfirman,
فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ
"Maka barulah orang – orang musyrik itu dimanapun kalian mendapatkan mereka."(QS. At Taubah : 5)
Allah SWT telah berfirman kepada Nabi SAW:
إنما بعثتك لأبتليك، وأبتلي بك ـ إلى قوله ـ استخرجهم كما أخرجوك، واغزهم نغزك، وأنفق فسننفق عليك، وابعث جيشا نبعث خمسة مثله: وقاتل بمن أطاعك من عصاك
"Aku mengutusmu (Muhammad) hanya untuk mengujimu dari orang–orang yang mendengar seruanmu (orang yang didakwahi sampai pada kata – Aku akan mengusir mereka sebagaimana mereka mengusir kalian, perangilah mereka niscaya kami akan berikan kepadamu dan utuslah sepasukan untuk menyerang mereka niscaya kami akan mengutus lima kali pasukan semisalnya serta berperanglah bersama – sama orang – orang yang mentaatimu untuk menghancurkan orang – orang yang mendurhakaimu." (HR.Muslim dari Iyadh bid Himar)
Karena itu Nabi bersabda:
أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لا إله إ لا اللـه وأن محمدا رسول الله ويقيموا الصلاة ويؤتوا الزكاة، فإذا فعلوا ذلك عصموا مني دمائهم وأموالهم إلا بحق الإسلام وحسابهم على الله تعالى
"Aku perintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah menegakkan shalat dan menunaikan zakat, maka bila mereka telah melakukan itu darah dan harta mereka mendapatkan perlindungan dariku, kecuali dengan haq Islam. Sedangkan hisab mereka adalah wewenang Allah SWT ." (Muttafaq alaih dari Ibnu Umar)
Keadaan Rasulullah yang diperintahkan untuk memerangi seluruh manusia hanya disebabkan keumuman bahwa Allah mengutus beliau untuk seluruh makhluknya, sebagaimana penjelasan sebelumnya.
Allah sendirilah yang menjamin bahwa yang menghancurkan orang – orang yang ingkar terhadapNya dan para Rasulnya dari masa Nabi Nuh hingga Nabi Musa Allaihiwassalam.
Kemudian Allah mensyariatkan jihad di dalam syariat Nabi Musa setelah Bani Israil selamat dan Fir'aun binasa, maka Allah berfirman:
يَاقَوْمِ ادْخُلُوا الأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلا تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ قَالُوا يَامُوسَى إِنَّ فِيهَا قَوْمًا جَبَّارِينَ وَإِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا حَتَّى يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنَّا دَاخِلُونَ قَالَ رَجُلانِ مِنْ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُوا عَلَيْهِمْ الْبَابَ فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَ وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنتُمْ مُؤْمِنِينَ قَالُوا يَامُوسَى إِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا أَبَدًا مَا دَامُوا فِيهَا فَاذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ
"Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu dan janganlah kamu lari ke belakang karena takut kepada musuh, maka kamu menjadi orang – orang yang merugi." Mereka berkata,"Wahai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang –orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali – kali tidak akan memasukinya sebelum masuk keluar dari padanya. Jika mereka keluar dari padanya, niscaya kamu pasti akan memasukinya."Berkatalah antara dua orang yang takut kepada Allah yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya, "Serbulah mereka melalui pintu gerbang kota itu, maka bila kamu memasukinya, niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar – benar orang yang beriman." Mereka berkata,"Wahai Musa, kami sekali – kali tidak akan memusuhinya selama- lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu kami pergilah ke Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kamu hanya duduk menanti di sini saja."(QS. Al Maidah : 21- 24 )
Inilah awal mulanya disyariatkannya perintah perang dijalun Allah. Allah berfirman,
وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِ مَا أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ الأُولَى
"Dan kami benar – benar telah memberi Musa Al Kitab, setelah kami menghancurkan generasi – generasi terdahulu." (QS. Al Qoshosh : 43)
Ibnu Katsir berkata, "Maksudnya, bahwa setelah kitab Taurat diturunkan Allah tidak lagi mengadzab umat (Nabi) dengan merata. Tetapi Allah menyuruh orang – orang muslim agar memerangi musuh – musuh Allah dari kalangan orang – orang musyrik. Sebagaimana firmanNya,
وَجَاءَ فِرْعَوْنُ وَمَنْ قَبْلَهُ وَالْمُؤْتَفِكَاتُ بِالْخَاطِئَةِ فَعَصَوْا رَسُولَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةً رَابِيَةً
"Dan telah datang Fir'aun dan orang – orang sebelumnya serta penduduk negeri yang dijungkirbalikkan karena kesalahan yang besar. Maka masing – masing mereka mendurhakai utusan Tuhan mereka. Lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras." (QS. Al Haqqah : 9 - 10)
Al Qurtubi berkata, "Firman Allah ,
وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالإِنجِيلِ وَالْقُرْآنِ
“sebagai janji Allah yang benar di dalam Taurat, Injil, dan Al Qur'an”, At Taubah : 111)
Kabar dari Allah Ta'ala bahwa janji ini ada di kitab–kitab tersebut dan bahwa jihad dan perlawanan terhadap musuh Allah aslinya berasal dari masa Nabi Musa AS."(Tafsir Al Qurtubi 8/268 )
Kemudian Jihad itu bisa berupa jihad dengan jiwa, dengan harta dan lisan. Nabi SAW bersabda,
جاهدوا المشركين بأموالكم وأنفسكم وألسنتكم
"Berjihadlah (dalam rangka) melawan orang – orang musyrik itu, baik dengan harta–harta, jiwa – jiwa, dan lisan – lisan kalian” (HR.Abu Dawud)
Jihad itu bisa dengan mengambil target :
-musuh yang ada di negerinya (Jihaduth Thalab / Jihad Ofensif)
-menahan serangan musuh terhadap kaum muslimin (jihadud daf' I / Jihad defensif)
Jihad juga bisa dihukumi Fardhu'ain maupun Fardhu kifayah sebagaimana pembahasan-pembahasan berikut ini:
Jihad selain berkaitan terpisahnya barisan muslim menjadi mukmin yang shadiq (benar/ jujur), munafik yang mengantarkan kaum mukmin dan jihad serta murjif (orang yang menakut- nakuti untuk berjihad/penghasut)
Allah berfirman, dalam surat Ali Imran Ayat 166-179.
وَمَا أَصَابَكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ فَبِإِذْنِ اللَّهِ وَلِيَعْلَمَ الْمُؤْمِنِينَ وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ نَافَقُوا وَقِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا قَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ ادْفَعُوا قَالُوا لَوْ نَعْلَمُ قِتَالا لاتَّبَعْنَاكُمْ هُمْ لِلْكُفْرِ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ مِنْهُمْ لِلإِيمَانِ يَقُولُونَ بِأَفْواهِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يَكْتُمُونَ الَّذِينَ قَالُوا لإِخْوَانِهِمْ وَقَعَدُوا لَوْ أَطَاعُونَا مَا قُتِلُوا قُلْ فَادْرَءُوا عَنْ أَنْفُسِكُمْ الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمْ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنْ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِلَّهِ وَالرَّسُولِ مِنْ بَعْدِ مَا أَصَابَهُمْ الْقَرْحُ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا مِنْهُمْ وَاتَّقَوْا أَجْرٌ عَظِيمٌ الَّذِينَ قَالَ لَهُمْ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنْ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ إِنَّمَا ذَلِكُمْ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِي إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ وَلا يَحْزُنْكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا يُرِيدُ اللَّهُ أَلا يَجْعَلَ لَهُمْ حَظًّا فِي الآخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ إِنَّ الَّذِينَ اشْتَرَوْا الْكُفْرَ بِالإِيمَانِ لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَلا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ مَا كَانَ اللَّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتَّى يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنْ الطَّيِّبِ
“ Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan maka kekalahan itu adalah dengan izin Allah dan Allah agar mengetahui apa yang mereka sembunyikan. . Orang – orang yang mengatakan kepada saudara – saudara mereka, sedangkan mereka tidak turut pergi berperang,"Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh? Katakanlah,"Tolaklah kematian itu darimu, jika kamu orang – orang yang benar. Janganlah kamu mengira bahwa orang – orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka hidup di sisi Tuhannya dengan mendapatkan rizki. Mereka bergembira disebabkan karunia Allah yang telah diberikan kepada mereka dan mereka bergirang hati terhadap orang – orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak jauh mereka bersedih hati .. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-yiakan pahala orang – orang yang beriman. Yaitu orang yang menaati perintah Allah dan RasulNya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang – orang yang berbuat kebaikan di antara musuh dan yang bertakwa ada pahala yang besar. Yaitu orang – orang yang mentaati Allah dan Rasul yang kepada mereka ada orang – orang yang mengatakan,"Sesungguhnya manusia – manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerangmu, karena itu takutlah kepada mereka." Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik baik pelindungan. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah. Mereka tidak mendapatkan bencana apa – apa, mereka mengikuti keridhoan Allah, dan Allah memiliki karunia yang besar. Sesungguhnya mereka itu adalah syetan yang menakut –nakuti (kamu) dengan kawan – kawannya orang – orang musyrik Quraiys, karna itu janganlah kamu takut kepada mereka tetapi kamu takutlah kepadaKu, jika kamu benar – benar orang – orang yang beriman. Janganlah kamu disedihkan oleh orang – orang yang segera menjadi kafir, sesungguhnya mereka sekali – kali tidak akan memberi madharat kepada Allah sedikitpun dan bagi mereka azab yang pedih. Dan janganlah sekali – kali orang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh kepada mereka adalah lebih baik dari mereka. Sesungguhnya kami memberi tangguh kepada mereka agar supaya bertambah – tambah dosa mereka dan bagi mereka adzab yang menghinakan. Allah sekali–kali tidak akan membiarkan orang – orang mukmin seperti keadaan kamu sekarang ini sehingga Dia memisahkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mu'min) (Ali Imran Ayat 166-179 )
Keadaan yang tertulis dalam ayat ini merupakan sunatullah yang tak pernah tertinggal.
Imam Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa tatkala pasukan musuh (Tartar) menyerbu negeri Syam, barisan kaum muslimin terbagi – bagi seperti ini. Hal ini beliau ulang – ulang di banyak tempat.
Maka hendaklah setiap muslim memperhatikan sunatullah ini. Karena terbagi – baginya barisan kaum muslimin tentu mewajibkan konsekuensi, yaitu memberi peringatan orang – orang beriman agar berhati – hati dan waspada terhadap orang – orang munafik. Sebagaimana firman Allah,
هُمْ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ
"Mereka adalah musuh, maka berhati – hatilah terhadap mereka." (QS. Al Munafiqun : 4)
Sedangkan konsekuensinya yang lain yaitu agar tidak membiarkan mereka merusak barisan kaum muslimin. Allah berfirman ,
لَوْ خَرَجُوا فِيكُمْ مَا زَادُوكُمْ إِلا خَبَالا وَلأَوْضَعُوا خِلَالَكُمْ يَبْغُونَكُمْ الْفِتْنَةَ وَفِيكُمْ سَمَّاعُونَ لَهُمْ
"Jika merka berangkat bersama- sama kamu ,niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kesusahan belaka dan tentu mereka akan bergegas –gegas maju dicelah – celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan diantaramu sedang diantaramu ada orang – orang yang amat suka mendengarkan mereka”.(QS. At Taubah : 47)
sumber: Ma'aalim Asasiyyah fil Jihad syaikh Abdul Qodir bin Abdul Aziz